Wanita Itu Berubah Drastis?

Drama Series 1943

Pagi ini seperti biasa setelah aku menyiapkan segala keperluan Akram dan memakaikan seragamnya, aku berniat hendak beberes rumah terlebih dahulu. Namun, aku harus memastikan kalau Adnan anteng bermain di kamarnya. Aku langsung mengintipnya. Ternyata Adnanku sedang bermain robot-robotan. Senyumku mengembang tatkala menatap putraku itu lalu bergegas aku berkemas rumah.

Mulai dari menyapu ruang kamar kecuali kamar Reza biarkan dia sendiri yang membersihkan. Lalu aku membersihkan ruang makan dan ruang keluarga. Karena penat aku berhenti sejenak sambil meneguk air biar tenggorokan ini terasa segar. Karena si bungsu belum kunjung bangun aku lanjut membersihkan teras hingga menyirami bunga yang beberapa lama ini aku acuhkan.

‘’Wah, Nisya?’’ sapa seseorang yang tak asing lagi suaranya bagiku. Aku menoleh sejenak dan memberhentikan tanganku untuk menyirami bunga.

‘’Iya,Tante,’’ sahutku dengan ramah.

‘’Udah lama nggak kelihatan, Nisya.’’

Aku tersenyum lalu kuletakkan benda yang kugunakan untuk menyirami bunga.

’’Begitulah, Tan. Semejak ada Syana ini, aku jarang banget ke luar. Bahkan ke toko pun cuman kemarin. Itu pun cuman sebentar aja,’’ kataku seadanya.

‘’Iya namanya anak kecil kadang rewel. Apalagi kamu punya tiga anak kecil.’’

‘’Oh ya, Tante barusan pulang dari toko kamu loh. Tante beli baju dan mukenah lebaran mumpung ada promo.’’

Wanita itu memperlihatkan kantong belanjaannya. Aku mengernyitkan kening. Promo? Promo dalam rangka apa? Mas Nando tak pernah mengatakan padaku? Kenapa dia main mengambil keputusan sendiri begini, bukankah aku istrinya berhak tahu juga? Ya, walaupun toko itu adanya setelah kami menikah. Tapi aku ini kan istrinya.

Apa karena barang-barang terjual laris? Tapi, aku tak pernah tahu tentang itu. Uang saja suamiku yang memegang. Alasannya kalau dia yang memegang bisa berhemat dan dia bisa menabung untuk keperluan sekolah anak-anak kami. Ya aku menurut saja. Toh, selama  dia tak membohongiku dan masih memberikan nafkah untukku serta anak-anak.

‘’Promo? Dalam rangka apa, Tan?’’ tanyaku dengan penuh selidik.

Seketika dia terdiam seperti tengah berpikir.’’ Entahlah, Tante juga nggak tahu. Ya, mumpung lagi promo Tante ambil aja. Kapan lagi coba,’’ kata Tante Lia itu mengangkat bahunya sambil terkekeh.

Dia berlalu memasuki rumahnya begitu saja. Apa wanita itu tengah menyembunyikan sesuatu dariku?

Setelah selesai menyirami semua bunga di teras, juga beberes. Aku langsung memasuki rumah dan mengecek Syana yang ternyata sudah bangun, Alhamdulillah dia enteng.

‘’Duh, anak Mama udah bangin nih, ya?’’

Seperti biasa aku memandikan si bungsu terlebih dahulu. Tak berselang lama sudah selesai, segera kubawa kembali ke kamar dengan memakai handuk kecil di tubuhnya. Kuoleskan minyak kayu putih dan tak lupa juga bedak putih, lalu memakaikan pakaiannya. Seperti biasanya jika selesai mandi, Syana akan merasa lapar. Segera kuberikan ASI untuknya. Seketika aku teringat semua ucapan nasihat dari wanita yang melahirkanku itu.

‘’Kalo nyari karyawan itu yang sopan pakaiannya dan rajin solat. Kamu paham kan maksud Mama?’’ Ucapan Mama terngiang-ngiang di telingaku.

Membuat aku semakin mantap dan yakin mencarikan pekerjaan untuk Reza agar dia segera pergi dari sini. Ah ya, aku tahu pada siapa aku harus meminta tolong. Setelah memastikan bahwa Syana sudah kenyang, dengan pelan kubaringkan tubuh mungilnya di ranjang. Kusambar benda canggih lalu menekannya.

Terhubung..

‘’Assalamua’laikum, Nisya.’’ Suara di seberang sana.

‘’Wa’alaikumsalam, Siti. Kamu nggak sedang sibuk kan?’’

Dia tertawa di seberang sana,’’ Nggaklah. Aku mah cuman duduk santai aja, Sya.’’

‘’Tumben kamu nelpon aku. Ada yang bisa aku bantu?’’ Siti memang wanita yang suka pada intinya. Dia tak suka berbelit-belit.

‘’Begini, Sit. Apa kamu masih membutuhkan karyawan di tokomu? Aku sedang bingung nih mencari kerja untuk karyawanku ini,’’ kataku seadanya.

‘’Maksud kamu, gimana nih?’’

‘’Reza karyawan baruku, kayaknya aku nggak bisa lagi membiarkan dia bekerja di sini. Dia janda, Sit. Aku takut apa yang aku cemaskan terjadi nantinya. Apalagi dia di toko cuman berdua sama suamiku. Kamu pasti paham maksudku ini.’’

‘’Makanya aku mencarikan kerja baru untuknya. Nanti aku bilang saja kalau adik sepupuku mau kerja di sini sama aku dan tentunya aku harus pandai mencari alasan.’’

Terdengar helaan napas di seberang sana

’’Makanya Nisya kamu kalo mencari karyawan jangan sembarangan. Kenapa nggak laki-laki yang kamu cari untuk membantu Nando di toko?’’

‘’Nah itu dia, Sit. Aku awalnya prihatin dengan keadaannya, apalagi dia janda. Mantan suaminya nggak pernah memberi nafkah untuk anaknya. Makanya aku menerima dia kerja di tokoku. Aku kira dia udah berubah. Tapi ternyata pakaiannya masih sama seperti dulu, kurang bahan. Lelaki normal pasti tergoda. Sebelum hal itu terjadi aku mau mencegahnya. Memang aku yang salah karena langsung menerimanya begitu saja untuk bekerja di tokoku. Karena aku prihatin dengan anaknya yang nggak dinafkahi sama Bapak kandungnya.’’

‘’Kamu harus pikirkan juga apa akibatnya, Sya. Kenapa kamu nggak berpikir jauh dan mempertimbangkan dulu? Jarang sekali janda baik sekarang ini, lho. Kecuali aku, aku kan janda baik.’’ Dasar, sahabatku ini! Masih saja bisa bercanda di saat kondisi seperti ini.

‘’Ya udah. Kalo ada lowongan untuk wanita itu akan aku kasih kabar lagi ke kamu ya. Jangan khawatir, akan aku usahakan. InsyaaAllah.’’ Membuatku sedikit merasakan lega. Semoga saja Siti memang mengusahakan apa yang menjadi keluhanku padanya.

***

‘’Mba?’’ Aku terperanjat memandangi penampilannya yang berubah drastis.

Kupandangi dari atas ke bawah. Rok panjang, baju lengan panjang longgar, dan dilengkapi dengan kerudung pashmina. Apa aku sedang memimpikan Reza yang sudah berubah total? Netraku tak hentinya menatap wanita itu. Hingga dia melambaikan tangannya ke arahku.

‘’Mba? Kok menatapku kayak gitu? Apa nggak cocok aku berpakaian kayak gini?’’

Membuat aku tersadar dari lamunanku. Tidak,  ternyata aku tidak sedang bermimpi. Ini sungguh nyata. Tetapi kenapa wanita ini berubah drastis? Apa memang tulus dari hatinya?

‘’E—enggak kok. Malahan kamu lebih cantik berpakaian kayak gini.’’ Aku menatapnya sambil tersenyum.

Memang kuakui wanita yang bernama Reza itu lebih manis berpakaian tertutup seperti ini. Biasanya dia kelihatan seperti biasa saja. Kini terlihat begitu manis. Ah, kalau begini yang ada Mas Nando yang akan tertarik pada wanita ini. Aku menggeleng cepat. Bukankah ini yang kuinginkan? Menginginkan seorang Reza menutupi auratnya. Kini keinginanku sudah terpenuhi, lalu kenapa aku merasa cemas kalau suamiku akan tertarik padanya? Tidak, jangan berpikiran yang macam-macam Nisya. Ah ya, bukankah aku akan mencarikan pekerjaan lain untuknya agar wanita ini minggat dari rumahku.

‘’Ah, Mba ini. Aku ini belajar pakai hijab itu karena termotivasi dari Mba. Aku iri sama Mba, dapet suami yang luarbiasa. Makanya aku belajar menutup aurat, mana tahu aku dapat jodoh yang baik dan bisa menerimaku apa adanya.’’ Membuat aku membuang napas pelan. Apanya yang luarbiasa? Kini pun suamiku sudah mulai berubah baik dari perkataannya maupun sikap yang ditunjukannya padaku dan juga pada kedua anakku.

‘’Aku do’akan kamu dapat suami yang baik dan bisa memimbing kamu dunia akhirat,’’ ucapku sambil menepuk pelan lengannya.

‘’Aaamii Ya Allah. Makasih ya, Mba. Aku seneeng banget dipertemukan dengan orang seperti Mba.’’

Dia bergegas memelukku dengan erat. Entah kenapa aku merasa sedikit cemas. Aku hanya mengangguk lalu tersenyum sambil melepaskan pelukan darinya.

‘’Tunggu sebentar, Mba. Aku ada sesuatu untuk Mba. Jangan ke mana-mana ya.’’ Wanita itu bergegas meninggalkanku, aku masih termangu.

Di sisi lain aku ikut senang dengan perubahan yang ada pada diri seorang Reza, di sisi lain aku khawatir kalau di balik perubahannya itu ada sesuatu hal yang tak kuketahui. Aku menggeleng pelan, berusaha untuk menepis semua prasangka buruk yang hadir menghantuiku.

‘’Ini untuk, Mba. Semoga suka ya. Itu Mas Nando sendiri yang memilihkan.’’

Aku membulatkan mata. Jadi maksudnya dia belanja bersama suamiku? Dasar wanita tak tahu malu!

‘’Kamu pergi belanja sama suamiku?’’ tanyaku dengan nada meninggi.

Bersambung..

Terima kasih banyak yang sudah membaca karyaku yang sederhana ini. Bantu support terus yah Guys dengan cara follow akunku, like, komentar, dan share novel ini. Semoga kalian sehat selalu dan selalu dilancarkan rezekinya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience