Promise and requisite

Short Story Series 2284

PERINGATAN !!!
NOVEL INI MENGANDUNG MUATAN BERGAMBAR MAKA DISARANKAN BAGI ANDA YANG PENASARAN UNTUK BUKA DI LANGSUNG AGAR GAMBAR DAPAT TERLIHAT.
BERIKUT LINK NYA ????????

" Say'Y.A.H (story of drama_Myaren Phan 1996) oleh JessikaMaltin di

Yudha duduk kursi, dihadapan komputernya yang sedang menyala.

Ia sedang melihat hasil foto-fotonya saat di Pitt Street, Sydney.

?

?

Beberapa foto yang diambilnya saat mengantar Yua pulang ke Yokohama,Jepang.

?

?

?

Tok tok tok

"Masuklah."

"Gimana mau masuk, lo kunci pintunya, nih."

Yudha meminta Yua menunggu sebentar untuk membuka kunci."Jamkkan man."

Yudha membuka pintu, dihadapnya Yua membawa segelas air.

Yua masuk kamar Yudha.
"Suzy barusan telepon gw, nanyain 'kenapa telepon dia gak diangkat' gw kan, jadi keganggu. Orang baru mau tidur."

Yudha menutup kamarnya.
"Gw udah bilang, jagan dulu hubungi gw. Gw lagi males ngadepin dia."

"Kenapa? Lo, bikin ulah lagi?"

"Nggak, gw lagi pengen tenang. Dia sama seperti Uliabeoji (ayah saya), maksa gw kuliah. Bawel, manja, egois,nyebelin sumpah." Yudha menggerutu.

"Oh, trus alasan lo gak mau kuliah,kenapa?" Tanya Yua yang duduk dikursi.

Yudha berbaring dikasurnya."Gw udah gak mau belajar. Gw selalu ngikutin apa kata Abeoji (ayah), tapi apa yang gw mau gak pernah didukung."

"Lo tinggal pergi aja masuk ke Gyosu (fakultas) yang lo mau, tanpa diketahui Samchon." (paman)

"Mana bisa begitu. Uliabeoji (ayah saya) yang daftarin langsung."

"Yah, lo urus aja pindah Gyosu (fakultas). Emang didaftarin kemana, sih?" Tanya Yua penasaran.

"Lo pikir, Uliabeoji (ayahku) semudah itu dibohongin? Abeoji (ayah) udah hitung semua biaya dan langsung daftarin gw ke Washington University."

"Daebak (ungkapan kagum), di U Dab (sebutan lain Univ Washington) loh!" Yua mengang, "Gak jauh dari Harvard University, dong." lanjutnya.

Yongki terbangun karena suara Yua yang terlalu keras, dia melempar bantal pada Yua.

"Brisik!"

Yua terkejut dengan lemparan Yongki, dia mengembalikan bantal keatas kasur dengan meminta maaf.
"Mianhe.(maafkan aku)" Bisiknya.

"Eh, besok gw anter lo sekolah, ya."

Yua melarang Yudha mengantarkanya.

"Andwae! (jangan)" Bermuka masam kemudian ia beranjak pergi.

Yudha bangun, duduk. "Gw, kan harus minta maaf sama dia."

Yua berhenti melangkah.
"Pakai mobil aja kalo gitu, jangan motor. Gw gak mau dikerumunin cewek centil lagi."

"Haha, xiexie Yua Mei. (trimakasih adikku,Yua)"

"Em... jangan seneng dulu karna, gak cuma itu! dengan satu sya-rat." Ucapnya tersenyum licik.

"Lo harus pakai topeng punya gw dan gak boleh mandi dulu."

"What? Gak boleh mandi?" Yudha menganga.

Yua pergi keluar kamar. "Oo... hanya itu cara aman biar gak dikerumunin lagi. Lo, gak tau betapa sakitnya kaki gw yang kena ijak mereka."

Yudha menahan tawanya."Jinjja? (benarkah)"

Yua setengah berhenti menutup pintu."Ootgejima! (jangan tertawakan aku)"

Ditutupnya pintu oleh Yua sedikit keras karena kesal, brrakk.

Yongki terbangun."Eonni!" berteriak kesal.

***

Seorang Ibu tengah duduk tepi kasur sambil melipat baju kedalam koper milik anaknya.

"Kalau sudah terasa pusing, cepat hubungi Dokter atau Samchon (paman), ya. Jika Hyungnim (kakak lk) sudah pergi ke Washington, kalau ada perlu apa-apa bilang sama Samchon (paman) saja. Appa (ayah) sudah titipkan kamu pada mereka."

"Hyungnim (kk lk panggilan dr adik lk) disana sampai kapan?"

"Satu bulan, terhitung dari seminggu yang lalu." Sahut ibunya, menjelaskan.

"Bukankah, dia sedang ujian?"

"Ujiannya secara online, jadi tak perlu khawatir."

Anak laki-laki itu meresletingkan kopernya.
"Padahal tak harus ditemani pun,aku sudah kuat dan sehat." Ujarnya, meyakinkan.

"Masih perlu check up," Ibunya menunjuk obat, "itu obatnya dimeja,jangan sampai tertinggal."

"Obatnya masih harus diminum, nanti pagi aku masukkan kedalam ransel."

"Jangan lupa, penting itu."

"Ne..." (iya)

"Eomma (ibu) pergi tidur, ya." Ibunya menutup pintu sambil tersenyum hangat.

Kemudian dia rebahan dikasur menindihkan kedua tangannya dan menatap langit-langit,"akhirnya..." ucapnya.

Matanya berbinar dengan sedikit tersenyum.

Keesokkan harinya.

Alarm diatas meja terus berdering,tring tringg tringgg.

Tangannya berusaha mematikan alarm tersebut.

"Beraninya, menyentuh dan mengatur alarmku." Gumam Myaren yang bangun, duduk dan mencari alarm itu.

Dilihatnya jarum alarm menunjukkan pukul 06.00.

"Argh, siapa yang atur jamnya? Aish,sepagi ini?" Kesalnya, mematikan alarm lalu tidur kembali.

Satu jam kemudian.

Brak!!!

Pintu kamar Myaren terbuka kasar.

"Yaa, Myaren!" Teriak suara lelaki muda dari arah pintu.

Myaren membuka mata, terkejut melihat seseorang dengan raut wajah emosi.

"Omo (ungkapan kaget) Andy, kenapa kau disini?" Tanyanya, melotot bangun.

"Hah... Aish, yang benar saja, kau!" Andy memanggulnya terbalik,membawa Myaren masuk ke kamar mandi.

"Yaa...turunkan aku!" Teriak Myaren memukul punggung Andy.

Andy menurunkan Myaren, dia terdiam menatap Andy tajam dengan penuh kesal.

"10 menit, lebih dari itu aku tinggal." Kata Andy menutup pintu.

"Aish...ck, kunyuk satu itu." Kesal Myaren.

"Tau begini, jangan buat janji." Andy menggeruk.

Moa berteriak meminta Andy turun."Oppa,(kk lk panggilan dr adik pr) ayo kita makan."

Andy pun turun. "Aku sudah sarapan dirumah."

"Makan lagi saja, Oppa. Biar otaknya berjalan lancar." Ejek Moa.

Andy ikut bergabung bersama mereka, ia duduk disamping Moa kemudian berbisik.

"Yaa, kau sudah lama tak dicubit dan sekarang minta digetok palu?" Bisik Andy.

Moa menoleh dan Andy menatap tajam.

"Sudah makan sajalah biarpun sedikit, tak apa." Kata Akong. (kakek)

"Paling tidak, kau makan rotinya." Lanjut Ama (Nenek) membuka selai.

Andy mengambil roti tawar,kemudian ia mengoleskan selai roti.

"Ayam Ama enak sekali, beda rasanya dengan yang lain."

"Jinjja? (benarkah). Memang sudah pernah coba, makan?"

"Sudah, tadi malam Myaren suruh cicipi."

Myaren turun dari kamarnya dan membawa ransel.

"Apa sebut namaku, telingaku seperti rubah bahkan lebih. Bisa mendengar sejauh dan sedalam apapun itu. Jangan coba-coba menggosipi."

"Haha, yang benar saja Jie. Kemarin aku gosipin, masa tak ada dengar?"

"Kau ini, jangan-jangan disekolah ada julukannya." Duga Andy.

"Emang, ada" Ketus Myaren.

Moa berpikir untuk menebak jawaban Myaren. "Mwo? (apa)"

"Sirat gos." Celetuk Myaren, cepat.

Moa terpancing kesal.
"Tak hanya aku, Ama-Akong pun membicarakan Jiejie."

"Daebak! (Waww)" Andy menepuk tangan.

"Makanlah, jangan banyak ucap. Kau ini." Kata Ama, memberi isyarat agar Moa tutup mulut.

Myaren mengambil misting, menyiapkan makan untuk dibekal ke sekolahnya.

"Kenapa, gak dimakan sekarang?" Tanya Andy heran.

"Mana ada, dia tak pernah sarapan dirumah" Sahut Ama tanpa menoleh.

"Jangan terburu-buru, takkan tertinggal bus. Andy, kan ada disini,motornya pun parkir dihalaman." Kata Akong tenang.

Myaren duduk, menutup misting. "Dia hanya memberiku waktu 10 menit dan," melihat jam dinding,"sekarang sudah lebih 3 menit." lanjitnya.

"Itu belum termasuk sarapan. Makanlah, aku akan menunggumu." Kata Andy dengan mulutnya yang penuh roti.

10 menit kemudian.

Dihalaman rumah, Myaren bertanya."Lain kali, janjian dong kalo mau jemput."

"Moa, jika kamu sudah sebesar Jiejie (kk pr). Jangan melupakan janjimu pada siapapun, oke." Sindir Andy.

Moa yang berjalan disamping Myaren mengangguk. "Tentu saja, itu pasti."

Myaren berhenti melangkah, mengingat sesuatu.

Andy mengacak-ngacak rambut Moa lalu menoleh kebelakang. "Liihat dia, terlihat begitu bodoh." Ejek Andy pada Moa yang sama-sama melihat Myaren.

"Janji? Janji apa maksudnya?" Pikir Myaren.

"Padahal, dia sendiri yang memintaku untuk menjemputnya jam setengah tujuh. Justru aku tadi telat datang. Eh,malah dia sendiri masih tidur." Terang Andy.

Sesampainya di parkiran sekolah,Myaren melepas helm.

"Janji apa memang yang ku buat?" Tanyanya dengan mengerutkan alis.

Andy merapikan rambutnya dikaca spion motor.

"Jadi, dari tadi diam sepanjang jalan karna mikirin ucapanku, itu?"

"Um..." Myaren mengangguk.

"Wait." Kata Andy mencari ponsel dalam ranselnya, "nih, ponselmu."

Myaren mengambil ponselnya."Aigoo... jadi aku lupa bawa ponsel,ya?"

Andy memberikan ponsel miliknya pada Myaren. "Dan ini, chatting semalam."

zoom aja kalau kurang jelas ??

?

***

Yua turun dari kamar dengan mengenakan seragam dan menggendong ransel orangenya.

Melihat ruangan keluarga yang sepi,dia langsung pergi kedapur untuk sarapan.

Disana, Ayahnya sedang membaca koran sedangkan Ibunya duduk manis mengoleskan selai pada roti.

Yua duduk disamping Ayahnya."Appa...Yudha belum bangun, ya?"

Ayahnya memindahkan halaman koran menggelengkan kepala, Ibunya menjawab pertanyaan Yua.

"Sepertinya. Kenapa, sudah mau berangkat?"

Yua mengoleskan selai, mengangguk.

"Berangkat sama Appa (ayah) saja. Yudha jam 3 masih keluyuran. Pasti dia kesulitan tidur." Ujar Ayahnya meneguk teh.

"Masa sih, coba ku bangunkan dulu."

"Kenapa tak mau sama Appa?" Tanya Ibunya.

Yua berdiri sambil mengunyah roti "Aku, punya janji sama dia."

Tepat didepan pintu kamar Yudha dan Yongki.

Tok tok tok

Seseorang dari dalam kamar menjawab ketukan.
"Siapa?"

"Gw."

"Masuk saja, Eonni."

Begitu Yua masuk langsung menghadap kasur.

Dilihatnya bedcover menggulung tubuh seseorang.

"Masih tidur?" Ucap Yua bernada tinggi, seolah tak menyangka Yudha belum bangun.

Yongki sedang mendengarkan musik,tak memperdulikan Yua.

"Yaa!" Bentak Yua menarik bedcover.

Yongki membuka earphone. "Udah dibangunin," Yongki menunjuk karpet, "tuh lihat, Gege (kk lk) melempar bantal dan menumpahkan susu."

"Aish... Yaa! Bangun."

Yongki memberikan bantal yang tergeletak dibawah.

"Nih, pakai ini. Gebukin terus, biar bangun."

Dia memukul badan Yudha dengan bantal dan berkata. "Lo, jangan buat gw terlambat lagi."

Yudha sama sekali tak berusik.

"Aku saja deh yang anter, Noona"
Usul Yongki.

Yua menoleh pada Yongki.
"Andwae (tidak), yang ada lo pamer, caper, ogah gw." Hina Yua.

Yongki tidak memerdulikan hinaan Yua, dia memohon dengan wajah polosnya untuk meyakinkan Yua.

"Aniyo (tidak), Noona..."

"Baiklah, dengat satu syarat."

"Apa syaratnya?"

Tiba-tiba Yongki duduk tegak dikasur dan berteriak.

"Andwae! (jangan)"

Yua dan Yongki kaget mendengar teriakan Yudha.

"Noo-na..." Rayu Yongki, "Gege pasti lama, belum mandi dan belum siap-siap. Aku saja yang sudah siap antarkan, tak akan terlambat." lanjutnya menyudutkan.

"Eh, lo udah janji sama gw." Tunjuk Yudha yang masih duduk mengumpulkan energinya.

"Ani (tidak)..." Jawab Yua tersenyum licik pada Yongki, "karena syaratnya adalah jangan mandi. Jadi, lo gak bisa anter gw."

Yudha bergegas kekamar mandi untuk cuci muka.

"Gw tunggu 5 menit lagi." Teriak Yua didepan pintu kamar mandi.

"Aish ck...apa-apaan mereka?" Gumam Yongki.

Lee kojongbu memberikan kertas."Ada titipan dari tuan."

Yua membaca pesan dari ayahnya.

?

"Kenapa harus aku yang beli? Kan, ada Lee dan Myung." Gumam Yua lalu meminta bantuan pada Lee kojongbu,"tolong tuliskan daftar belanjaan untuk dimasak hari ini, Appa minta yang segar. Nanti, berikan saja daftar belanjaan itu pada Myung Zhu." Tegasnya.

"Ne." Jawab Lee kojongbu, membungkuk.

Yua menyalakan musik dalam mobilnya.

Tak lama setelah lagu diputar, Yudha datang menghampiri sambil merapikan rambutnya.

Yua menatap curiga. "Lama, ya? Kayanya lo mandi dulu, nih."

"Nggak, gw cuci muka doang. Cuma lama nyari baju, aja." Jawab Yudha terlihat berbohong.

***

Dikelas, Myaren masih terlihat mengantuk.

Andy mengeluarkan buku.
"Ke perpus, yuk!" Ajaknya pada Myaren yang sedang terpejam.

"Tumben." Bangunnya malas.

"Aku mau balikin buku,ini udah kena denda."

"Ckckck...pergilah."

"Aish, bilang aja mau terusin tidur."

"Oo...itu, tahu."

"Mau titip?"

"Mmm... apa ya?"

"Novel? Buku pelajaran? Komik?"

"Vampire Claire aja, deh."

Andy pun pergi keluar kelas.

"Hoaamm..." Myaren menguap,menidurkan kepalanya diatas meja dan ia pun kembali memejamkan matanya.

Kelas belum begitu ramai, hanya ada 7 orang termasuk mereka.

Tiba disekolah, sebelum Yua turun dari mobil. "Pake nih, wajib." Yua menyerahkan hoodie Justin Bieber dan topeng gost.

"Apa ini?"

"Pakelah, jangan banyak bergeming."

"Gw ke kelas lo, pake ini?"

Yua mengupil.

"Hooh, pake itu atau makan upil gw?"

"Aish... Lo, bener-bener ck... menjijikan."

"Jadi, pilih yang mana?"

"Suruh cewek itu kesini aja, deh. Gak ada yang layak gw pilih, lagian lo...aigoo... (ungkapan lelah)"

Yua menggelengkan kepala."Umm...No-no-no."

Dengan terpaksa, Yudha memakai hoodie JB dan juga menggunakan topeng gost tersebut.

Mereka berjalan bersama dilorong sekolah menuju kelas Yua.

Sepanjang lorong semua orang disekelilingnya menatap dan menertawakan Yudha.

"Ada untung ada nggak, pake topeng." Ucap Yua.

"Yah, gak topeng gost dan gak JB juga,kali." Jawab Yudha.

Dua langkah dari pintu kelas Yua berhenti dan menunjuk seseorang didalam kelas.

Yudha melihat punggung seseorang tersebut kemudian, ia menghampirinya mendahului Yua dan duduk didepannya.

Yudha mendehem tanpa membuka topengnya.

"Cepat sekali kau kembali."

"Tentu, karena aku ingin bertemu dengan mu."

Myaren membuka matanya dan manatap pria bertopeng yang disangkanya itu adalah Andy.

"Yaa! Apa-apaan kau!"

Yudha hanya menatap Myaren kemudian Yua duduk dikursinya dan menyapa Myaren.

"Annyeong, Myaren." (hi selamat pagi)

"Annyeong.(pagi juga)" Jawab Myaren hangat.

Myaren memangku tangannya dan menatap mata dibalik topeng tersebut dan bertanya.
"Apa motifmu memakai topeng, itu?"

Yua bermaksud untuk menjawab,namun ia dihadang oleh tangan Yudha yang mengatakan 'jangan'.

"Apa ini buruk?"

"Tidak, itu lebih baik. Tapi tunggu..." Myaren berhenti berkata dan menatap lebih lekat.

"Mworago? (kenapa) "

"Matamu, kenapa berubah menjadi lebih sipit?" Tanya Myaren heran.

Andy datang.
"Mya, aku lupa edisi yang terakh..."
Ucapannya terhenti setelah melihat seseorang melepas topeng gost.

Myaren kaget terkejut kembali disaat yang bersamaan, Andy menghampirinya dengan membawa dua buku ketika Yudha pun melepas topengnya dan menyapa Myaren.
"Annyeong." (hai)

"Apa yang kau..." Andy pun kaget melihat wajah yang sudah tidak asing lagi baginya.

Myaren terbata-bata. "Nu-nugu imnika?" (siapa kau)

Yua menarik buku yang ada ditangan Andy.

"Nega?" (aku?)

Yudha mengulurkan tangannya pada Myaren, "Yudha Chen, sepupunya Yua. Yang kemarin itu, masih ingat tak?"

Myaren terlihat berpikir dan terkesima. "Um..."

"Jadi, siapa namamu?"

"Myaren Phan."

Yudha menggerakkan tangan agar Myaren membalas ulurannya."Ternyata kamu chinese, ya?"

Andy melepaskan tangan Myaren dari tangan Yudha dengan kasar.

"Untuk apa kau kemari?" Bentak Andy.

Yua membuka lembaran buku, "To the point, aja!" katanya tanpa menoleh mereka.

"Mworago?"Andy menoleh pada Yua,"Waeyo?"dia terlihat menahan kesal.
(kenapa, ada apa?)

"Aku kesini, mau minta maaf atas kejadian kemarin." Ujar Yudha, tenang.

"Yaa!" Andy menunjuk Yudha dengan telunjuknya,"minta maaf? Kenapa minta maaf sekarang? Minta maaflah kemarin, lihat lututnya terluka dan kau baru sadar sekarang!!"

Andy tiba-tiba marah.

Murid-murid didalam kelas memerhatikan mereka.

"Sstt..." Myaren menatap tajam Andy,"kenapa kau harus meneriakinya?" bisik Myareb melihat sekeliling.

"Jinjja? (benar begitu?)" Tanya Yudha pada Myaren.

Tong tong tong, bel masuk berbunyi.

Myaren tersenyum menyembunyikan fakta. "Aa... kwaencanayo (aku tidak apa2, tak usah khawatir)."

Yua menarik badan Yudha.
"Balik lo, buruan." usirnya.

Yudha merasa bersalah,"Mianhe,Myaren. Aku..." tubuhnya didorong Yua.

Dipintu kelas, Yudha berusah masuk lagi, namun Yua menahannya kuat.

"Gw jemput, ya."

Yua menutup pintu kelas. "Andwae!"
(jangan)

Andy duduk dan melihat Myaren yang sedang melambaikan tangan pada Yudha dijendela kelas.

Kemudian Andy berdiri dan menghalangi wajah Yudha dari hadapan Myaren di jendela.

Dengan pandangan kesal.

Wajah Andy yang terlihat datar itu,menunjukan bahwa ia tidak menyukai Yudha.

Myaren menarik-narik baju Andy agar berhenti dari tingkah konyolnya."Yaa! kau ini."

Selama pelajaran dimulai, Yua merasa tidak tenang dan merasa bodoh juga menyesal.

Dia berpikir bahwa, dia telah memberikan kesempatan pada Yudha untuk mengenal Myaren.

Dan mungkin besok,Yudha akan memohon untuk mengantarnya ke sekolah lagi.

Bahkan bisa saja tidak hanya besok,lusa atau hari-hari berikutnya.

"Aish..." Keluh Yua membuka ponsel secara diam-diam.

?

chuuuu bersambung....

harap berikan komentar mu terhadap karya ku...

pliiissss bgd

kenapa?

iya itu kan penyemangat...

di kritik ga papa?

apapun boleh asal sopan heee...
apa lagi kasi dukungan y ??

mau banget dukungan ?

iya pasti, jangan tanya lg...

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience