BAB 1

Romance Completed 6872

Bulan yang tadinya gah bercahaya kini mulai bernansur melangkah malu, bunyi kokokan ayam bersahutan menandakan masuknya waktu subuh yang bakal menjelma.

Angin di luar terasa dingin dinihari mencengkam tubuh. Dingin tapi menyamankan. Sepi sendiri namun indah untuk reflex diri. Di satu arah, duduk seorang hamba Allah yang begitu asyik dengan lamunannya yang tersendiri.

Dengan kedua tapak tangannya menadah ke langit dan dengan khusuk mulutnya terkumat kamit seperti bertasbih.

Seketika, dia bersujud, seperti mengharapkan sesuatu. Tatkala itu terdengar raungan suara yang seakan memecah keheningan malam.

“Ya Allah ampunkan lah hambamu yang hina ini. Sesungguhnya hambamu ini telah banyak melakukan dosa. Hanya engkau saja yang dapat menghapuskan segala dosa yang bergelumang dalam diri ini.

Ya Allah, jangan lah engkau beratkan aku dengan ujian dan hukuman yang tak larat aku tanggung selain kau ingin mengangkat darjat hambamu ini atau untuk melepaskan aku dari ancaman dosa.

Sekiranya itu memang telah tertulis di luh mahfudz ku, maka hanya kau saja yang dapat menghapuskan setiap keburukan ini. Ataupun kau bantulah aku untuk mengharungi setiap detik waktuku untuk perkara yang kau redhai.

Ya allah jadikan lah aku hamba yang selalu ingat akan engkau, takut pada engkau, bersyukur atas pemberian kau, tunduk diri dan kembali ke jalan mustakim. Jauhilah aku dari berbuat perkara perkara yang engkau murkai. Aku berserah diriku hanya pada mu.

Sesungguhnya hanya kepada mu aku pohon perlindungan dan hanya kau saja yang dapat memberi ketenteraman pada setiap hati yang resah. Aku pohon petunjuk mu Ya allah, aku pohon keredhaan dan rahmat mu, aku tidak berdaya kerana semua miliku adalah pinjaman dari mu.

Aku berharap sangat belas kasihan mu, pandang lah aku dengan pandangan kasihmu, pandangan yang menyenangkan………”

Apa saja ni dekni pandang pandang…….tercetus di dalam hati ini bila aku sedari dari sepanjang perjalanan aku ke pejabat dalam mrt, aku perasan ada sepasang mata yang mengamatiku. Aku mula resah.

Dibetulkan tudung kepala ku. Bajuku di rapikan seandainya ada yang tak kena. Lagi satu station dah sampai, selamat aku.

Aku cepat cepat perkemaskan diri untuk standby turun dari keretapi. Tanpa menoleh aku pun keluar dan melangkah ke escalator.

Sampai saja di platform, tak berapa tapak, ku rasa bahuku disentuh orang. Bila ku toleh, punyalah terperanjat aku, sepasang mata yang dari tadi mengekoriku betul betul didepan mata. Berderau sekejap darah aku.

“Is this yours?”

Terdengar ungkapan dari bibir tuan yang empunya mata tu. Dengan selamba dan tersipu sipu, aku bersuara,

“eeerrrr, yes”.

Ya allah macam mana pulak aku boleh terjatuh beg gincu aku ni. Semacam sengaja pulak, berkata kata dalam hati aku. Baru aku ingat, tadi sewaktu dalam keretapi aku sempat tengok cermin kot kot lipstick aku ni tercomot. Aku cepat cepat rampas dan beri ucapan terima kasihku.

“Saya Hans” sambil menghulurkan tangannya. Oh orang melayu rupanya ingatkan orang barat, bukan main lagi nama, tak nak kalah orang. Aku jadi serba salah.

“Sorry, I don’t shake hands with stangers”.

Aku lemparkan senyum selambaku supaya tidak ketara yang aku ni nampak sangat mengada ngada, padahal, dia bukan muhrimku, macamana nak bersentuh tangan.

“Well, we are friends then”.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience