Usaha Nadine

Romance Completed 13473

"Pesanan ibu sudah siap, silakan kalau Ibu mau mengambilnya!" kata Nadine.

Setelahnya Nadine pun mempersiapkan pesanan sang customer agar saat sudah tiba, tinggal membawanya saja.

Sinambi menunggu kedatangan pelanggannya, Nadine pun membersihkan peralatan miliknya.Tepat saat Nadine sudah selesai membersihkan alat masaknya, pelanggan pun datang.

Nadine menyerahkan pesanan yang sudah dibuatnya tadi, kini tinggal giliran Nadine untuk datang ke rumah tetangganya yang telah dititipi Gibran.

Tak lupa dibawanya kue yang sengaja dibuatnya tadi untuk tetangganya tersebut.

"Assalamualaikum Mbak Rahma...! terima kasih ya sudah jagain Gibran untukku! ini tadi ada sisa kue yang aku buat, mbak Rahma mau ya?" Kata Nadine menyodorkan satu toples kue kering kastengel dan juga satu loyang kecil brownies lumer.

"Repot-repot banget loh kamu Din, tapi terima kasih deh, kebetulan perutku rasanya lapar, langsung aku makan ya?" Jawab Rahma berterima kasih atas kue pemberian Nadine tersebut.

Karena sudah ada sendok yang sengaja di bawakan oleh Nadine, maka Rahma pun langsung menikmati kue yang di bawakan oleh Nadine tersebut.

"Wooow... amazing! rasa coklatnya pecah banget, manisnya sungguh pas! ini kalau aku kenalkan di kawan-kawanku, pasti akan menambah daftar pelanggan mu, apalagi teman-temanku itu sering mengadakan acara yang membutuhkan makanan-makanan kecil seperti ini!" puji Rahma berniat untuk mengenalkan karya dari Nadine kepada kawan-kawannya.

"Beneran Mbak? Tapi aku tidak kuat bayar endorse nya loh? Maklum usahaku masih kecil-kecilan dan baru saja dimulai!"canda Nadine atas tawaran yang diberikan oleh Rahma.

"Tenang aja Aku pasang endorse nya juga nggak terlalu tinggi kok, cukup satu loyang kecil brownies lumer setiap orderan dari hasil promoku! bagaimana? Adil bukan?" Jawab Rahma tak serius karena hanya berniat untuk mengimbangi candaan dari Nadine.

"Aman itu Mbak, Oke deh...! terima kasih ya sebelumnya sudah mau repot-repot mempromosikan karyaku!"jawab Nadine.

"Sama-sama Din, sekali lagi terima kasih loh brownies lumernya ini, sumpah deh, Baru kali ini aku ngerasain kue seenak ini!" kata Rahma sekali lagi berterima kasih.

Setelah itu Nadine pun pulang membawa Gibran turut serta, dalam hati Nadine sangat bersyukur memiliki tetangga seperti Rahma, yang mana orangnya mau direpotkan untuk menjaga putra tersayangnya, bahkan di rumah Rahma Gibran tak kekurangan satu apapun.

Rahma merawat Gibran dengan penuh kasih sayang dan seolah seperti anaknya sendiri.

***

Keesokan harinya Nadine mendapatkan kabar dari Rahma bahwa dua hari lagi dia akan ada pertemuan dengan kawan-kawannya seperti yang dijanjikannya, Rahma meminta sampel kue buatan Nadine, kue basah dan juga kue kering yang sering di buat oleh Nadine.

"Emang arisannya Di mana mbak? Anggota arisannya Mbak Ada berapa? Nanti saya membuatnya biar menyesuaikan sesuai jumlah agar tidak kurang!" tanya Nadine.

"Gini aja, aku tidak jadi meminta sampel kue, tapi aku memesan untuk acara arisan ku nanti! pesan secara dadakan bisa kan? Soalnya baru kepikiran ini!" kata Rahma dari sebrang telefon.

"Nggak papa mbak, kebetulan bahan untuk membuat rotinya masih penuh, jadinya Mbak mau pesan apa? Tenang saja nanti aku berikan harga diskon, karena sekalian untuk promosi ke teman-teman Mbak Rahma!" kata Nadine.

"Brownies lumer seperti yang kamu buat kemarin buat yang mini-mini ya? Tolong buatkan sekitar 25 porsi, kamu bisa bikin Bika Ambon kan? Tolong buatkan yang itu juga satu loyang saja, dan juga risol mayo 40 biji, Kalau kamu tidak keberatan sekalian buatkan minumannya ya? Bisa nggak kamu membuatkan durian nangka dan alpukat di mix jadi satu dan aku maunya manisnya bukan dari gula melainkan dari madu!" jelas Rahma panjang lebar.

"Saya catat ya Mbak pesanannya? Kam berapa harus saya antar? Oh ya Mbak mengenai minumannya, saya harus membuatkan berapa porsi? Nanti saya buatnya di rumahnya Mbak saja ya? Kalau boleh sih!"tanya Nadine.

"Untuk minumannya buat sekitar 25 porsi, ya begitu lebih baik membuat minumnya di rumahku saja, nanti sekalian kamu bawa Gibran untuk aku kenalkan kepada mereka, lagian kalau kamu membuat minumannya di tempatku kan nggak ribet!"jawab Rahma.

"Siiiippp...! ini nggak boleh di cancel ya mbak? kalau di cancel aku denda tiga kali lipat dari harga yang ada!" Nadine kembali bercanda.

"Di cancel? Hellooooo...! Jangan kayak orang susah gitu lah! uang Rahma loh unlimited, Kenapa pula harus di cancel? Kalau acaranya gagal pun kan nanti bisa dialihkan ke panti asuhan? Atau kalau tidak dibagikan kepada tetangga! bisa untuk bahan promo kan?" Jawab Rahma yang ikutan membercandai wanita yang sudah dianggapnya sebagai adik itu.

"Percaya... Sultan mah bebas!" jawab Nadine yang langsung tertawa lepas setelah mengatakan itu.

***

"Sialan Nadine! anjing memang! tai babi!"' umpat Damar.

Damar teringat 3 tahun yang dilaluinya bersama Nadine, tak sekalipun istrinya itu membantah dengan perkataannya ataupun keinginannya, bahkan ketidakadilan yang lakukan olehnya selama pernikahan mereka pun Nadine tak pernah memprotesnya.

Mulai dari setiap keluarganya yang tak pernah menghargainya, hingga dengan uang nafkah yang memang tak pantas dan tak layak sama sekali tak pernah membuat Nadine menjadi wanita yang pembangkang.

"Kenapa kamu tidak menjadi wanita penurut seperti saat masih bersamaku sih? Padahal kan aku belum menceraikanmu, kita cuma tinggal berpisah saja, tapi sudah pun membuatmu berubah seperti ini!" batin Damar yang belum menyadari bahwa dia sudah menjatuhkan talak kepada istrinya.

Meskipun dalam catatan negara dia masih tertulis sebagai istrinya, tapi di mata agama mereka sudah berpisah dengan talak 3, talak yang tak bisa dirujuk kecuali dengan melewati pernikahan yang lain, itu pun tidak boleh dipakai untuk mainan.

"Kenapa kamu nggak nurut saja sih Din? Apa susahnya coba kamu tinggal memberikan uang yang memang bukan hakmu? Aku loh yang kerja, aku yang membanting tulang, Kenapa kamu yang menguasainya?" Damar masih belum juga ikhlas dengan uang tunjangan dari perusahaan yang memang sepenuhnya haknya Nadine karena itu di luar gaji pokok dan lembur dari kantor.

Pratiwi yang menyaksikan anak lanangnya mengomel tak jelas pun langsung menghampiri, kemudian ditegurnya anaknya tersebut.

"Ada apa Mar? Kenapa kamu mau ngoceh-ngoceh sendiri dari tadi seperti orang tidak waras?" Tanya Ibu Pratiwi.

Damar pun kemudian menceritakan kejadian di rumah Nadin juga pembangkangan yang dilakukan oleh Nadin serta kekerasan yang dilakukannya.

Mendengar cerita Damar, Ibu Pratiwi semakin naik pitam, ia tak terima Damar mendapatkan perlakuan seperti itu dari Nadine.

"Emang dasar Nadine aja yang gak tau diri, aku sumpahin dia mendapatkan azab dari apa yang dia lakukan kepadamu, Ibu tidak terima ya Mar, apalagi tentang uang yang di dirampasnya itu! udah jelas-jelas dia tidak bekerja, seharusnya dengan sukarela Dia memberikan uang itu kepadamu, kan memang kamu kerja!" pendapat sampah seorang Pratiwi.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience