Sebuah coretan untukmu Juna....

Andai aku bisa mengukir bait-bait indah seperti yang kau gemari hingga kau terpana asyik dengannya, andai bisa melukis dan luahkan segala yang terbuku di lautan paling dalam hati ini agar bisa menyentap tangkai hati setiap jiwa yang menghayatinya.

Biar terlerai hati yang terluka, biar tenang jiwa ini pergi bersama hembusan nafas yang terakhir kalinya.

Segala memori yang kita lalyi bersama telah menjadi sebahagian kenangan terindah dan cukup manis untuk dikenang namun amat pahit untuk ditelan. Sejarah cinta kita ini biarlah terus karam dalam laut dalam yang mungkin tidak akan timbul dan berulang semula bahkan hingga akhir usia bumi ini.

Cinta yang bersemi dan disemai selama tujuh tahun itu menemui titik kemusnahan saat seuah insiden yang tidak ku duga sama sekali terjadi.

Hari itu aku menyaksikan sebuah petanda bahawa kasih yang disemai akan berakhir.

Bia raku membawa kau menggemara semuala merentasi waktu lalu.

Waktu itu ku tidak tahu mengapa aku dengan mudahnya berssetuju untuk memenuhi undanganmu hadir di hari ibu bapa semester akhir persekolahan di tempatmu bertugas. Waktu itu kau baru saja menggalas tugas sebagai guru sandaran.

Bersungguh benar kau mengajak aku bertandang ke rumahmu sekebetulan pula kita juga bersaudara tetapi tidak pula pernah begitu rapat antara satu sama lain sebelum ini.

Laju saja ku akur setuju dan aku hadir setelah meminta izin daripada kedua ibu bapaku.

Mujurlah adik bersetuju untuk ikut sama menemani, tidaklah terasa kekok sangat. Aku bernasib baik kerana Kakak dan adik perempuanmu juga peramah dan baik hati memberi layanan yang baik.