Sama sekali tiada rasa janggal di antara kami walhal seperti kau, aku juga tidak rapat dengan mereka.
Saat kali pertama kakiku memijakkan kaki ke dalam rumahmu, kami disambut dengan penuh mesra oleh keluarga terutama ayah dan ibumu.
Kau memperkenalkanku kepada keluargamu sebagai bakal suri hidupmu, kata-katamu itu membuat aku tersipu malu dan duduk bagai cacing kepanasan.
Aku sama sekali tidak menyangka kalimah itu akan lahir dari bibirmu di depan keluargamu. Apa benarkah yang kudengar ini?
Akukah calon suri hidupmu, tiada lagikah calon lain selain aku?
Ah! Jangan buat lawak Juna, bukan aku tak tahu kau suka membuat lawak, hari-hari bagimu adalah April Fool.
Tapi ini bukan boleh dibuat lawak. Lawak yang satu ini telah menggoncang hatiku.
"Nak, mulai hari ini janganlah malu dan segan, anggaplah anak berada di rumah sendiri kerana anak telah kami anggap sebagai anak kami sendiri juga," ujar ayahmu yang tidak pernah kulupa.
Aku dapat merasakan keikhlasan hatinya, kulihat ada sinar di matanya yang menyoroti wajahku yang sudah merah padam ini. Kau yang duduk di
Sebelahku hanya mengukir senyum meleret penuh makna. Aku jadi tak keruan dibuatnya. Apa dah jadi ni?
"Kamu pun bukan siapa-siapa, kita ini ada hubungan keluarga cuma sedikit renggang dan diharapkan kedua buah keluarga akan menjadi rapat dengan penyatuan kamu berdua,” tambahnya lagi sambil memandang wajah anak lelaki tunggalnya dengan penuh harapan yang membuatkan jantungku berdegup kencang.
Share this novel