Begitu Azegi selesai dengan misi kejamnya, ia langsung berhadapan dengan Kisuke dan Mitsuki yang sedari tadi kesal dengan tingkah laku nya.
Azegi:"Turunkan lah pedang kalian, biar aku yang akan menaruh luka untuk kalian. Mungkin pedang ku suka dengan mangsa kuat seperti kalian, aku juga tidak sabar merasakan segarnya darah para Legenda."
Kisuke:"Kau benar-benar jahanam!!"
Mitsuki:"Aku tidak sudi jika darah ku terbuang hanya untuk memberi hantu berandalan ini minum dan mengubah nya semakin gila!!"
Azegi:"Aku juga tidak sudi jika para Legenda masih hidup dengan tujuan nya mengakhiri Raja Iblis, itu tidak wajar kan?"
Mitsuki:"Kau benar-benar iblis! Kau tidak tau mana yang harus dibela dan mana yang harus disingkirkan!! Aku tidak ingin membuang percuma tenaga ku hanya untuk membalas ocehan mu yang kejam itu!!"
Kisuke:"Kita habisi hantu berandalan ini, Mitsuki!"
Mitsuki:"Iya!"
Mitsuki maju sambil menyerang Azegi yang terdiam kaku menanti serangan tersebut, dan akhirnya kekuatan Mitsuki terbuang percuma dengan taktik cerdik Azegi menghindari nya. Kisuke dengan cepat menyerang Azegi dari belakang namun Azegi bisa dengan lincah menahan serangannya, asisten Raja Iblis itu terus menerus menyerang kedua Legenda itu dengan tak terkendali bagai arwah. Ketika Mitsuki dan Kisuke mundur untuk menghela nafas, Azegi berkesempatan untuk melarikan diri dan pulang ke istana.
Mitsuki:"Azegi!! Kau pengecut!!"
Azegi:"Bilang saja sesuka mu, Naga Dua Elemen. Aku tidak ingin lama-lama berada disini dengan kalian yang tidak akan pernah menyerah diri mengharapakan kematian tuanku. Alaminya, dunia ini berdiri karena dua sifat tertentu. Izinkan aku tertawa untuk kesenangan hari ini yang penuh darah dan sifat humoris bangsawan ku. Hihihihihihi."
Mitsuki:"Sialan kau Azegi!!"
************
Sorai berlari diatas ranting pohon layaknya ninja didunia Shinobi, ia sehabis mencari obat tumbuhan untuk para Pasukan Api yang terluka setelah robohnya benteng mereka dan ia pulang tanpa menemukan sehelai tumbuhan obat satupun, karena cuaca berubah menjadi hujan lagi disertai kabut, Sorai harus berjalan pelan-pelan agar tidak menabrak pohon disana. Saat berjalan pelan, ia bertemu dengan Karasya yang juga sedang berjalan diatas ranting pohon dan ia pun tertabrak pohon karena memperhatikan Karasya yang berekspresi sedih.
Braaakkk......
Sorai:"Aduh..... tertabrak lagi. Karasya, kau tidak apa-apa?"
Karasya yang mendarat dibawah tepat didepan Sorai, menoleh ke belakang dan berekspresi sedih seakan-akan tidak rela menerima suatu kenyataan.
Sorai:"Hei, kau kenapa? Apa yang terjadi di desamu?"
Karasya:"Desa ku baik-baik, saja tapi guru Kayra, ia tak akan pernah baik-baik saja."
Sorai:"Ada apa pula dengan guru Kayra? Apa kalian kena musibah?"
Karasya:"Aku tidak bisa menceritakan nya, terlalu menyakitkan. Hatiku sudah hancur berkeping-keping, aku tidak akan pernah memaafkan wanita jahat itu."
Sambil bercerita, Karasya menangis terisak-isak teringat kejadian sadis di desanya. Sorai yang mendengar sebagian kisah Karasya tentang gurunya, membuat ia semakin penasaran dan khawatir.
Sorai:"Karasya, ceritakan lah padaku. Siapa tau aku bisa bantu."
Karasya:"Aku tak butuh bantuan siapapun, yang ku butuhkan sekarang adalah terkabul nya doa ku untuk mengembalikan nyawa guru Kayra."
Sorai:"Karasya, daritadi kau selalu cerita setengah-setengah saja. Bagaimana aku bisa mengerti kau sedang dalam apa? Coba ceritakan selengkapnya dan aku pasti akan menolong sesama shinobi."
Karasya:"Maka dari itulah aku hanya menceritakan setengah kejadian sadis ini padamu agar kau bisa mengerti hanya dari segi ekspresi ku!! Kau memang tidak mengerti dengan apa yang aku bicarakan tapi cobalah untuk mengerti lebih lanjut padaku yang sebenarnya!!"
Sorai:"Hentikan!!!"
Tiba-tiba Sorai berteriak dihadapan Karasya yang bicara keras dengan wajah sinis, Karasya terdiam sejenak setelah Sorai menyuruh nya berhenti bicara. Sorai tak bermaksud memarahi Karasya, justru ia meminta Karasya untuk curhat padanya apa yang terjadi dengan guru Kayra.
Karasya:"Kau marah padaku karena aku bicara kasar tadi? Baiklah, aku akan pergi sekarang."
Belum sempat Karasya berbalik badan untuk pergi, Sorai langsung mencegah nya dan menarik tangan Karasya dengan kuat sampai berhadapan dengan jarak yang begitu dekat, Karasya terdiam kaku melihat wajah Sorai sedekat itu. Sorai tak peduli dengan perasaan Karasya, ia berusaha menenangkan temannya dan menyuruh menceritakan lagi kisah sadis itu.
Karasya:"Sorai?"
Sorai:"Karasya, apa guru Kayra dalam bahaya atau desa mu di ambil alih asisten Raja Iblis? Ceritakan lah semuanya padaku."
Karasya:"Sorai, guru Kayra tewas ditembak mati oleh asisten Raja Iblis."
Sambil menangis, Karasya menceritakan semuanya pada Sorai hingga ia ke hutan untuk mencari tumbuhan obat.
Sorai:"Aku mengerti sekarang, tapi berhenti lah menangis. Aku juga kehilangan guru Odazaro yang tewas dibunuh oleh Azegi, tapi aku tak menangisi akhir kejadian itu karena semakin ditangisi kita akan semakin tak rela membiarkan kepergian nya."
Karasya:"Tapi itu bagimu, bagiku, kepergian guru Kayra sesadis itu, membuat ku tak rela menerima nya. Beliau sudah ku anggap sebagai ibuku sendiri, dan rasanya sangat menyakitkan melihat dirinya pergi lebih jauh."
Sorai tak membalas perkataan Karasya, ia mengambil sebuah benda penting dikantongnya dan menyerahkan pada Karasya.
Sorai:"Simpan ini."
Karasya:"Untuk apa?"
Sorai:"Untuk berjaga-jaga jika suatu nanti kau dalam bahaya, guru mu sudah tiada kan? Aku khawatir dengan kepergian gurumu, kau akan senantiasa dalam bahaya kapanpun. Dan mungkin benda itu bisa menolong mu."
Karasya:"Peluit ini?"
Sorai:"Ketika kau dalam bahaya, tiup lah peliut itu dan tunggu beberapa saat."
Karasya:"Terima kasih atas segala nya, Sorai."
Sorai:"Iya, kalau begitu, aku pulang dulu. Hati-hati, Karasya."
Karasya:"Iya."
************
Dengan tiba-tiba saja, Yukisora selamat setelah menyelamatkan gurunya dan berada di halaman nya dengan kondisi masih pingsan. Ia bangun dan melihat sekelilingnya, dan mendengar seseorang memanggil nya. Ternyata Arashi sala satu Pasukan Api berteriak sambil membangunkan Yukisora dan memberi tahu kalau guru Odazaro berhasil ditemukan. Yukisora pun bergegas mendekati gurunya yang masih tak sadarkan diri itu.
Yukisora:"Guru Odazaro!! Guru Odazaro!!! Bangun! Jangan tinggalkan aku!!! Guru Odazaro!!!! Guru Odazaro!!! Guru Odazaro!!!"
Sambil menangis, Yukisora berusaha membangun gurunya yang sedari tadi belum sadar. Mitsuki dan Kisuke yang belum pulang karena khawatir dengan kondisi guru Odazaro, juga ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh Yukisora.
***********
Raja Nagazaro duduk di singgasananya sambil menunggu laporan Azegi yang bertugas di Desa Minaigawa, terlihat sedang menatap langit malam yang bertambah semakin mencekam melalui jendela besar nya. Isaru masuk keruangan kakaknya dan berdiri dibelakang singgasana iblis.
Nagazaro:"Isaru, untuk apa kau datang kemari? Aku sudah memperingatkan mu untuk jangan pernah membujuk ku menghentikan rencana jahat ini."
Isaru:"Aku memang bermaksud persis yang kau katakan, bisa kah kau hentikan sekarang juga?"
Nagazaro:"Apa kau tidak bisa berpikir jernih, Isaru? Nantonio sudah sering bilang padamu jika aku tidak akan pernah bisa menghentikan rencana jahat ini hanya dengan permintaan lemahmu dan kau masih saja melakukan nya."
Seketika itu keadaan langsung hening dan Azegi masuk keruangan tuannya sambil mengabarkan laporan tentang misinya.
Azegi:"Tuanku, aku sudah kembali."
Nagazaro:"Bagaimana misinya?"
Azegi:"Berakhir dengan sangat pedih dan menyakitkan sekali, tapi bagiku, itu adalah hal yang paling kusukai."
Nagazaro:"Bagaimana dengan misi dua saudara itu?"
Azegi:"Aku sudah cek Desa Mikagawa, terlihat ada sedikit darah berceceran disatu tempat. Aku sempat merasakan segarnya darah Kayra yang suci itu, kelihatan nya kekompakan dua saudara itu membawa hasil yang paling menyedihkan. Desa Minaigawa juga menanggung sisa derita Odazaro dengan tangisan dan air mata Legenda Kelima dan sayang sekali, aku tidak sempat merasakan darah segar dari Legenda Kelima karena misi ku hanya mengincar Odazaro, tapi aku sudah puas dengan semua ini. Rencana jahat mu bisa disebut sebagai langkah awal untuk menguasai dunia, dengan berjalannya misi jahat ini, kita takkan ragu-ragu untuk memikirkan jika para Legenda itu bisa melampaui kita."
Nagazaro:"Kau memang sedikit kurang waras, tapi jika bertentangan dengan misi jahat, kau selalu berhasil di segalanya."
Isaru:"( Dalam Hati ) Apa mereka tidak sadar jika selama ini, aku menguping pembicaraan mereka secara tak disengaja? Tapi lebih baik, aku berdiam dulu hingga mereka kembali tenang dan aku bisa keluar dari istana ini. Andai saja Nantonio masih hidup, aku akan mengatakan ini padanya jika aku akan mulai berani menghadapi kakakku dan bersifat lebih tegas demi mencegah rencana jahat ini. Nantonio, semoga kau tenang disana, aku disini baik-baik saja."
**************
Yukisora masih menangis menatap guru Odazaro yang masih tak sadarkan diri dikamarnya, Sorai, Mitsuki, dan Kisuke berdiri didepan pintu kamar sambil melihat kondisi guru Odazaro dan Yukisora yang masih menangis terisak-isak.
Sorai:"Guru, berhenti lah menangis. Kau itu pria, kuatkan lah air mata mu. Semua ini terjadi tanpa diduga, secara tragis, kita dikagetkan dengan kedatangan satu musuh terkuat yang tak lain adalah Azegi Mitsora di saat kita sedang kesusahan."
Kisuke:"Dimana ada penjahat, disitu juga ada pahlawan. Dan dimana ada kekuatan, disitulah muncul keinginan berat untuk menaklukkan dunia. Tapi tidak dengan cara iblis, agar mudah ditaklukkan."
Mitsuki:"Suatu saat nanti, keinginan ku pasti akan terkabul untuk menghabisi nyawa Azegi dan giliran ku untuk mentertawakan derita yang didapatkan nya dariku."
Sorai:"Jika kita masih lemah menghadapi sisa penderitaan yang akan datang semakin drastis, maka para musuh yang akan datang juga semakin banyak dan bisa-bisa menimbulkan banyak korban bahkan kehilangan tanah desa diberbagai negeri ini."
Yukisora yang tidak peduli dengan perbincangan mereka bertiga, tetap memperhatikan kondisi guru Odazaro dan berdoa agar cepat sadarnya, Sorai pun menasehati kembali gurunya yang masih duduk menggandeng tangan guru Odazaro.
Sorai:"Guru, kau masih mengharapkan kesadaran guru besar Odazaro?"
Yukisora:"Kepedihan ini sudah merobek kehidupan ku, seakan-akan aku kehilangan semangat hidup."
Sorai:"Guru, kau ini bicara apa?"
Yukisora:"Aku tidak pernah menerima kenyataan pedih sebesar ini apalagi sampai harus kehilangan guru kesayangan ku, kehidupan ku bagai tertutup kembali pada kegelapan masa lalu."
Sorai:"Aku bisa mengerti maksud sebenarnya perasaan mu, guru. Tapi jangan sampai harus mengubah sifat mu secara tak pribadi."
Mitsuki:"Lupakan semua yang sudah lalu itu, Yukisora. Teruslah berdoa agar Tuhan dapat menyembuhkan guru kesayangan mu itu sambil mengutamakan prioritas Legenda kita, apa kau masih ingat jika kita punya janji akan bersama menemui Raja Iblis langsung dan menghadapi nya?"
Yukisora:"Kau saja pergi sendirian, jangan bawa aku dalam masalah ini."
Kisuke:"Yukisora, jangan patah semangat dulu. Kenapa tiba-tiba sifat mu yang optimis itu berubah menjadi begini?"
Mitsuki:"Memang kehilangan sesuatu yang kita sayangi itu akan sangat menyakitkan dan sulit untuk dilupakan, tapi semua orang tak akan seperti dirimu, Yukisora, masa lalu tetaplah masa lalu, dan dirimu tetaplah dirimu."
Mitsuki keluar kamar guru Odazaro dan berjalan diantara Pasukan Bersenjata dan Pasukan Api yang sedang duduk bersedih hati tentang tewas nya Pemimpin Desa Minaigawa diteras depan. Pasukan Bersenjata nampak bingung dengan apa yang akan di lakukan Mitsuki kali ini yang keluar dari kesedihan sahabatnya sendiri.
Morui:"Kapten, kau akan kemana?"
Subasa:"Kalau kapten akan mengembara lagi, kami harus ikut dengan mu."
Mitsuki berdiri ditengah halaman rumah Yukisora sambil mengatakan sesuatu dengan berteriak kencang hingga kedengaran oleh Yukisora.
Mitsuki:"Yukisora!! Jika kau masih diam menunggu kesadaran guru mu, maka biarkan lah aku melangkah lebih maju darimu sebagai rival utamamu!! Tidak masalah jika aku melakukan janji kita sendiri tanpa harus memaksa bantuan mu!! Aku juga tak butuh pasukan tambahan untuk mendampingi petualanganku!! Aku akan berangkat beberapa saat lagi dan ini kesempatan mu untuk kembali bekerjasama!! Jika kau masih tak bisa bergabung denganku, aku akan pergi sekarang dengan memulai langkah lebih maju dari mu!!"
Mendengar pidato Mitsuki, Yukisora langsung bangkit dan berjalan keluar menemui rivalnya yang sombong itu. Kisuke juga mengikuti Yukisora keluar kamar dan melihat aksi sombong Legenda Keempat itu. Para Pasukan Api dan Pasukan Bersenjata juga kaget mendengar pidato tersebut yang terdengar secara langsung dibelakang. Yukisora datang dan marah pada pidato Mitsuki yang mengatakan jika dirinya tak dapat bangkit lagi.
Yukisora:"Mitsuki!! Sombongnya dirimu!! Hanya karena aku tak bisa apa-apa, kau langsung mengerjakan perjanjian kita tanpa bukti kerjasama ini!!"
Mitsuki:"Salahkan lah dirimu sendiri, Yukisora. Jangan karena kau kehilangan gurumu, kau harus menanggung kelemahan besar hingga berpengaruh pada keinginan mu sendiri."
Yukisora:"Aku tau kesalahan seperti apa yang telah ku alami dan dengan kejadian ini, aku belajar untuk menghargai perasaan seseorang dan bisa mengutamakan peran ini. Tapi aku sudah bangkit! Jadi biarkan aku pergi bersamamu dalam perjanjian yang sudah lama kita dirikan ini!!"
Mitsuki:"Sudah terlambat untuk itu, Yukisora."
Yukisora:"Apa maksud mu sudah terlambat!!?"
Mitsuki:"Aku sudah mengatakannya di pidato tadi kan? Aku sudah memulai langkah ku sendiri sebelum akhirnya kau mengikuti perjanjian ini."
Yukisora:"Apa!!? Mitsuki!! Sekarang giliran mu menjadi sok hebat dariku!! Bukankah perjanjian ini berawal dari ide ku!!? Kenapa harus dirimu yang menguasai nya!!?"
Mitsuki:"Kau lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan gurumu yang masih tak bernafas itu!! Dan menurut ku, perjanjian ini pantas dituntaskan oleh ku seorang diri dan tidak dengan dirimu!!"
Yukisora:"Kenapa harus begini!!? Memangnya kau sanggup menghadapi Raja Iblis itu sendirian tanpa bantuan ku!!?"
Mitsuki:"Dengarkan aku, Pemuda Api!! Dengan atau tanpa bantuan mu, aku akan mengalahkan Raja Iblis itu meski aku akan mati setelah ia mati!! Kau tidak perlu ikut campur urusan ini!! Lebih baik kau berdoa lah sebanyak mungkin agar guru mu cepat sadar dan berteriak lah untuk membuat semangat mu semakin membara daripada harus kehilangan tenaga membalas tolakan ku!!"
Yukisora:"Baik!! Tidak masalah!! Jangan harap kau akan berteriak meminta pertolongan dari siapapun!! Aku tidak bisa menjamin keselamatan mu tanpa dibantu seseorang setidaknya hanya satu saja!!"
Kisuke:"Mitsuki, aku meminta mu untuk melakukan perjanjian itu bersama Yukisora sebelum kalian tak bisa bersatu lagi sebagai Legenda Serival."
Mitsuki:"Kisuke, aku lebih baik diam daripada harus membalas sesuatu yang tak berhubungan dengan diriku. Aku berangkat sekarang dan jangan ada yang mengikuti ku, kecuali Yukisora yang berubah pikiran akan mengikuti perjanjian ini."
Mitsuki berjalan ke luar gerbang Desa Minaigawa dan menemui kudanya yang menunggu disamping gerbang masuk, Yukisora berubah sifat setelah melihat sahabatnya bertingkah kasar.
Kisuke:"Yukisora, kau baik-baik saja?"
Yukisora:"Entahlah, tuan. Ada rasa menyesal, dan ada juga rasa dendam terhadap Mitsuki. Tapi sebagai Legenda, kita tidak boleh menyimpan dendam sesama Legenda juga."
Kisuke:"Ikuti saja Mitsuki, aku tau dia takkan berhasil tanpa sahabat nya. Dia bersikap sok hebat seperti tadi, tujuan nya adalah mengubah sikap mu untuk bangkit kembali demi mencapai kedamaian dunia dan lupakan tentang kepedihan yang lalu itu. Jika Raja Iblis berhasil dikalahkan oleh para Legenda, maka semua penderitaan ini akan terhapuskan oleh kebahagiaan besar. Temui lah Mitsuki sebelum dia memasuki era iblis sendirian, aku yakin kau sahabat yang terbaik untuk saudariku."
Yukisora tersenyum bahagia mendengar perkataan lembut Kisuke dan mengatakan kalimat yang disukai nya yaitu sahabat yang terbaik untuk Mitsuki, ia dengan cepat mempersiapkan beberapa senjata nya untuk menghadapi perang dan berlari keluar desa menemui Mitsuki dengan cepat.
************
Mitsuki naik ke kudanya sambil merapikan costum nya dan terdengar suara teriakan kencang yang tak lain adalah.......
Yukisora:"Mitsuki!!!!"
Mitsuki:"Yukisora?"
Yukisora:"Tunggu aku!!"
Mitsuki:"Kau berubah pikiran?"
Yukisora:"Setelah dipikir-pikir, aku harus mempertahankan rasa kesetiakawanan ku terhadap dirimu! Aku tau jika setelah guruku tewas, aku langsung menyerah dan kehilangan semangat ku! Tapi detik ini juga, aku kembali dengan diriku semula dan berpetualang bersama mu menghadapi Raja Iblis itu! Aku berani taruhan, setelah penjahat itu tewas dengan kerjasama kita, maka seluruh penderitaan selama ini akan terhapuskan oleh kebahagiaan besar!!"
Mitsuki:"Pasti Kisuke yang mengatakan nya padamu kan?"
Yukisora:"Bagaimana kau bisa tau!?"
Mitsuki:"Kalimat semacam itu pasti berasal dari Kisuke, ia juga mengatakan padamu untuk segera mengikuti ku dan bersama kita menyingkirkan penderitaan."
Yukisora:"Kau benar-benar hebat, Mitsuki! Apa kau bisa mengetahui jika Raja Iblis akan mati dalam keberanian seseorang dan siapakah orang itu?"
Mitsuki:"Kita bahkan belum memulai langkah untuk menghadapi Raja Iblis itu, bagaimana caranya aku tau jawaban dari pertanyaan mu?"
Yukisora:"Baik, ayo kita berangkat!"
Mitsuki:"Oh yeah!!!"
**********
Perjalanan Legenda Keempat dan Legenda Kelima itu dimulai dengan semangat yang membara, mereka berkuda sambil menyusun rencana polos tanpa sehelai tenaga otak untuk bersusah payah memikirkan nya.
Yukisora:"Rencana ini sangatlah polos tapi kita tidak bisa bangga hanya karena telah menyusun sedikit strategi setelah kita sampai dihalaman istana Iblis itu!"
Mitsuki:"Ini akan menjadi sejarah penting para Legenda abad ini, menyingkirkan kejahatan yang selama ini telah mendatangkan banyak kematian! Meski kita kehabisan nyawa untuk perang ini, setidaknya kita berhasil membunuh Raja Nagazaro sebelum akhirnya giliran kita mati demi berkorban!"
Yukisora:"Jiwa ku terbakar dan membara bagai api yang menyala dengan semangat nya!!"
Mitsuki:"Oh yeah!!! Ayo berpesta!!!"
Kesedihan hidup di dunia nyata, sangat lah membebani keseharian seseorang hingga tak ada kata bahagia sebelum akhirnya kesedihan itu hilang dengan usaha asli dari waktu yang dikorbankan oleh orang itu juga. Bab 9 ( Tamat )
Share this novel