Myaren membuka pintu rumah.“Ama-Akong, aku pulang.”Begitu masuk rumah, tak seorang pun yang menyahutnya,”kok sepi,pada kemana?”
Membanting tubuhn diatas kasurnya.“Haaah…”
Didalam bus,Moa mengeluarkan earphone tiba-tiba ponselnya bergetar.
“Yoboseyo?”
”Dimana? Kok,tumben jam segini belum pulang?”
“Masih dijalan.Jiejie dimana?”
“Dikamar,cepat pulang. Hari ini,kan giliranmu masak.”
“Jiejie lapar?”
“Oo…aku lapar,cepat pulang,ya.”
“Jiejie…”
“Ehm?”
“Jiejie pergilah ke kedai ayam, Ama-Akong disana.”
“Oh, jadi mereka pergi makan disana.”
“Heol,kedai itu sudah dibeli Ama-Akong minggu lalu.”
“Omo,aku lupa.Pantas saja rumah sepi begini.”
Moa memindahkan ponselnya ketelinga sebelah kiri.“Ckckck…Jiejie jiejie,tapi masih ingat jalan kesananya,kan?”
“Hoho…ingatlah,ya sudah cepat pulang.Tak ada yang jaga rumah.”
Setelah siap untuk pergi, Myaren mengambil roti dan memeriksa kembali isi tasnya.“Gak ada yang tertinggal,kan?”Ucapnya, memastikan.
Melihat kearah rak buku.“Ah iya,tugas,” mengambil bukunya,“ok!”
Ting tong, suara bel rumah Myaren.
Myaren turun tangga.“Ya,tunggu sebentar.”
“Eonni-can…”Teriak seorang anak kecil dari luar.
Myaren membuka pintu.”Ah Shina,Yoona-can.”
“Eomma memintaku mengantarkan kue beras.”
“Gomawo Shina,mari masuk dulu.”
“Eonni, mau pergi,ya?”Tanya Shina.
Myaren membuka kue beras.“Iya, mau minum apa?”
“Tak usah Eonni, kami kesini hanya untuk memberikan kue berasnya.”
“Eonni bungkus sebagian kue dulu,nanti kita pergi keluar sama-sama,ya.”
“Oke.”
“Eonni-can,boleh aku minta satu.”Pinta Yoona.
“Andwae,”Shina melarang Myaren,”Yoona,nanti Eomma marah.”
Myaren tersenyum.”Tak apa,ini Yoona-can dan ini untuk Shina-can. Mumpung masih disini, makanlah.”
“Gomawoyo,Eonni-can.”Ucap Shina dan Yoona serempak.
“Sstt, ini rahasia kita.”Bisik Myaren dengan tersenyum hangat dan mengelus rambut mereka.Shina dan Yoona mengangguk dengan mulut penuh.
Akong menghantarkan pesanan pelanggan.“Selamat menikmati.”Ucapnya meletakkan hidangan.
Tring tring lonceng pintu kedai.
“Ama-Akong.”Sapa Myaren dari pintu masuk dengan tangan melambai menghampiri Ama-Akong.
Akong tersenyum.”Akhirnya,cucu Akong datang juga.”
“Ama telepon berapa kali,kenapa tak ada angkat?”
“Ah,ponselnya tertinggal dikamar.”
“Lain kali, sudah tahu begitu.Langsung telepon balik Ama.”
“Iya Ama. Ini ada kue beras,dari Eomma Yoona.”
“Ada acara apa mereka?”Tanya Akong.
“Katanya Shina ada pesanan,itu kebanyakan buat.”
Ama membuka mistingnya dan mengambil satu kue beras.”Jie,Tolong jaga kedai. Ama dan Akong harus pergi check-up malam ini.”
“Ah iya,baiklah.”
“Tutup saja sekarang,tak usah minta dia jaga.”Kata Akong.
“Tak apa Akong, aku sedang tak banyak tugas.Pergilah,percayakan aku untuk jaga kedainya.”
“Tutup awal saja dan langsung pulang,ya.”Ujar Ama melepas celemek.
“Siap,laksanakan Bos.”
“Haha,aigoo…Telepon nanti kalau mau pulang,biar Akong jemput.”
“Iya,cepatlah Ama-Akong pergi.Nanti bisa antri panjang,disana.”
“Ya,baik-baik jaga kedainya. Tutup jendela,kunci pintu dan pastikan sampah sudah dikeluarkan dan kompor jangan lupa matikan, lampu juga jangan lupa.”Pesan Ama sebelum meninggalkan Myaren.
Dirumah,Andy mengambil kunci motor diatas meja belajarnya kemudian ia keluar kamar dengan menjingjing tasnya.
“Mau pergi kemana,kau?”
“kerumah Myaren.”
“Makan malam dulu,temani Eomma.”
“Tak,aku mau makan disana saja.”
“Kau ini.”
“Aku pergi.”
“Hati-hati dijalan.”
Selagi menunggu pelanggan menghabiskan makanan,Myaren membersihkan beberapa meja yang terlihat kotor.
Setiba didepan rumah Myaren,jendela kamarnya terlihat gelap.“Masa,sih udah tidur?” Ia bertanya sendiri.
Line,suara pesan masuk.“Pasti sikunyuk,deh”Tebak Myaren,merogoh ponsel disaku celana lalu membaca pesan.
?
Myaren membalas pesan terburu-buru karena ada pelanggan datang.
Line dari Myaren pun dibuka,Andy.
?
S
etelah membalas,ia meninggalkan halaman rumah Myaren.
“Selamat datang!”Ucap Myaren pada seorang anak laki-laki bertopi putih.
Anak laki-laki ini memesan dengan jelas.“Ayam bungkus 4. 3 pedas, satunya biasa. Semua paha, gak pake nasi."
“Boleh, ditunggu sebentar, ya.”Jawab Myaren, tersenyum.
Anak laki-laki tersebut pun duduk.“Magang,Jie?”
“Nggak, ini punya Ama-Akong,kebetulan mereka sedang kerumah sakit dulu. Jadi aku ganti jaga.Sekolah dimana?”
Anak itu memangku dagu,“oh begitu,”ia memerhatikan Myaren yang sedang memakai sarung tangan plastik.”Jiejie,jarinya cantik.”
Myaren hanya tersenyum saja.
“Mau gak Jie,magang dirumahku?”
“Hha,magang dirumah.”
“Heem,Jiejie kan jadi dapat uang tambahan.Bukan jadi pembantu,kok. Kerjaannya gak bakal bikin tangan cantik Jiejie kasar dan gak akan capek juga.Yang pasti, jiejie happy.”
Myaren menoleh.“Kerja apa memangnya?”
Anak itu hanya tersenyum.
“Upahnya berapa?”Tanya Myaren.
Anak itu mengangkat alis kanan,dibuatnya Myaren semakin penasaran.“Yang pasti,lumayanlah.”Jawab anak tersebut tanpa menjelaskan.
“Atau jangan-jangan…” Ujar Myaren, mengutarakan pemikirannya yang aneh.
“Apa?”
Myaren menyipitkan mata,menatap wajah anak itu.“Anak ini masih terlihat polos. Sepertinya seusia Moa, tapi dia…”Pikirnya.
Anak tersebut menyadarkan Myaren.“Jiejie!”
“Jangan terlalu terpesona begitu, ini Gege sedah bawel begini.”Kemudian anak itu mengangkat telepon,”yoboseyo.”
“Yaa,kau benar beli ayam atau pergi kabur main game master? Kenapa lama sekali?”
“Sebentar lagi sampai,ini lagi dibungkus,sabar napa. Toh duit gw bukan duit lo pada.”Tutupnya.
“Pesanannya sudah. Mau tambah minumnya,gak biar pas jadi 100k?”
“Nggak,Jie-can.Makasih tawarannya. Tapi, tawaran aku gimana?”
“Semua jadi 75k.”
Anak itu mengeluarkan uang, dan menghitung. Kemudian menyerahkan uangnya pada Myaren.”Jiejie, sekolah dimana?”
“Di SMA dekat,sini.”Myaren mengambil uang itu, namun uangnya ditahan anak itu dengan tersenyum manis memandang Myaren. Myaren terkejut.
Tring tring suara pintu kedai terbuka.Disana Andy dan 2 pelanggan yang pergi selesai makan.
“Aku tunggu.”Ujar anak itu mengangkat ujung topinya kemudian mengedipkan sebelah matanya,lalu pergi“Bye, Jie-can.“
“Kok rasanya de javu…”Batin Myaren.
Myaren memerhatikan anak tadi yang sedang menyalakan motor didepan kedainya.”Sepertinya,aku pernah bertemu dengannya.”Gumam Myaren.
Andy melihat keluar kedai,bertanya.”Memang,siapa?”
Myaren berusaha mengingat.“Entahlah.”
“Magang disini sejak kapan? Kenapa,aku tak diberitahu?”Kata Andy,melihat sekitar kedai.
Myaren keluar dari area kerja.“Kedai Ama-Akong,baru buka hari ini.” Sahutnya.
“Aaaa… sini lapnya,biar aku bantu.”
“Tak usah,nanti malah minta upah.”
“Kenapa? Uangmu tak akan terganggu karena mengupah satu karyawan saja.”
Myaren mengambil piring kotor.”Bukan begitu,bayaranmu mahal dari pada yang lain.”
“Yah, tak usah dengar,apa kata Appa.Dia terlalu berlebihan.”
“Dengar atau pun tidak,Akong pasti yang kena marah. Kau ingat waktu kita mengecat tembok depan rumah?”
“Um…”
“Aku takut kamu benar-benar pindah dan menjauhiku hanya karena masalah itu.”
Andy menarik lap dari bahu Myaren dan mengelap wajahnya yang terlihat sedih itu.”Sudah janganlah mengeluarkan air mata sebaknya itu.”
Myaren marah karena ulah Andy.“Yaa!”
“Hahaha…”Tawa Andy.
Myaren berusaha memukul Andy.“Baik kau cium dulu lapnya.”ia berlari mengejar Andy yang menghindarinya,”berani-beraninya,kau.”
“Udah ah,capek.”Myaren berhenti mengejar,ia duduk dimeja pelanggan.
“Bawa buku tugaskan?”Tanya Andy dengan nafas terengah-engah.
“Bawalah,kita kerjain diatap saja.Tolong kau buang sampah,aku cuci piring dulu.”
Setelah mencuci piring, ia memeriksa kompor.“Kompor mati,meja bersih, sampah kosong.Ok sip,beres!”Melihat semua jendela,”Andy,tolong jendela atasnya, dong.”
Andy pun menutup jendela.
“Kuncinya?”Myaren mencari dimeja.
“Taro mana tadi?”Tanya Andy,bantu mencari.
“Aish,lupa.Dimana ya?”Myaren melepas topi kedai.
Andy terpesona melihat rambut Myaren yang terurai,tak disadari Myaren terus berbicara padanya.
“Tadi,Ama yang simpan kunci diatas meja ini,”terang Myaren,”disini,”tunjuknya.
Kkrriitt Myaren menggeserkan meja membuat Andi sadar.
“Apa mungkin terselip disini?”Tanya Myaren.
“Mungkin,saja.”Andy merunduk mencari dilaci meja.
Andy menoleh saku hotpen yang dikenakan Myaren.Dilihatnya gantungan kunci,”sepertinya itu kunci,”batinnya,kemudian ia menarik gantugnan kunci itu dari celana Myaren.
Kring suara kumpulan kunci ditariknya.Tangannya mengangkat kunci kedepan wajah Myaren, dari arah belakang.
“Nih.”Kata Andy.
“Thanks…”Ucap Myaren,menengok mengikuti uluran tangan Andy kearah kanan.
Tanpa sengaja kedua bibir mereka hampir bersentuhan.Karena jarak wajah mereka yang berhadapan sangat dekat,mereka pun terdiam.
“Yaa!”Myaren tersadar,“apa yang kau lakukan disitu?”
Dengan spontan,Andy memalingkan wajahnya langsung.“Yang harusnya nanya gitu,aku. Sendirinya,ngapain nengok kebelakang?”
Suasana terasa canggung,Andy pun keluar dari kedai.“Kenapa,hal ini terjadi lagi?”Gumam Andy.
Myaren mengambil tasnya dan membungkus 2 paha ayam.”Rasanya dejavu,tapi kapan aku melakukan hal sebodoh itu?”
Myaren keluar dan mengunci pintu kedai.
Chuuu~ ^0^BERSAMBUNG…
B O N U S
Dibawah ini a/Foto Myaren yang sedang duduk di tangga kedai.Gambar ini diambil ketika Moa dan Myaren membantu Ama-Akong membersihkan kedai tersebut.
?
Penasaran dengan tokoh dan pesannya? Ayo pindah dan buka di karya Tje Moyka @jessikamaltin
Share this novel