Meminta yang bukan haknya

Romance Completed 13473

"Benar kata Nadine Mbak, Sampai kapan akan terus lari dari mereka! mereka itu bukan Tuhan Mbak yang harus ditakuti! kalau Nadine sudah siap untuk menghadapi mereka, Ya sudah sih kita siap saja di belakang Nadine untuk selalu mendukungnya!"jawab Ine.

"Tapi kita kan tidak selalu di rumah Ne, kita ini terikat dengan pekerjaan yang selalu meninggalkan Nadine sendirian di rumah!" kata Sari mengingatkan Nadine.

"Mbak Sari lupa dengan kuasa Allah? Apa sih yang tidak menurutnya? Bagi kita yang mustahil pun bisa di wujudkan dengan Kun fayakunnya!"jelas Ine mengingatkan.

"Kita serahkan saja jalan takdir yang akan diukir oleh Nadine, semampu dan sebisa kita, kita akan mendampinginya!"kata ine kemudian.

Sari pun akhirnya menganggukkan kepalanya tanda paham apa yang dimaksud oleh Ine, tak lama dari dalam keluar Nadine bersama Gibran ya hendak dijemur oleh Nadine.

"Kita pasrah saja dengan garis takdir Mbak, kita tak perlu berlari-lari lagi, aku siap kok menghadapi Mas Damar! Dia kan sudah bukan suamiku lagi mbak, kalau aku melawannya Aku tidak akan dapat predikat istri durhaka!"jawab Nadine.

"Si gembil mau jemur ya?"Sari tak menanggapi perkataan Nadine. Tapi dirinya malah mengajak bicara anak bayi yang ada di gendongan Nadine.

"Mbak ine biar istirahat mbak, kasihan tuh kecapean sepertinya!"kata Nadine lagi.

"Kamu memang pengertian deh Din, oh ya, ada sarapan nggak? Kok aku rasanya laper ya?"Tanya Ine.

"Aku sudah pesan bubur ayam kok Mbak, palingan sebentar lagi juga diantar! tunggu aja! lebih baik mbak Ine mandi dulu, nanti kita sarapan bareng!"jawab Nadine.

"Ok" jawab Ine yang langsung masuk ke dalam rumah untuk mandi dan membersihkan diri.

Mendengar perkataan dari kakak iparnya tentang dirinya ingin mempersunting Nadine membuat Damar terbakar emosi, belum juga kelar tentang urusan uang yang ada di Nadine, kini sudah muncul masalah baru tentang pengakuan Budi yang ingin mendekati Nadine.

Kepala damar serasa mau pecah saat mendengar itu dari mulut iparnya, Damar masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya sudah pun menjatuhkan talak kepada Nadine dengan talak 3, yang itu artinya sangat tipis kemungkinan untuk dirinya kembali kepada Nadine dengan kata rujuk.

"Aku harus cepat-cepat ke rumahnya Nadine, uang itu harus cepat kembali ke rekeningku, Nadine tak boleh memilikinya, bisa-bisa dia nanti besar kepala dengan uang sebanyak itu!"Gumam Damar.

Hari Minggu yang ditunggu-tunggu nya telah tiba, di mana dia akan menyambangi Nadine Dan berniat untuk merayunya agar uang tersebut dikembalikan kepadanya.

Dengan penuh semangat dia melangkahkan kakinya menuju ke kontrakan milik Nadine, dia begitu percaya diri bahwa Nadine akan memberikan uang tersebut kepadanya, dia lupa bahwa Nadine yang sekarang bukanlah Nadine yang selama ini menjadi istrinya.

Nadine yang sekarang jauh lebih kuat dari Nadine yang dulu, semenjak berpisah dari Damar dia menjadi wanita yang tangguh, yang siap memperjuangkan hidupnya dan juga putra semata wayangnya.

Sesampainya di kontrakan milik Nadine, Damar mendapati mantan istrinya tersebut yang meskipun masih tercatat sebagai istrinya di catatan negara Tengah menyuapi putra mereka di halaman rumah kontrakan nya, Dia pun melangkahkan kakinya dengan cepat, seolah tak sabar dengan maksud nya tersebut.

"Assalamualaikum dek,,,!" ucap salam Damar basa-basi.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,,,!" meskipun awalnya Nadine kaget mendengar ucapan salam dari mantan suaminya tersebut, tapi dengan cepat Nadine mampu menguasai keadaan dan menghilangkan rasa keterkejutannya itu.

"Lagi nyuapin Gibran ya dek? Tambah gembil ya pipinya Gibran? Makin ganteng loh!"kata Damar masih berbasa-basi.

Tujuannya kali ini adalah ingin merayu Nadine supaya mau memberikan uang yang dimaksudkannya, tapi sayang sikap Damar yang tak seperti biasanya membuat Nadine merasa aneh.

"Syukur Alhamdulillah mas, aku mampu memberikannya makanan yang bergizi, juga susu pendamping untuk ASI yang kuberikan kepadanya!"jawab Nadine santai.

Jika pada manusia kebanyakan jika mendapatkan kata-kata tersebut seperti itu dari mantan, tentunya hatinya akan merasa tercubit dan tersindir, tapi manusia seperti Damar termasuk langka, bahkan kata-kata Nadine sama sekali tak menyinggung hatinya.

"Dek aku mau ngomong sesuatu,,,!"kata Damar.

"Bukannya sejak tadi sudah ngomong ya mas?"Jawab Nadine sarkas membuat Damar mati kutu.

"Tapi ini penting dek, bisa tidak berhenti dulu menyuapi Gibran nya?"Kata Damar yang sama sekali tidak menunjukkan kepeduliannya kepada sang buah hati, mungkin di hati Damar masih meragukan bahwa Gibran merupakan putranya.

"Maaf mas tunggu sampai aku selesai menyuapi Gibran, tapi kalau memang nggak sabar menunggu, ya sudah pulang saja! anakku lebih penting dari urusan apapun, meskipun itu katamu sangat penting!"bantah Nadine.

Nadine sangat geram dengan apa yang diucapkan oleh Damar tadi, dirinya tak habis pikir jika Damar mampu bersikap seegois itu.

Mau tidak mau akhirnya Damar pun menunggu sampai Nadine selesai menyuapi putranya.

Setelah Nadine selesai menyuapi Gibran, Damar pun mulai membuka pembicaraan.

"Dek aku mau ngomong penting,,,!"kata Damar lagi mengulangi perkataannya yang tadi.

"Soal uang 100 juta?"Tebak Nadine tepat sasaran.

"Syukurlah kalau kamu sudah paham, itu artinya aku tidak perlu menjelaskannya lagi! mana dek, itu uang tabunganku selama ini!"kata Damar tak tahu malu.

"Dasar iblis...!"umpat Nadine dalam hatinya.

"Maaf mas uang itu untuk Gibran, aku sudah memasukkannya menjadi tabungan Deposito!"jawab Nadine.

"Kok bisa? jangan bohong kamu Nadin, aku tahu uang itu masih tersimpan rapi di rekening milikmu, cepat transferkan ke rekening milikku, dan satu lagi, jangan coba-coba untuk melapor ke atasanku!"teriak Damar tak terima saat Nadine mengatakan bahwa uangnya sudah dimasukkan ke dalam deposito.

"Kalau aku bilang nggak bisa bagaimana? Aku kan sudah bilang kalau uang itu sudah masuk ke dalam tabungan deposito?" Jawab Nadine santai.

Saat Damar hendak melakukan kekerasan dengan mengangkat tangannya tinggi-tinggi hendak menampar Nadine, tiba-tiba saja Damar membatu dengan apa yang dijabarkan oleh Nadine

"Hentikan kekonyolanmu, rumah ini sudah dilengkapi dengan CCTV, jadi kalau kamu melakukan kekerasan ataupun kriminal, maka dengan mudah aku akan menjebloskanmu ke dalam penjara!"ancam Nadine

"CCTV? Mana?"Hagap Damar tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Nadine.

Kemudian Nadine menunjuk ke arah mana saja CCTV itu dipasang, dia malas untuk menjawab pertanyaan dari mantan suaminya itu, dia lebih suka menggunakan bahasa isyarat untuk menjawabnya.

Seketika Damar pun menjadi kalang kabut saat mengikuti arah mata yang ditunjukkan oleh Nadin tadi,

Setelah cukup lama terdiam akhirnya Damar kembali angkat bicara.

"Baiklah kalau begitu, sekarang dimana buku rekening itu? Biar aku saja yang menyimpannya! emangnya kamu menyimpan untuk berapa tahun?"Damar meminta buku rekening yang dipakai untuk deposito.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience