7

Romance Series 1016

Happy reading

°°°°°°°°°°°°°

Ilham keluar dari sekolah setelah sekolah itu sepi bagai tak berpenghuni. Selesai rapat sore tadi, Ilham langsung bersih-bersih masjid, maklum anak teladan.

Setelah mendapat angkutan umum tujuannya, Ilham duduk berseberangan dengan Karin, badgirl di sekolahnya, sekaligus musuh dari musuhnya, Skylla.

“Kamu juga ke arah sini?” tegur Ilham pada cewe yang ia kenal itu. Angkot ini masih sepi, hanya ada dia, Karin, dan dua orang ibu-ibu di bagian depan.

Karin tersentak. “Sejak kapan lo ikut angkot ini?”

Ilham menduga inilah respons yang akan Karin berikan. “Baru sih, saya kerja paruh waktu deket sini.” jawabnya jujur.

“Eumm... anu- gue mau ke rumah temen gue pake angkot, rumahnya gang gitu, mobil bokap gak bisa masuk.”

“Tadi kayaknya kamu nanya ke saya sejak kapan, berarti sebelumnya juga naik angkot ini kan?” tanya Ilham bingung. Ia tak bermaksud menyinggung Karin sama sekali.

Karin menghembuskan napasnya. “Gue mohon, jangan bilang ke anak-anak kalau gue pulang naik angkot,” pinta Karin membuat Ilham mengernyit. “Gue malu.” cicitnya pelan.

“Oh, saya kira kenapa,” Ilham mengangguk. “Lagian gak ada untungnya saya bilang ke yang lain.”

“Sip thanks,” ternyata Karin gak seserem Sky yah pemirsa. “Btw, gue denger-denger lo deket sama Sky ya?”

Ilham reflek menggeleng, dengar-dengar darimana sih? “Kemaren saya sama dia cuman di hukum bareng karena telat.”

“Oh gue kira bener,” ujar Karin. “Lagian ngapain anak alim kayak lo bergaul sama cewe ga punya adab kayak dia, mustahil banget.”

Ilham menggeleng-gelengkan kepalanya. Memang sih dari segi sikap lebih baik Karin, tapi bahasanya sama saja rupanya. “Dia bukan gak punya adab, pergaulannya aja yang memang salah.”

“Terserah lo deh.”

“Kiri pak!”

“Lo berhenti disini juga?” tanya Karin kaget karena barusan dia mau berhentiin angkot.

“Saya kerja paruh waktu disini,” balas Ilham seraya memberikan uang pada supir angkot tersebut. “Terimakasih banyak pak.”

“Saya pamit dulu ya.”
Karin yang ditinggal menatap ke arah Ilham yang masuk ke dalam restoran ayam di dekat jalan rumahnya itu. “Andai gue bisa sejujur lo, sayangnya gue terlalu gengsi.”

°°°°°°°°°°

Sky tengah bimbang, jalan mana yang harus ia pilih. Tidak, Sky bukan tersesat! Hanya saja ia bingung mau belok kanan ke restoran ayam atau belok kiri ke rumahnya dan makan masakan mamanya. Sky lapar, ralat, sangat lapar! sampai-sampai rasanya dia bisa makan setir mobilnya sendiri.

“Rumah masih jauh, mampir dulu gak masalah kali ya?” gumam Sky ragu.

“Alah gak papa daripada gue mati kelaperan kan ya?” tetep saja membelokkan setir ke kanan. “Perut oh perut! Bersiaplah, mama akan memberi mu banyak makanan!” seru Sky sembari tangan kirinya mengusap-usap perutnya sendiri. Tenang, gak ada bayinya kok! Cuma ada para cacing kelaparan.

Tringg....

Bunyi lonceng di depan pintu secara refleks membuat oreang-orang menoleh. Sky yang sudah memarkirkan mobilnya memilih masuk dan langsung duduk manis di kursi yang ada di lantai satu, tepatnya di ujung dekat jendela.

Kenapa gak dilantai dua? Kenapa harus di lantai satu?

Soalnya tenaga Sky kayaknyan udah gak kuat buat naik tangga yang tingginya Masya Allah. “Cari yang enak aja deh ya.” gumam Sky kemudian mengeluarkan ponselnya.

“Eh buset!” Sky mengelus dadanya kaget. “Nih emak-emak udah paling atas aja chatnya, buka gak ya?” Sky menimbang-nimbang keputusan berat ini, saking beratnya ngalahin keputusan hakim buat hukum orang yang nyolong sendal masjid. “Gak usah deh, nanti gue mau jawab apa?”

Tapi lagi-lagi gadis cantik itu menghela napasnya. “Kalau gak dijawab ceramah emak sepanjang jalan kenangan.”

Bodo amat deh! Yang penting hasrat makannya tersalurkan dulu.

“Silahkan dipilih menunya.”

Sky mengambil buku menu dan dengan sigap dengan pensil dan buku kecil di tangan si cowo waiters, bodoamat sama image, Sky lapar! “Saya mau paket satu, plus ayamnya tambahin dua yang dada, es krim vanila, french fries nya satu.” Ini Sky nulis sendiri kok, jadi bodoamat mau cepet-cepet atau gimana, Sky belum ngedongak aja, waiters sama beberapa pelanggan di radarnya udah melongo.

“Makas-“ Ucapan Sky terpotong saat menyadari sesuatu. “EH ELO?!”

Iya, itu di depannya Ilham gaiss...

Selain melongo dengan tingkah dan banyaknya pesenan Sky, dia malah melongo dengan kedatangan Sky disini. Gak kok, Ilham gak malu, cuman ya gitu deh, tidak bisa dipaparkan hanya dengan kata-kata.

“Kamu serius makan sebanyak ini?” tanya Ilham masih gak percaya.

Sky yang malah balik terkejut dengan bodohnya mengangguk, gak ada jaga image sama sekali. “Cepetan, gue kelaperan!”

Ilham tanpa basa-basi langsung berbalik arah ke arah dapur meninggalkan Sky yang masih melongo. “Yang bener itu dia marbot mesjid atau pelayan resto sih?”

°°°°°°°°°°°

“Vir, gue punya hot news buat lo.”

“Apa?”

“Tadi kan gue mampir ke resto ayam yang di perempatan itu, inget gak?”

Virly memutar otaknya sebentar kemudian mengangguk. “Depan gang rumah Karin kan?”

Sky mengangguk heboh. “Jadi tuh tadi gue kelaperan dan makan disana, lo tau gak siapa waiters nya?” tanya Sky sok misterius.

Virly menggeleng. “Kan gue gak ngikut sama lo dongo!”

“Si bego jangan nge gas!” kesal Sky setelah melempar bantal ke muka Virly.

“Ya lo sok misterius gitu, gue mana tau siapa waiters nya, lo kata gue yang punya resto?!”

“Iya sih,” gumam Sky pelan. “Yaudah deh, jadi kan gue mesen kayak biasa gitu, pas gue nengok ke atas, tepat pada mukanya, sesuatu yang tidak biasa mengejutkan seorang Sky yang cantik ini!”

“Dih, cantik lo?”

Plakkk....

Kena deh Virly. Makan tuh tangan Sky!
“Denger dulu Kuyang!” Sky kembali ke sikap Hyper nya. “Dan waiters itu ternyata SI ILHAM! LO TAU KAN SI MARBOT EH SALAH YANG ANAK ROHIS ITU?!”

Virly yang barusan mengusap dahinya yang kena tabokan Sky seketika melotot. “DEMI APA?!”

Yah...... Bolehkah menyalahkan Ilham atas semua kegilaan ini?

“SERIUS SUMPAH! ENTAH ANGIN APA DIA KERJA DISITU TAPI BENER DEH GUE SYOK DI TEMPAT!”

Virly menggaruk belakang kepalanya. “Yang gue denger dari anak-anak sih, ibunya Ilham kena kanker apa gitu, dan karena bapaknya udah meninggal berapa tahun lalu banyak yang liat juga kalau Ilham kerja sana-sini, buat pengobatan ibunya, itu juga makanya dia sama Sheila banyak ikut lomba, lumayan kan buat nambah-nambah,” jelas Virly berdasarkan ‘kata orang-orang’ “Untung dua-duanya anaknya pinter, kalau modelannya kayak lo sih cuman jadi beban.” lanjut Virly diakhiri dengan sebuah kata-kata menohok untuk Sky.

“Iya, iya gue sadar diri kok."

“Sederhananya, Ilham bisa dibilang udah jadi tulang punggung keluarganya,” Ujar Virly kembali ke topik. “Orang baik kayak dia, lagi lewatin badai ya?”

Sky mengangguk. “Iba sih gue, tapi gue bisa apa.”

“Yang pasti kalo lo lagi berantem sama dia, jangan bawa-bawa ibunya, itu pembahasan sensitif buat dia.”

“Iya kok gue gak pernah nyinggung ortu kalo berantem,” Sky nurut kan kalau sama Virly? “Tapi gue mau tanya satu hal deh ke lo.”

“Apa?”

“Lo sadar gak, kalau gue jadi lebih sering ketemu sama Ilham?”

°°°°°°°°

TBC -!

YOO GIMANA GAIS PART KALI INI???

MAKASI BUAT PARA READERS YANG UDAH NGIKUTIN SKYLLA SAMPE PART INI -!

SORRY BARU UP YAA! BANYAK HALANGAN DARI KEMAREN.

SAMPAI KETEMU DI PART SELANJUTNYA

WITH LOVE:
BERRYPARFAIT

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience