Bab 8 ( Hari Penjahat Beraksi )

Fantasy Series 463

Raja Iblis yang sekarang bertambah semakin ganas, tak habis-habisnya membunuh siapapun yang berani menghalangi jalan kemenangan nya. Kali ini ia berkapal menuju kediaman Clan Shimuza dan memaksa untuk menguasai tanah mereka secara paksa, namun Clan Shimuza tidak menyerahkan tanah mereka begitu saja dengan orang tak berhati. Karena sudah berani menentang Raja Iblis, Nagazaro pun membunuh seluruh Clan Shimuza beserta pemimpin nya yang sudah tua itu.
**************
Keesokan nya ketika malam tiba, Nagazaro melanjutkan perjalanan nya menguasai harta berharga milik Bangsawan Black Snow yang terkenal sangat langka itu. Namun, pemimpin Bangsawan Black Snow itu menolak keinginan Nagazaro dengan kasar dan tak rela jika harta satu-satunya dikuasai ditangan sembarangan. Nagazaro pun menggunakan rencana terakhir nya yaitu membunuh pemimpin Bangsawan Black Snow tersebut dan pasukan murni bangsa disana.
*************
Ketika bulan purnama tiba, Nagazaro memerintahkan pasukannya untuk melakukan keinginan nya yaitu mengusir warga Desa Mizunagawa dan jika tidak, mereka akan mendapatkan ancaman langsung darinya. Desa tersebut akan ia kuasai kelak ketika ia berjaya, sungguh kejam sekali tokoh antagonis yang satu ini.
*************
Tanah Misterius kediaman Kisuke dan Mitsuki tidak pernah kedatangan ancaman dari Raja Iblis termasuk pasukannya, selalu damai dan tenang. Mitsuki yang sudah sembuh dari sakitnya kemarin malam, langsung latihan menstabilkan elemen nya. Kisuke yang melihat adiknya latihan dihalaman rumah, segera mendekati dan memastikan kondisi nya jika ia benar-benar sembuh.
Kisuke:"Mitsuki, kau yakin sudah sembuh? Wajah mu masih pucat, istirahat dulu."
Mitsuki:"Kisuke, haruskah aku mengatakan janji ku padamu kembali?"
Kisuke:"Kau terlalu bersumpah dengan apa yang pernah kau katakan itu."
Mitsuki:"Meski demikian, aku tidak ingin kalah dari Yukisora atau pun dirimu."
**************
Yukisora sedang menghadap pada guru Odazaro yang didepannya terdapat sebuah peti berukuran sedang, hingga Yukisora bingung sedari tadi dengan peti tersebut.
Yukisora:"Guru, peti apa ini? Siapa yang mati?"
Odazaro:"Yukisora, apa kau tidak bisa berpikir jika bayi yang mati pun tidak akan muat di peti berukuran kurus begitu."
Yukisora:"Apa ini peti pedang?"
Odazaro:"Benar, dalamnya adalah sebuah pedang langka khusus Pemuda yang bertanggung jawab seperti mu."
Yukisora:"Guru, memangnya apa yang sudah kulakukan padamu hingga kau harus menyerahkan pedang langka ini padaku?"
Odazaro:"Kau sudah dengan berani menghadapi Matsunaga sebagai langkah awal melawan orang terkuat, mungkin jika kau akan sungguhan mengalahkan Raja Iblis secara langsung, kau pasti sudah bisa tanpa harus menunda untuk berpikir. Berkat Kisuke juga, kau tidak terluka dan pulang dalam kondisi selamat."
Yukisora:"Aku tidak perlu balas budi dari mu, guru. Kau tidak perlu susah payah mencari pedang langka ini hanya karena aku berani melawan Matsunaga. Jika aku tidak kerjasama dengan tuan Kisuke, Matsunaga tidak akan tewas karena keberanian ku."
Odazaro:"Aku anggap itu sebagai keberanian mu, Yukisora."
Yukisora"Baiklah, guru. Aku akan menerima pemberian mu sekaligus menghargai perjuangan mu."
Odazaro:"Kau memang murid yang sangat berbakti, pertahankanlah posisi mu Yukisora."
Ketika Yukisora hendak melanjutkan perbincangan nya, Sorai datang sambil melapor.
Sorai:"Permisi guru besar, ada yang ingin saya sampaikan."
Odazaro:"Silahkan."
Sorai:"Kita sudah mengetahui dalang asli dari semua rencana jahat yang pernah kita lihat belakangan ini, akankah kita merencanakan misi penghancuran terhadap Raja Iblis itu dengan rencana yang lebih matang?"
Yukisora:"Bagaimana jika kita mendiskusikan ini bersama tuan Kisuke? Beliau pasti tau apa yang harus kita perbuat."
Odazaro:"Baiklah, kita akan mengunjungi Tanah Misterius dan membincangkan rencana ini."
*************
Sesampainya di Tanah Misterius, Kisuke dan Mitsuki melihat kedatangan Odazaro bersama dua murid nya, Yukisora dan Sorai. Dengan senang hati, Kisuke mengantar tiga orang tamu Minaigawa ke dalam rumah dan menanyakan tujuan mereka.
Kisuke:"Sensei Odazaro, ada keperluan apa kau kemari?"
Odazaro:"Sorai mendapat ide untuk merencanakan misi penghancuran terhadap Raja Iblis yang sudah ketahuan itu, ia ingin agar kau juga membantu kami dalam rencana menyusun strategi yang lebih matang lagi."
Kisuke:"Rencana penghancuran ini ada sulit dan ada mudah nya, namun akan ku usahakan untuk menyusun nya secara menyeluruh."
Mitsuki:"Ide Sorai lumayan masuk akal juga, tidak seperti Yukisora."
Yukisora:"Apa katamu!!?"
Mitsuki:"Tenanglah, Pemuda Gunung Api. Ini hanya masalah sepele, jangan terpancing dengan kata-kata ku."
Kisuke:"Mitsuki, Yukisora, hentikan adu mulut nya. Kita punya masalah yang lebih penting dibanding masalah sepele kalian."
Odazaro:"Kita harus menggabungkan semua otak kita untuk bisa menyatukan berbagai macam ide misi penghancuran yang lebih akurat, namun ini agak sulit juga."
Kisuke:"Meskipun Nagazaro hanya memiliki empat orang asisten setia, tapi mereka berotak lebih cemerlang dari kita. Bahkan dengan munculnya Pasukan Misterius yang sering datang itu pun tak bisa dihitung jumlah nya hanya dengan jari jemari saja, Nagazaro memang sangat misterius tapi tak selamanya ia akan membuat kita semua menderita."
Mitsuki:"Aku sangat ingin sekali melihat Azegi Mitsora menderita setalah sekian lama bersengkongkol dengan Raja Iblis yang berandalan itu, andai kali ini aku bisa menghabisinya, aku akan membalas ia dengan tawa jahatku."
Yukisora:"Aku juga ingin melihat seberapa malu wanita tebar pesona suami Nagazaro itu merasakan balasan setimpal yang tak wajar dariku, aku benar-benar benci kehidupan dengan aturan iblis itu!"
Sorai:"Maka dari itulah saya mengumpulkan kalian semua disini untuk merencanakan misi penghancuran yang sedari tadi kita bahas, dan mengirim pembalasan yang lebih dari keinginan kita."
Kisuke:"Tapi dengan rencana apapun, kita takkan berhasil melewati nya. Bukannya aku tidak yakin dengan ide Sorai, tapi aku cemas jika dengan usaha kita merencanakan misi ini kita malah membawa hasil yang tak sesuai harapan."
************
Desa Mikagawa memang akan kena masalah jika pemimpin nya lengah dalam kesucian nya , hari ini guru Kayra dan Karasya sedang duduk bersama memandang kealamian desa mereka. Karasya merasa bagai berada di surga dengan malaikat nya guru Kayra, banyak sekali harapan Karasya agar bisa selalu bersama guru Kayra namun firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tak beres beberapa saat nanti.
Karasya:"Guru, apa kita bisa bahagia seperti ini selamanya?"
Kayra:"Jika kita masih suci untuk mengabadikan momen indah ini, takkan ada kata berpisah maupun meninggalkan."
Karasya:"Tapi kenapa aku merasa seperti akan terjadi sesuatu pada kita, aku harap firasat ku tidak nyata disini."
Kayra:"Aku juga, Karasya. Aku merasa tidak beres dari desa ini, seperti akan kedatangan satu atau dua kejanggalan."
Karasya semakin khawatir dengan firasatnya yang aneh itu, namun ia berusaha untuk tidak mempercayai nya, semakin dipikirkan akan semakin besar kecemasannya. Dan Tiba-tiba saja, muncul sosok kunoichi asing yang dengan gaibnya bisa masuk ke ruangan guru Kayra. Karasya merasa jika kunoichi itu berbahaya dan dengan cepat ia melindungi guru Kayra sambil berprasangka buruk.
Karasya:"Siapa kau!!? Jangan kau coba-coba menyakiti guru Kayra!!"
Kunoichi:"Tenanglah, aku hanya akan bicara seruis dengan pemimpin Desa Mikagawa secara pribadi. Apa kalian tidak keberatan?"
Karasya:"Aku juga harus ikut!!"
Kayra:"Karasya, biar aku yang mengatasi nya. Kau tetaplah di luar sampai perbincangan kami selesai."
Karasya:"Baik guru."
Karasya menunggu di luar teras rumahnya sesuai permintaan guru Kayra yang sekarang sedang berhadapan dengan kunoichi asing.
Kayra:"Ada masalah apa sampai kita harus membincangkan nya secara pribadi?"
Kunoichi:"Aku menginginkan semua kekuasaan desa ini darimu sekarang juga, aku tau aku kesini hanya untuk meminta yang tak jelas."
Kayra:"Kau menginginkan desa ini?"
Kunoichi:"Benar, aku memang berniat jahat pada kalian tapi tidak sampai akan menyakiti kalian. Aku hanya menginginkan harta Desa Mikagawa ini dan tak termasuk kalian, sekarang kalian bisa pergi dari sini?"
Kayra:"Aku tidak akan semudah itu untuk menyerahkan desa ini pada penguasa yang salah dan tak pantas seperti dirimu, desa suci ini harus tetap dikuasai oleh keturunan ku yang berhati suci dalam janji menjaga kedamaian tempat ini."
Kunoichi:"Kenapa harus suci jika desa ini akan dinodai oleh darah perperangan? Dan bisa saja kau mengotori nama baik desamu dengan kekalahan mu jika tak berhasil melindungi nya."
Kayra:"Sebenarnya kau ini siapa? Begitu datang kesini, kau langsung berniat jahat merebut tempat ini. Jangan-jangan kau asisten Raja Iblis yang sedang menyamar?"
Kunoichi:"Kau benar."
Kayra:"Apa!!?"
Kunoichi itu ternyata Natsuko, guru Kayra keluar memberi peringatan pada Karasya untuk segera menjauh karena ada musuh yang datang secara menyamar. Natsuko membuka penyamaran nya dan mengeluarkan kedua pistolnya, guru Kayra dan Karasya berdiri kaku melihat kunoichi sebenarnya yang tak lain adalah suami dari Raja Iblis.
Natsuko:"Sensei Kayra, lebih baik kau mati disini daripada harus berdosa telah menodai sumpah mu sendiri untuk menjaga kesucian desa ini. Biar lah desa suci ini dikuasai oleh Nagazaro dan mengubahnya menjadi desa berdarah, pantas atau tidak pantas kau harus menerima kenyataan nya."
Karasya:"Tidak akan ku biarkan desa ini dikuasai oleh Raja Iblis itu!! Meski aku harus mati demi melindungi desa ini, aku bersedia!! Desa ini abadi dikuasai oleh tangan manusia yang suci dan berhati malaikat!!"
Natsuko:"Menyingkir kau dari situ atau kau yang akan mati."
Guru Kayra langsung menyerang Natsuko dan berkelahi dengan kendali emosi yang sangat marah, Natsuko dapat mengenali pergerakan guru Kayra dan mengganti senjata nya dengan yang lebih berbahaya yaitu Meriam Beracun. Namun ketika Natsuko hendak melanjutkan penyerangan, guru Kayra dengan cepatnya menyerang Natsuko lebih dulu dan menghancurkan meriam nya berkeping-keping. Natsuko kaget kecil melihat senjata kesayangan nya hancur dan berjalan mundur mempersiapkan senjata lainnya.
Natsuko:"Gerakan yang bagus, sensei Kayra. Tapi tidak semudah itu aku dapat dikalahkan, apa kau ingat jika aku masih punya asisten kecil yang akan mengirimkan tiga buah panah untukmu."
Guru Kayra tidak mengerti maksud Natsuko, ternyata Renzora dengan diam-diam memanah guru Kayra dibelakang dan dikagetkan dengan teriakan Karasya yang melihat musuh kecil. Anak panah Renzora meleset karena Karasya menjauhkan gurunya dari hadapan Natsuko, asisten kecil itu juga diperintahkan Raja Iblis untuk bertindak bersama kakaknya meski ia masih dibawah umur. Pertarungan di desa suci bertambah semakin drastis, semua pasukan guru Kayra keluar membantu pemimpin mereka. Tapi Renzora mampu melumpuhkan semua pasukan tersebut, Natsuko menyiapkan senjata pistol polos nya dan menembak guru Kayra berkali-kali tapi tak membawa hasil yang maksimal. Natsuko tidak ingin membuang percuma pelurunya, ia gunakan taktik nya untuk bisa membunuh Pemimpin Desa Mikagawa itu secara tak ketahuan. Renzora masih bertugas menghabisi pasukan guru Kayra yang secara bersamaan dengan pertarungan Karasya, guru Kayra yang bingung tidak melihat Natsuko, membuat dirinya semakin khawatir. Ia bisa kapan saja dibunuh secara diam-diam, Natsuko muncul dibelakang guru Kayra yang masih menatap pertarungan Karasya. Ia bukannya tidak mau membantu murid nya bertarung, tapi guru Kayra fokus mencari Natsuko yang sedari tadi dibelakang nya namun tidak disadari. Karasya yang melihat Natsuko dibelakang guru Kayra sedang menyiapkan senjata, bergegas memperingatkan gurunya untuk menjauh dan menghindari wanita jahat tersebut. Guru Kayra lengah sehabis pertarungan tadi dan tidak bisa dengan cepat mengindar, Karasya dengan beraninya melindungi guru Kayra dan Natsuko langsung melontarkan peluru nya tanpa harus tau siapa yang akan dibunuh. Guru Kayra langsung mendorong Karasya ke arah lain agar tidak terkena serangan itu dan dirinya lah yang ternyata terbunuh. Karasya kaget melihat gurunya mendorong yang ternyata menyelamatkan diri nya, lantas guru Kayra langsung pingsan begitu peluru tajam itu mengenai tubuh nya.
Natsuko:"Jangan khawatir, Karasya. Seperti nya guru kesayangan mu itu tidak akan pernah bisa lagi menahan air mata mu karena kepergian nya yang sadis ini."
Natsuko dan Renzora langsung pergi dari Desa Mikagawa sambil membawa pulang kabar tentang selesainya misi kejam mereka, keadaan langit berubah semakin gelap. Hujan pun datang dengan diawali tetesan air langit yang bersamaan dengan jatuh nya air mata Karasya melihat guru kesayangan nya tewas, ia berteriak memanggil nama guru Kayra sambil menangis keras sendirian di halaman rumahnya.
Karasya:"Gu......ru.......Kay.......ra......? Tidak!! Tidak!! TIDAK!!!!!!!!!!"
***********
Desa Minaigawa dalam keadaan tenang dan belum kedatangan derita besar seperti Desa Mikagawa, guru Odazaro berada didalam kenyamanan rumahnya sambil mendengar senandung tetesan hujan yang datang dari angkasa setelah selesai berbincang dengan Kisuke dan Mitsuki. Yukisora sedang latihan serius diluar rumah ditemani tetesan air hujan dan tidak ada kata mengeluh baginya, Sorai mendekati guru nya dan berkomentar.
Sorai:"Guru, apa kau punya tujuan kedua yang menjadi alasan mu meneruskan latihan ini meski kondisi cuaca tidak mampu menstabilkan elemen mu?"
Yukisora:"Ini hanya sekedar keinginan ku sendiri, Mitsuki lebih rajin berlatih begini meski keadaan lebih parah dari apapun. Aku merasa telah semakin direndahkan oleh Naga Dua Elemen itu, untuk membangkitkan kembali nama baikku, aku harus lebih maju dari langkah nya."
Sorai:"Kenapa guru tidak berteriak saja bersama guru besar Odazaro tentang semangat perjuangan Legenda? Biasanya dimana pun, kau selalu melakukan nya bahkan tidak akan berhenti hingga kalian puas."
Yukisora:"Aku tidak peduli -_-, bisa kau tinggalkan aku sendiri?"
Sorai:"Baik baik T_T guru."
************
Desa Minaigawa milik guru Odazaro berada didekat Sungai Miato yang kadang bisa menyebabkan arus air sungai semakin tinggi, pasukan guru Odazaro yang bernama Arashi melapor kejadian mengerikan diluar.
Arashi:"Tuan Odazaro, ini gawat!"
Odazaro:"Ada kejadian apa?"
Arashi:" Arus air Sungai Miato di seberang kita semakin naik. Tanah disana telah kebanjiran, saya suruh pasukan berbadan besar untuk membuat benteng pertahanan yang mampu menahan air tersebut lebih lanjut."
Odazaro:"Pertahankan lah, aku akan memanggil Yukisora untuk membantu kalian."
Arashi:"Siap tuan."
************
Halaman guru Odazaro yang kebanjiran itu berlanjut semakin drastis, semua Pasukan Api bekerja mempertahankan wilayah mereka agar tak terbawa arus deras Sungai Miato yang ditambah dengan lebatnya hujan datang mengguyur. Guru Odazaro datang bersama Yukisora yang membawa alat untuk membangun benteng di depan halaman mereka yang hampir dipenuhi oleh genangan air. Sorai ditugaskan guru Odazaro untuk meminta bantuan pada Kisuke dan Mitsuki secepatnya.
Arashi:"Tuan, mereka tidak bisa menahan dengan lama!! Kita perlu membangun benteng baru untuk menghalang perjalanan arus ini hingga ke halaman kita!!"
Odazaro:"Tenang lah, jangan terlalu cemas. Yukisora membawa semua yang akan kita perlukan disini, semua bekerja lah!!"
Pasukan Api langsung bertugas membangun benteng pertahanan seperti yang dibutuhkan guru Odazaro, kedatangan Yukisora juga sangat membantu dalam proses pembangunan tersebut. Diseberang Sungai Miato, terlihat seorang pria duduk diatas kuda sambil menatap pekerjaan para Pasukan Api membangun sesuatu, pria itu tak lain adalah asisten Raja Iblis yang haus akan darah.
Azegi:"Hihihihihihihihi. Kini waktunya aku mengacaukan kondisi desa itu, tak ada alasan logis yang dapat menghentikan si hantu haus darah ini, hihihihihihi."
Azegi turun dari kudanya dan berjalan mendekati guru Odazaro yang sibuk mengatur pekerjaan pembangunan benteng itu, ia berjalan di atas air bagai ninja tapi Azegi hanya hantu yang dapat berjalan disitu karena sihirnya. Yukisora yang melihat bayangan seseorang ditengah sungai, langsung melaporkan situasi itu pada guru Odazaro.
Odazaro:"Atur posisi nya dengan benar."
Yukisora:"Guru, aku punya laporan misterius yang terjadi di tengah sungai. Aku melihat penampakan seseorang yang mendekat ke arah pasukan kita, aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah dari orang tersebut."
Odazaro:"Baik, kita akan melihat nya bersama."
Tiba-tiba terdengar suara tawa lelaki dari belakang sambil menyeret pedang tajam nya, Yukisora dan guru Odazaro melihat orang itu yang ternyata Azegi. Ia sampai dihadapan mereka dan menyampaikan tujuan kejamnya.
Odazaro:"Azegi!?"
Yukisora:"Jadi kau yang tadi berjalan ditengah Sungai Miato!?"
Azegi:"Hihihihihihi, ya. Aku kesini dengan tujuan dari tuan ku, merebut tanah ini dari kalian. Serahkan tanah ini pada kami atau nyawa kalian lah gantinya."
Yukisora:"Tidak akan kubiarkan begitu saja!! Meski kami mati karena tak menyerahkan hak tanah ini, itu sama saja kau bisa menguasai nya!! Pergi kau dari sini sebelum aku yang akan membunuh mu dasar hantu!!!"
Azegi:"Kau menyebutku apa tadi?"
Azegi langsung melayang dipikiran nya yang hanya berisi membunuh dan mendapatkan darah manusia senormalnya, ia berkelahi dengan guru Odazaro dan tidak dengan Yukisora. Sorai yang ditugaskan guru Odazaro untuk memanggil bala bantuan dari Tanah Misterius, Kisuke dan Mitsuki datang ditemani beberapa Pasukan Bersenjata nya, kedatangan mereka dikagetkan dengan kehadiran Azegi berkelahi bersama guru Odazaro. Kisuke dan Mitsuki segera mendekati Yukisora yang nyaris saja terbunuh oleh Azegi.
Sorai:"Guru, kau tidak apa-apa?"
Yukisora:"Iya. Tuan Kisuke, Mitsuki?"
Sorai:"Guru besar Odazaro menugaskan ku untuk memanggil bantuan dari tuan Kisuke dan rival mu."
Guru Odazaro mundur ke belakang mendekati Yukisora dengan nafas terengah-engah, suara tawa pun muncul dan membuat suasana semakin mencekam.
Azegi:"Hihihihihihhihihihihihi."
Mitsuki:"Azegi!?"
Azegi:"Hihihihihihi, benar. Kenapa kau memanggilku? Kau ingin semua darah mu itu untuk ku?"
Mitsuki:"Kenapa aku harus bertemu dengan hantu berandalan ini!!?"
Azegi:"Hihihihihihi! Kalian berdua bukan misiku, pergi dari sini atau darah kalian lah yang akan terhisap pedangku. Misiku hanya pada Desa Minaigawa ini."
Disisi lain, pasukan yang sedang membangun benteng pertahanan untuk melindungi halaman rumah guru Odazaro itu, menjerit kecil karena kurang tangkas dalam bertugas. Hujan datang semakin lebat dan menyebabkan arus Sungai Miato bertambah deras, hingga benteng pertahanan mereka hampir roboh. Guru Odazaro bergegas menemui para pasukan itu dan tak mempedulikan masalahnya dengan Azegi, Yukisora ikut bersama gurunya membantu pembangunan tersebut namun Azegi ikut mengacaukan semuanya. Hujan datang semakin drastis dan tiba-tiba saja muncul kabut misterius yang bukan dari sihirnya Azegi, Mitsuki dan Kisuke tak bisa melihat apa-apa selain berdiam diri sambil berusaha membantu yang diminta Sorai. Guru Odazaro masih kuat membantu pasukan nya membangun benteng itu meski dirinya sedang terluka, Azegi berada di tengah Sungai Miato dengan rencana akan menghancurkan benteng guru Odazaro berkeping-keping. Dengan segenap mantra, muncullah sebuah sihir menyeramkan dari nya dan menyebar keseluruh udara. Sihir itu melayang bagai udara yang tak terlihat tapi kekuatan nya mampu merobohkan benteng buatan Pasukan Api yang perlahan hancur dan mengagetkan guru Odazaro. Yukisora melihat apa yang dilakukan Azegi dan bergegas mencegah nya namun tak bisa, karena Azegi dikelilingi oleh sihir nya dan berjalan santai mendekati guru Odazaro yang berusaha menahan hancur nya benteng pertahanan nya. Yukisora yang juga tak bisa melihat situasi karena kemunculan kabut misterius itu, tak bisa menolong guru Odazaro ataupun mencegah Azegi berbuat jahat. Dan pada akhirnya, benteng pertahanan itu hancur dan menimpa beberapa orang disana namun guru Odazaro selamat, tapi untuk beberapa saat. Azegi langsung menyerang guru Odazaro dan mendorong beliau ke tengah sungai yang sedang lengah itu, meski kondisi tak bisa membantu, guru Odazaro masih kuat menghadapi Azegi demi mempertahankan tanahnya agar tak dikuasai siapapun yang jahat. Pertarungan itu berlanjut semakin sengit dan menegangkan, Azegi tak henti-hentinya membuat guru Odazaro untuk mati dan menyelesaikan misi kejam nya dari Raja Iblis. Dengan serangan terakhir nya, Azegi langsung menusukkan pedangnya ke tangan guru Odazaro dan keluar lah banyak darah. Azegi tertawa jahat melihat kejadian sadis itu, ia pun mendorong guru Odazaro ke dalam Sungai Miato dan membiarkan nya tenggelam. Yukisora yang sempat melihat Azegi menenggelamkan gurunya, berteriak kencang dan menyelamatkan nya. Setelah tenggelam, Yukisora tak berhasil menyelamatkan gurunya yang larut semakin dalam dan jauh itu. Meski ia kehabisan nafas, Yukisora terus menerus mencari gurunya. Azegi yang berhasil membunuh Pemimpin Desa Minaigawa itu, langsung berhadapan dengan Kisuke dan Mitsuki dengan berakhirnya kabut misterius itu datang.
Azegi:"Hihihihihihi."
Mitsuki:"Dasar berandalan!!! Apa kau sadar seberapa kejamnya dirimu membunuh orang tak bersalah itu!!?"
Azegi:"Hihihihihihi, aku akan sadar jika aku mendapat darah kalian."
Kisuke:"Balasan setimpal seperti apa yang pantas kau terima atas perbuatan mu?"
Mitsuki:"Mungkin jika kita berniat membunuh nya, maka itu sudah lebih dari balasan. Tinggal setimpal nya yang belum kudapatkan, kau akan menyesal nanti, Azegi!!!!"
Azegi:"Hihihihihihi."
Dunia fantasi dibayangan kedua manusia kadang akan muncul pembunuhan agar menambah rasa kejam diantara perselisihan, tapi dunia nyata menyediakan dunia fantasi melalui mimpi buruk dan pemikiran masing-masing umat. ( Bab 8 Tamat )

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience