PERTEMUAN DI BALAIRONG

Fantasy Completed 89

Pertemuan di Balai Perundingan

Di bawah sinar bulan yang memancarkan cahaya lembut, Jejaka Misteri, yang sebenarnya adalah Sultan Muhammad Nur Irfan, memasuki Balai Perundingan di Kota Singa. Suasana tegang menyelimuti ruang itu. Raja Mansur, pemerintah yang bijaksana, duduk di atas takhtanya, wajahnya menunjukkan keseriusan. Di sekelilingnya, para penasihat dan panglima kerajaan bersiap mendengar strategi yang akan dibincangkan.

"Tuanku," Raja Mansur memulakan, suaranya tegas dan berwibawa, "Maharaja Inderadewa semakin berkuasa. Setelah Melaka jatuh ke tangannya, dia mengukuhkan kekuasaannya di kota itu. Kita tidak boleh membiarkan dia menguasai seluruh wilayah ini. Kita perlu bertindak segera."

Sultan Muhammad Nur Irfan, dengan hati yang tenang tetapi berani, menjawab, "Mansur, Kota Melaka sekarang adalah benteng kuat Maharaja Inderadewa. Tentera-tenteranya kuat, dan pertahanannya hampir tak tertembus. Namun, kita memiliki kelebihan—kita memahami setiap lekuk tanah di sekitarnya. Kita juga harus ingat bahwa segala langkah kita harus disertai tawakkal kepada Allah."

Raja Mansur mengangguk, "Benar. Dengan izin Allah, kita perlu memanfaatkan setiap kelebihan yang kita miliki. Apakah mungkin Kesultanan Siak dan Kesultanan Darul Iman akan bergabung dengan kita dalam menyerang Melaka?"

Sultan Muhammad Nur Irfan memandang peta di depannya. "Kedua kesultanan itu juga memandang Maharaja Inderadewa sebagai ancaman. Mereka mungkin akan bersedia untuk membantu kita, namun kita harus berhati-hati. Melaka bukanlah kota yang mudah ditaklukkan."

Ketika suasana semakin tegang, Panglima Badrul mencelah, "Apa strategi kita, Tuanku? Bagaimana kita dapat meruntuhkan kekuatan mereka di Melaka tanpa menumpahkan banyak darah?"

Sultan Muhammad Nur Irfan merenung sejenak, kemudian berkata, "Kita harus menyerang ketika mereka paling lemah. Tentera Maharaja di Melaka bergantung pada bekalan dari darat dan laut. Kita akan menghantar pasukan kecil untuk memutuskan bekalan mereka. Dengan cara ini, mereka akan melemahkan diri sendiri sebelum kita melancarkan serangan penuh. Tapi, segala tindakan kita harus disertai doa dan tawakkal kepada Allah."

Raja Mansur berfikir sejenak, lalu berkata, "Kita juga perlu memastikan bahawa kita memiliki informasi yang tepat mengenai pergerakan mereka di Melaka. Jika kita tersilap langkah, kita akan terjerumus ke dalam perangkap mereka."

Sultan Muhammad Nur Irfan menatap Raja Mansur dengan penuh keyakinan. "Biarkan saya yang mengintip," katanya. "Saya akan menyusup ke wilayah Melaka dan mencari kelemahan dalam pertahanan mereka. Dengan izin Allah, saya akan kembali membawa informasi yang kita perlukan."

Semua hadirin terdiam, menyadari risiko yang diambil oleh Sultan Muhammad Nur Irfan. Raja Mansur akhirnya berkata, "Kami percaya padamu, Tuanku. Ini adalah langkah yang berani, dan kami akan mengiringi setiap tindakanmu dengan doa."

Dengan tekad yang membara dan penuh keyakinan kepada Allah, Sultan Muhammad Nur Irfan meninggalkan Balai Perundingan. Dia tahu bahwa perjalanan ke Kota Melaka akan menjadi ujian terbesar mereka. Di luar, malam semakin pekat, tetapi semangat untuk mengalahkan Maharaja Inderadewa semakin membara, disertai dengan doa dan harapan kepada Allah yang mendasari setiap langkah mereka.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience