SYC | 8 - Bertanya Pada Hati

Romance Series 1219

Reina akan kembali ke rutinitasnya yang semula yaitu mengajar, singkat rasanya waktu yang dia miliki ketika berada di lingkungan rumah tante Dea. Berat hati ketika menyadari waktu libur yang dia miliki sudah habis, sejak mengenal sosok pria yang maskulin itu Reina merasa hidupnya lebih bermakna dan berwarna, dia yang mampu mengetuk pintu hati yang sudah ditutup rapat-rapat selama ini, hanya dengannya Reina bisa menjadi dirinya sendiri, tidak perlu berubah menjadi orang lain ataupun berpura-pura.

"Apakah...aku...menyukainya????" Reina bertanya dalam hati. 'Tring-tring-tring' Reina tersadar dari lamunannya ketika mendengar ponsel miliknya berdering.

"Ah..siapa ya?" Reina mencoba mengambil telepon miliknya yang berada di atas kasur.

"Met pagi Rei, apa sudah siap? Aku sudah menunggu dibawah" Reina membaca dalam hati pesan dari fagas, hal itu membuat sebuah senyuman terlukis manis.

"Iya sudah, sebentar lagi aku turun ya" Reina membalas pesannya.

Reina sudah mempersiapkan barang-barangnya dari sehari sebelumnya agar tidak ada yang tertinggal. Dia bersiap untuk turun ke bawah dengan membawa barang-barangnya. Sesungguhnya Reina merasa sangat nyaman ketika tinggal di rumah tante Dea, terasa sangat hangat, sesuai dengan suasana yang selalu dia dambakan dari keluarganya selama ini.

Fagas menyadari Reina sudah berjalan menuju ke bawah, seketika dia nengalihkan pandangannya ke arah asal aroma bunga yang sedang mekar yang begitu memikat hatinya. Senyum Reina terlukis di wajahnya yang membuatnya semakin manis dengan sinar mata berbinar yang memancarkan kebahagiaan berpadu dengan rambutnya yang dibiarkan panjang terurai. Seketika jantung Fagas berdetak dengan cepat dan wajahnya memerah. Dengan cepat Fagas berusaha mengendalikan dirinya dan berusaha bersikap dengan wajar serta segera menghampiri Reina yang sudah berada di ujung bawah tangga.

"Biar aku yang bawakan ke mobil ya?" Fagas meminta dengan sopan disertai dengan nada suara yang mendebarkan hati.

"Terima kasih ya" Reina menjawab dengan malu-malu.

"Sama-sama" Fagas tersenyum dengan sangat manis. Seketika membuat Reina menjadi gugup.

"Reina"

"Tante" Dengan cepat Reina langsung memeluk tante Dea dengan erat dan hangat.

"Seringlah main-main kesini ya?" Tante Dea berbicara dengan suara yang menenangkan, suara yang selama ini Reina dambakan.

"Tentu tante, aku akan main kesini lagi ya ketika libur nanti"

Tante Dea tersenyum dengan manis. Senyuman yang sama seperti yang dimikili oleh mendiang mama. Seketika membuat rongga hatinya menyempit dan membuatnya sesak.

"Reina kamu kenapa?" Tante Dea menyadari perubahan pada wajah Reina.
"Ah..aku..nggak apa-apa kok tante" Reina berusaha memberikan senyuman termanis agar tante Dea tidak menyadari kesedihan yang dia rasakan ketika teringat dengan mendiang orang tuanya.

Mereka berjalan beriringan. Tante Dea mengantarnya sampai ke depan mobil Fagas. Tante Dea memandanginya dengan rasa kehilangan yang berusaha dia sembunyikan. Itu membuat kaki Reina terasa berat untuk melangkah. Tapi Reina berusaha tegar dan kuat.

"Fagas, tolong hati-hati ya diperjalanan, tante percayakan Reina padamu"

"Tentu tante, tidak perlu hawatir, saya akan melakukannya dengan baik"

"Tante, aku pergi dulu ya" Reina mengecup pipi tante Dea.

"Baik-baik ya sayang, jangan lupa makan tepat waktu"

"Iya tanteku sayang, tante juga jangan lupa makan dan istirahat yang cukup" Reina berusaha sekuat tenaga untuk menahan air mata menetes dipipinnya.

"Jangan hawatirkan tante, tante akan baik-baik saja" Tante mengusap lembut rambut Reina dan mengecup pipinya.

"Bye tante"

"Bye sayang"

"Saya permisi ya tante"

***

Fagas menyadari kesedihan yang timbul pada saat berpamitan tadi, maka dia berusaha untuk menghibur Reina dengan obrolan ringan dan juga teka-teki. Dan akhirnya Fagas berhasil membuat Reina kembali tersenyum.

"Rei, kamu tahu nggak. Bensin dicampur apa, yang hanya satu liter tapi bisa dipake keliling pulau jawa?"

"Haah?? Memang bisa ya gas?? cuma satu liter?!" Reina menjawab dengan bingung dari sudut pandangnya sebagai seorang guru.

"Bisa donk rei, kamu tahu nggak jawabannya?" Fagas bertanya sambil menggoda dan berusaha menahan tawa.

"Hmmm ngga tahu, memang apa jawabannya?"

"Jawabannya, bensin campur..... dorong" Fagas tertawa lepas.

"Oh my... aku mikir serius ternyata pertanyaan jebakan" Reina tertawa lepas ketika mendengar jawaban Fagas yang begitu memaksa.

"Hahaha kan teka-teki Rei. Jangan dipikir dengan serius Rei" Fagas menggoda Reina, yang terlihat berusaha menyembunyikan mukanya yang memerah karena merasa malu.

"Ada lagi nih Rei. Jawab ya. Apa yang didapatkan dua orang pencuri yang mencuri kalender??"

"Biasanya yanh dicuri itu mobil. Ini malah kalender diambil juga" Reina tertawa dengan geli karena mendengar pertanyaan Fagas.

"Kamu tahu nggak jawabannya??"

"Hmm.. apa ya kira-kira. Mungkin mereka hanya akan mendapat tanggal merah" Reina melanjutkan tawanya yang ceria.

"Lucu juga. Bisa juga sih, tapi bukan itu jawabannya Rei"

"Oh.. kalau begitu apa gas??"

"Jawabannya. Pencurinya masing-masing dapat enam bulan, karena dibagi berdua" Sontak Fagas tertawa dan menciptakan atmosfir kebahagiaan.

"Aku nggak kepikiran jawaban itu" Reina tertawa tanpa henti mendengar teka-teki dari Fagas.

"Satu lagi ya Rei, ayo ditebak ya"

"Iya" Reina menjawab sambil terus tertawa.

"Kenapa Batman sama Robin keluarnya malem??"

"Karena kalau pagi mereka malu pakai celana dalam tapi malah pakai diluar" Terdengan Reina berusaha menahan tawanya untuk yang kesekian kalinya.

"Iya bisa juga ya" Fagas tertawa dengan terbahak-bahak mendengar jawaban Reina yang lucu.

"Jabawan aku benar ya?"

"Hampir benar.. tapi jawaban kamu malah lebih lucu. Karena jawabannya, karena kalo pagi ada three in one, mereka nggak boleh lewat"

Fagas dan Reina tertawa bersama. Suana yang menenangkan hati. Fagas merasa lega melihat keceriaan terpancar kembali di wajah Reina. Senyumnya begitu mempesona dengan pancaran mata yang berbinar-binar serta bibir mungil yang terlihat sangat seksi.

Melihat suasana hati Reina yang sudah membaik. Fagas berusaha memantapkan hati dan berniat serta memberanikan diri untuk membicarakan tentang hal penting dengan Reina sebelum mereka terpisah sementara dengan jarak.

"Rei.. apa aku boleh bicara sesuatu?"

"Tentu saja boleh, mau bicara tentang apa??"

"Aku...."

???

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience