8

Romance Series 1016

Skylla: 8

Happy Reading -!!

°°°°°

Hari ini adalah hari minggu, dan di hari itu Sky tengah beres-beres rumah bersama keluarganya. Tentu saja ini adalah hasil dorongan sang ibu, mana pernah ada dorongan dalam diri Sky untuk berbuat baik seperti ini dengan sendirinya? Sky yang biasanya kabur hari ini tidak bisa semudah itu, setelah kemarin ketahuan ibunya gak makan masakannya, hari ini Sky keciduk maminya mau kabur lewat jendela kamar, kalau aja gak diancam kartu kreditnya diblokir Sky gak akan capek-capek ngebabu hari ini.

“Mi, Sky bersihin kamar Sky aja deh ya?” tanya Sky masih mencoba bernegosiasi.

Meira diam, tak mengacuhkan permintaan putri tunggalnya itu. Meira berusaha sabar untuk tidak mengumpati putri kesayangannya itu. “Jangan bertingkah kayak tuan putri deh ah! Gimana kalau kamu nikah nanti hah?! Suami kamu yang disuruh beberes?! Terus kamu cuman nyantai gitu?!”

“Dih kok mami ngegas?”

Mario yang sedari tadi memperhatikan tingkah keduanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Pantas saja Sky suka cibir sana cibir sini, ngomong gak di filter dulu, ternyata memang segala kemampuan Sky di bidang percekcokan adalah kemampuan turunan dari istrinya sendiri.

“Mami, Mami! Geli tau gak dengernya!” kesal Meira, Sky selalu begini jika ada maunya. “Kalau mama bilang enggak, ya enggak! Gak usah sok-sok manggil mami, emang kamu kira mama bakal luluh gitu hah?! Cepet jangan banyak omong! Masih mending dibantuin, nanti mama nikahin juga kamu!”

Sky melongo mendengar ibunya yang kalau ngomong suka nge rap, tiga puluh dua kata aja cuman butuh waktu tiga puluh detik. Dosa gak sih kalau Sky daftarin mama Meira ke agensi Idol Korea? “Nikah, nikah, emang ada yang sanggup punya mertua kayak mama?” cetus Sky yang benar-benar terdengar menyebalkan di telinga Meira.

“Kurang asem!” hampir saja sapu yang ia pegang dibuat melayang. “Kalau ada yang sanggup mau mama nikahin kamu sekarang emangnya hah?!”

Sky memelototkan matanya. “Enak aja, Sky masih menikmati masa-masa bebas kali ma, apa banget?” apa sih maunya mama Meira, ngomongin nikah terus, dikira Sky kucing apa segampang itu ngomong nikah? Kebelet punya cucu kali ya?

“Bebas kepalamu! Mama sama ayah kamu nikah umur tujuh belas ya! Kita tuh ta’aruf, tau gak kamu ta’aruf?!”

Ta’aruf? Rasa-rasanya Sky pernah mendengarnya di suatu tempat yang jauh dari radar Virly. Ta’aruf tuh yang kalau gak ada air buat wudhu diganti sama Ta’aruf kan? “Itu mah mamanya yang kecentilan.” balas Sky nyeleneh.

“KURANG ASEM! COBA SINI BILANG LAGI KAMU!”

Terjadilah kejar-kejaran antara ibu dan anak di pagi yang cerah itu. Si ibu membawa-bawa sapu dan si beban keluarga ngumpet di belakang punggung si bapak. “Mamanya aja kecentilan!”

Mario sampai bergeser-geser ke kanan ke kiri gara-gara ditarik sana-sini sama Sky. “Yah, tolongin Sky napa sih? Diem-diem bae!”

“Udahlah ma, lagian mama ngapain sih ngomongin nikah? Sky masih muda ma, zaman dia beda sama zaman kita dulu,” Meira diam ketika suara Mario sudah terdengar di telinganya, sementara itu Sky tersenyum penuh kemenangan di belakang Mario. “Kamu juga Sky, dengerin mama kamu ngomong apa! Jangan dibantah terus!” Hemmm.... kini giliran mama Meira yang tersenyum penuh kemenangan.

“Udah kalian berdua yang akur! Ayah ada meeting sama klien bentar lagi, awas aja kalau ada yang pecah.”

Sepeninggalan ayah Mario, Sky dan mama Meira sama-sama saling menatap sinis dari samping. “Awas aja kamu, mama nikahin tau rasa kamu!” kesal Meira mengancam Sky sembari berbisik kemudian pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Sky merinding, itu mamanya serem banget kayak makhluk kasar kalau ngebisikin orang. “Mampus gue kalau ampe dinikahin beneran.”

°°°°°

Virly menatap keluarga Sky yang tengah ricuh di ruang keluarga dari pintu utama.
Belum ada yang menyadari kehadirannya. Gadis itu bersandar di pintu bagian kiri yang tertutup sementara ia memperhatikan keluarga itu dari pintu sebelah kanan yang terbuka lebar, layaknya pintu neraka yang terbuka lebar buat Sky.

Ada kerinduan di mata Virly, sahabat Sky itu menatap ketiga orang di depanya sambil tersenyum. “Sesuatu ini yang gak akan pernah bisa gue lakuin sama keluarga gue."

Ada rasa iri melihat keharmonisan mereka. Ada rasa ingin menempatkan diri di posisi Sky. Ada rasa ingin memeluk kedua orangtua Sky bagaikan orangtuanya sendiri. Ada rasa ingin menangis karena kebahagiaan ini sesuatu yang tak bisa ia dapatkan.

“Sampai kapan pun, posisi lo yang gak bisa gue dapatkan cuman ini Sky.”

°°°°°
Berpindah dari Sky yang masih misuh-misuh sambil bersih-bersih rumah, ada Ilham yang tengah termenung menatap ibunya yang masih terbaring lemah di rumah sakit. Ibunya sekarat, namun Ilham tidak bisa berbuat apapun, darimana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu.

“Ilham.” panggil ibunya lemah.

Ilham tersentak kemudian bangkit dan menghampiri ibunya yang baru bangun. “Kenapa bu?”

Helaan napas pelan keluar dari hidung Aliya, tangan rapuhnya menangkup pipi Ilham pelan. “Lepaskan saja ibu nak, jaga adikmu, hanya itu satu-satunya cara supaya kamu tidak lelah bekerja.”

“Ibu jangan ngomong gitu, Ilham sama Sheila gak mau kehilangan ibu,” Ilham menahan airmata nya supaya tak terjatuh dan terlihat lemah. “Ibu, Ilham mohon, berjuang sebentar lagi bu.”

“Tapi nak, ibu hanya akan membebani kamu dan Sheila ke depannya, tolong pikirkan dengan dewasa,” Ilham tak tahan mendengar ibunya yang berbicara terbata. “Lepaskan ibu, nak.”

Tubuh Ilham rapuh, bergetar mendengarnya. “Ibu, Ilham sudah dewasa bu, Ilham mohon berjuang sebentar lagi, kalau sudah gak ada jalan keluarnya, Ilham akan lepasin ibu.”

Ini satu-satunya cara menenangkan ibunya supaya tidak berpikir buruk terus tentang akhir perjalanan hidupnya.

Ilham keluar dari kamar rumah sakit ketika ibunya sudah kembali tertidur. Pemuda itu duduk di kursi tunggu sembari menundukkan kepalanya frustasi. Pemuda itu bahkan tak bisa berpikir lagi, semuanya buntu, tidak ada lagi kah jalan keluarnya?

Ilham tersentak ketika sebuah tangan menepuk bahunya. Ia menegakkan kepalanya, hingga akhirnya mengetahui siapa sosok di depannya.

“Saya tau masalah kamu, mau buat perjanjian dengan saya?”

“Perjanjian apa pak?”

Sosok itu tersenyum selayaknya mendapat sebuah hadiah berharga. “Menikahlah dengan putri saya dan saya akan membayar biaya pengobatan ibu kamu.”

Sejak saat itu, Ilham tau, mengorbankan dirinya adalah jalan terbaik untuk ibunya dan adiknya.

°°°°°

Sheila terus mencari Ilham di sekitar rumah sakit hingga gadis itu menemukan kakanya di taman rumah sakit, tengah duduk diam di kursi taman menatap bunga-bunga di depannya.

“Ketemu!” serunya dan duduk di samping Ilham.

Ilham yang sedang melamun tersentak kaget. “Kamu ngapain disini?” tanya Ilham menutupi keterkejutannya. “Kan udah kakak bilang, di rumah aja.”

Sheila diam sebentar, ikut mengikuti arah pandang Ilham sebelumnya. Perempuan dengan jilbab putih itu tersenyum perih. “Anak ibu bukan kak Ilham doang kali,” Sheila terkekeh sebentar. “Shei lagi mikir, apa yang Shei bisa lakuin buat nyelamatin ibu? Shei mau ibu baik-baik aja meskipun itu artinya Shei harus mati.”

Ilham memeluk adik perempuannya itu. “Jangan pernah mikir kayak gitu lagi,” Ilham mengelus kepala Sheila yang tertutupi kerudung. “Kakak udah punya jalan keluarnya."

“Beneran? Jalan yang kakak maksud bukan mengorbankan diri kakak kan?”

Ilham menggeleng, inilah keputusan yang harus ia ambil. Sekalipun dirinya harus dikorbankan disini. Keputusan ini adalah penentuan, kesempatan ini tidak bisa dilewatkan oleh Ilham.

“Percayalah, keputusan yang kakak ambil merupakan pilihan dari Allah, keputusan dari sebuah pilihan berisiko adalah surga untuk kakak ke depannya.”

°°°°°

TBC -!

YOO GIMANA GAIS PART KALI INI???

MAKASI BUAT PARA READERS YANG UDAH NGIKUTIN SKYLLA SAMPE PART INI -!

SAMPAI KETEMU DI PART SELANJUTNYA

WITH LOVE:
BERRYPARFAIT

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience