Bersama supir pribadi
Namaku Ashty, umurku sudah 35 tahun dengan dua orang anak yang sudah beranjak dewasa. Waktu menikah umurku masih 19 tahun dan sekarang anakku yang paling tua sudah berumur 15 tahun sedang yang bungsu berumur 13 tahun. Kedua anakku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku dan suami serta dua orang pembantu yang hanya bekerja untuk membersihkan perabot rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang. Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri. Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah. Bila suamiku berada di rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi-pagi sekali dia sudah kembali leyap dalam pandangan mataku. Hari-hariku sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu menuntut ilmu di luar negeri terasa menyenangkan karena ada saja yang dapat kukerjakan, entah itu untuk mengantarkannya ke sekolah ataupun membantunya dalam pelajaran. Namun semenjak tiga bulan setelah anakku berada di luar negeri hari-hariku terasa sepi dan membosankan. Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang berada di luar negeri, bisa meninggalkan aku sampai 2 mingguan lamanya.
Aku tidak pernah ikut campur urusan bisnisnya itu sehingga hari-hariku kuisi dengan jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon dan terkadang melakukan senam. Sampai suatu hari kesepianku berubah total karena supirku. Suatu hari setibanya di rumah dari tempatku senam supirku tanpa kuduga memperkosaku.
Seperti biasanya begitu aku tiba di dalam rumah, aku langsung membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang melingkar menuju lantai dua dimana kamar utama berada. Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melemparkan tasku ke bangku yang ada di dekat pintu masuk dan aku langsung melepas pakaian senamku yang berwarna hitam hingga tinggal BH dan celana dalam saja yang masih melekat pada tubuhku. Saat aku berjalan hendak memasuki ruang kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku. Sesaat aku melihat tubuhku ke cermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yang masih kencang dan berbentuk mirip perut padi, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil kemudian aku menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya.
Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, buah dadaku yang masih diselimuti BH terlihat jelas lipatan bagian tengah, terlihat cukup padat berisi serta, “Ouh.. ngapain kamu di sini!” sedikit terkejut ketika aku sedang asyik-asyiknya memandangi kemolekan tubuhku sendiri tiba-tiba saja kulihat dari cermin ada kepalanya supirku yang rupanya sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi lupa kututup.
“Jangan ngeliatin.. sana cepet keluar!” bentakku dengan marah sambil menutupi bagian tubuhku yang terbuka.
Tetapi supirku bukannya mematuhi perintahku malah kakinya melangkah maju satu demi satu masuk kedalam kamar tidurku.
“Aris.. Saya sudah bilang cepat keluar!” bentakku lagi dengan mata melotot.
“silakan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan melenyapkan suara ibu!” ucapnya dengan matanya menatap tajam padaku.
Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela-jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari.
Detik demi detik tubuh supirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya. Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku.
“Mas.. jangan!” kataku dengan suara gemetar.
“Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa supirku saat melihatku mulai kepepet.
“Jangan..!” jeritku, begitu supirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik kemudian tubuh supirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang.
Aku terus berusaha meronta saat supirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat supirku juga kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu. Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, supirku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh terseret ke pinggir ranjang kembali dan celana dalam putihku tertarik hingga bongkahan pantatku terbuka. Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya. Lagi-lagi aku kalah cepat dengan supirku, dia berhasil menangkap tubuhku kembali namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa kejatuhan benda berat hingga tidak dapat bergerak lagi.
“Aris.. Jangan.. jangan.. mas..” kataku berulang-ulang sambil terisak nangis.
Rupanya supirku sudah kesurupan dan lupa siapa yang sedang ditindihnya. Setelah melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu supirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa dia mengikatnya. Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku. Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk. Lalu kurasakan pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku.
“Saya ingin mencicipi ibu..” bisiknya dekat telingaku.
“Sejak pertama kali saya melamar jadi supir ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu.
“Tapi saya majikan kamu Ris..” kataku mencoba mengingatkan.
“Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan.
“Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku.
“Tapi malam ini Bu Ashty harus mau melayani saya,” katanya sambil terus mendengus-denguskan hidungnya di seputar telingaku hingga tubuhku merinding dan geli.
Setelah supirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang. Aku dapat melihat tubuh polosnya itu. Tidak lama kemudian supirku menarik kakiku sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku. Tubuhku kemudian digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang tubuhnya sedang dipeluk ayahnya. Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya meremasi kulit pinggul, pahaku dan pantatku yang kencang dan putih bersih itu.
“Aris.. jangan Ris.. jangan!” ucapku berulang-ulang dengan nada terbata-bata mencoba mengingatkan pikirannya.
Namun Aris, supirku tidak memperdulikan perkataanku sebaliknya dengan senyum penuh nafsu terus saja meraba-raba pahaku.
“Ouh.. zzt.. Euh..” desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku.
Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku.
“Mass.. Eee” rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil memejapkan mata ketika kurasakan jemarinya mulai mengusap-usap belahan bibir vaginaku. Tangan Mas Aris terus menyentuh dan bergerak dari bawah ke atas lalu kembali turun lagi dan kembali ke atas lagi dengan perlahan sampai beberapa kali. Lalu mulai sedikit menekan hingga ujung telunjuknya tenggelam dalam lipatan bibir vaginaku yang mulai terasa berdenyut-denyut, gatal dan geli.
Tangannya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam bibir vaginaku membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tidak pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk. Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat, mengecup, menghisap liur yang keluar dari dalam mulut masing-masing.
“Ouh.. Ashty.. wajahmu sangat merangsang sekali Ashty..!” ucapnya dengan nafasnya yang semakin memburu itu.
Setelah berkata begitu tubuhku ditarik hingga buah dadaku yang menantang itu tepat pada mukanya dan kemudian, “Ouh.. mas.. Aris..” rintihku panjang dengan kepala menengadah kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti setelah mulutnya dengan langsung memagut buah dadaku yang ranum itu. Kurasakan mulutnya menyedot, memagut, bahkan menggigit-gigit kecil puting susuku sambil sekali-kali menarik-narik dengan giginya.
Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di dalam hati, namun ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seakan-akan ada sesuatu yang pernah lama hilang kini kembali datang merasuki tubuhku yang sedang dalam keadaan tidak berdaya dan pasrah. “Bruk..” tiba-tiba tangan Mas Aris melepaskan tubuhku yang sedang asyik-asyiknya aku menikmati sedalam-dalamnya tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku. Tidak berapa lama kemudian kurasakan bagian bibir vaginaku dilumat dengan buas seperti orang yang kelaparan. Mendapat serangan seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang dan rintihan serta erangan suaraku semakin meninggi menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang. Cukup lama mulutnya mencumbu dan melumati bibir vaginaku terlebih-lebih pada bagian atas lubang vaginaku yang paling sensitif itu.
“Aris.. sudah.. sudah.. ouh.. ampun Mas.. Aar.. riss..” rintihku panjang dengan tubuh yang mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa rasanya saat itu. Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya. Kurasakan jarinya dicelup ke dalam lorong kecil kemaluanku dan mengorek-ngorek isi dalamnya.
“Ouh.. Aaccchhhh.. Aa.. Ris..” desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri.
“Sabar Ash.., saya suka sekali dengan lendirmu sayang!” suara supirku yang setengah bergumam sambil terus menjilat dan menghisap-hisap tanpa hentinya sampai beberapa menit lagi lamanya.
Setelah puas mulutnya bermain dan berkenalan dengan bibir kemaluanku yang montok itu si Aris lalu mendekati wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang ranum dan kenyal itu.
“Bu Ashty.., saya entot sekarang mau ya.. sayang..” bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas yang sudah mendesah-desah. “Eee..” pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk belahan bibir vaginaku.
“Tenang sayang.. tenang.. dikit lagi.. dikit lagi..”
“Aah.. sak.. kiit..!” jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai terasa duburku berdenyut-denyut menahan ngilunya. Akhirnya batang penis supirku tenggelam hingga dalam dibalut oleh lorong kemaluanku dan terhimpit oleh bibir vaginaku.
Beberapa saat lamanya, supirku dengan sengaja, penisnya hanya didiamkan saja tidak bergerak lalu beberapa saat kemudian mulai terasa di dalam liang vaginaku penisnya ditarik keluar perlahan-lahan dan setelah itu didorong masuk lagi, juga dengan perlahan-lahan sekali seakan-akan ingin menikmati gesekan-gesekan pada dinding-dinding lorong yang rapat dan terasa bergerenjal-gerenjal itu. Makin lama gerakannya semakin cepat dan cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai, “Ouhh..”
Tiba-tiba suara supirku dan suaraku sama-sama beradu nyaring sekali dan panjang lengkingannya dengan diikuti tubuhku yang kaku dan langsung lemas bagaikan tanpa tulang rasanya. Begitu pula dengan tubuh supirku yang langsung terhempas kesamping tubuhku.
“Sialan kamu Ris!” ucapku memecah kesunyian dengan nada geram.
Setelah beberapa lama aku melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali.
“Kamu gila Ris, kamu telah memperkosa istri majikanmu sendiri, tau!” ucapku lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku.
“Bagaimana kalau aku hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal.
“Tenang Bu Ashty.., saya masih punya pil anti hamil, Bu Ashty tinggal minum.” ucapnya dengan tenang.
“Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis dan ketus.
“Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi Bu Ashty enggak usah khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah lebih tenang lagi.
“Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu Ris..” ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam supirku sudah lama merencanakannya.
“Bagaimana Bu Ashty..?”
“Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Ris..” kataku masih dengan nada kesal dan gemas.
“Maksudnya, tadi waktu di entot enak kan?” tanyanya lagi sambil membelai rambutku.
Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh supirku, namun dalam hati kecilku tidak dapat kupungkiri walaupun tadi dia sudah memperkosa dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya, namun aku sendiri turut menikmatinya bahkan aku sendiri merasakan orgasme dua kali.
“Kok ngak dijawab sich!” tanya supirku lagi.
“Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Aris!” kataku dengan menggerutu karena tanganku sudah pegal dan kaku.
“Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!” ucapnya sambil langsung menggendong tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di samping tempat ranjangku. Tubuhku yang masih lemah lunglai dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah pancuran shower yang tergantung di dinding. Setelah itu supirku menyalakan lampu kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin yang turun dari atas pancuran shower itu. Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar mandi lalu Aris supirku berjongkok dekatku dan kemudian duduk di sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas.
Mata supirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, dia mulai mengusap rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang seorang anak kecil. Lalu diambilnya sabun cair yang ada di dalam botol dan menumpahkan pada tubuhku lalu dia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak tangannya. Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke buah dadaku kiri dan kemudian ke buah dadaku yang kanan. Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak berputar seperti sedang memoles mobil dengan cairan kits. Sesekali dia meremas dengan lembut buah dada dan puting susuku hingga aku merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, kemudian turun lagi ke lenganku.
“Ah.. mas..” pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak tangannya menutup bibir vaginaku.
Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok bibir vaginaku naik turun dan kemudian membelah bibir vaginaku dengan jemari tangannya yang lincah dan cekatan dan kembali menggosok-gosokkannya hingga sabun cair itu menjadi semakin berbusa.
Setelah memandikan tubuhku lalu dia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil membiarkan tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower. Usai membersihkan badan, supirku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu.
“Saya akan bawakan makanan ke sini yach!” ucapnya sambil supirku melilit handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat untuk aku berbicara. Sudah tiga tahun lebih aku tidak pernah merasakan kehangatan yang demikian memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Memang dalam hal keuangan aku tidak pernah kekurangan. Apapun yang aku mau pasti kudapatkan, namun untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tidak kudapatkan lagi.
Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa sedang, gembira atau.. entah apalah namanya. Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal. Supirku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, namun waktu kembali rupanya dia membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta segelas minuman kesukaanku. Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang.
“Biar saya yang suapin kamu Ash!” ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi goreng yang dibuatnya.
“Kamu yang masak Ris!” tanyaku ingin tahu.
“Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita berdua, si Wati dan Cecep kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!” kata supirku.
“Ayo dicicipi!” katanya lagi.
Mulanya aku ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, namun perutku yang memang sudah terasa lapar, akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok. Tidak kusangka nasi goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya. Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat kuhabisi juga.
“Bolehkan saya memanggil Bu Ashty dengan sebutan kak?” tanyanya sambil membasuh mulutku dengan tissue.
“Boleh saja, memang kenapa?” tanyaku.
“Engga apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.”
Kalau saya boleh manggil kak Ashty, berarti Bu Ashty eh.. salah maksudnya kak Ashty, sudah rela aku entot kan?” celetuknya meminta.
“Terserah kamu saja ” kataku.
“Sudah nggak capek lagi kan Mbak Ashty!” sahut supirku.
“Memang kenapa!?” tanyaku.
“Masih kuatkan?” tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku kembali.
Aku tidak memberi jawaban lagi, hanya menunduk malu, tadi saja aku diperkosanya malah membuatku puas disetubuhinya apalagi untuk babak yang kedua kataku dalam hati. Sejujurnya aku tidak rela tubuhku diperkosanya namun aku tidak mampu untuk menolak permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara seperti dulu saat aku pertama kali menikah dengan suamiku.
Supirku kemudian menggerayangi tubuhku buah dadaku, perut hingga selangkanganku tidak luput dari rabaan tangannya, aku memejamkan mata selama tangannya meraba tubuhku yang sensitif, beberapa saat kemudian birahiku mulai naik.
"Hmm.. aaccchhhh.." desahku
"Enak ya kak Ashty..? Ucap supirku.
Aku tidak menjawab tetapi terus menutup mata menikmati tangannya yang terus menerus meraba tubuhku yang sensitif.
"Aku akan melepas ikatannya jika kak Ashty bersedia bercinta dengan aku" ucap supirku kemudian.
Aku membuka mata dan tersenyum, kemudian supirku melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakiku, setelah itu dia memeluk tubuhku.
Aku membalas pelukannya kemudian kami berciuman, saling mengulum, saling memagut dan menyedot air liur dalam posisi rebahan Aris berada diatas tubuhku. Supirku kemudian mengulum telingaku, rasa geli menjalari seluruh tubuhku membuatku semakin bergairah dan erat memeluk tubuhnya.
Aris pun kemudian mencium dan menjilati leherku lalu dia turunkan jilatannya menyusuri tubuhku hingga kini dia bermain dengan kedua buah dadaku, kembali di jilat, disedot bahkan digigitnya perlahan. Cukup lama supirku bermain dengan kedua buah dadaku.
Ia kemudian bersimpuh diantara kedua kakiku menatap tubuhku yang menanti hal selanjutnya yang akan dilakukan oleh supirku terhadap tubuhku.
"Kamu sangat menggairahkan kak Ashty, malam ini akan kuberikan kepuasan kepadamu, ijinkan aku mencicipi tubuhmu" ucapnya.
Kemudian dia menurunkan kepalanya ke selangkanganku dilumatnya bibir vaginaku, kedua tangannya melebarkan bibir vaginaku lidahnya menusuk dan menjilati vaginaku.
"Ooccchhhh.. aa.. ris.. te.. teruskan.." aku memegang kepalanya sambil mendesah.
Beberapa saat kemudian jari tangannya mengorek lubang vaginaku.
Kembali mengulum dan menyedot buah dadaku sambil tangannya mengorek lubang vaginaku, beberapa saat setelah itu aku menarik kepalanya keatas dan kuciumi bibirnya, setelah itu aku membalikkan tubuhnya dan kini aku berada diatas tubuhnya. Ku ciumi leher dan telinga supirku terus jilatan lidahku berada di dadanya yang bidang.
Beberapa saat kemudian aku merangkak turun hingga kini tubuhku bersimpuh diantara kedua kakinya, ku perhatikan batang penisnya yang lumayan besar tadi sudah kunikmati dengan vaginaku, kini mulutku juga akan menikmati batang penisnya yang sudah mengeras seolah menantangku.
Aku menggenggam batang penisnya lalu aku kocok naik-turun kemudian menurunkan kepalaku dan aku menjulurkan lidah menyapu kepala penisnya, sesaat kulirik wajah supirku dan tersenyum nakal, selanjutnya aku memasukkan penisnya kedalam mulutku, aku mengulum penis supirku dan memainkan lidah.
Lebih dari 5 menit aku mengulum dan mengocok penis Aris supirku, kemudian aku berdiri mengangkangi kepalanya lalu kuturunkan pinggulku, supirku menyambut dengan kedua tangannya lalu dia menjilati vaginaku dan aku pun kembali menggenggam batang penisnya dan mengulumnya.
Birahiku sudah tidak dapat ku tahan ingin segera dimasuki oleh penisnya, aku segera merubah posisi kini duduk mengangkangi pinggulnya dan aku mengangkat pinggulku sedikit dan meraih penisnya langsung kuarahkan ke bibir vaginaku hingga penisnya terhunus dalam lubang vaginaku, kemudian aku memompa penisnya yang berada di lubang vaginaku dan terkadang aku memutar pinggulku.
Aku tidak peduli lagi siapa laki-laki yang sedang aku genjot penisnya karena aku ingin mendapatkan orgasmeku dan sungguh nikmat dan enak luar biasa yang kurasakan. Aku terus menggenjot penisnya dan kedua tangan supirku memegang pantatku sambil diangkat keatas dan diturunkan ke bawah.
"Acchhh.. ooccchhhh.." Aku meremas buah dadaku sendiri sambil terus menerus mendesah kenikmatan karena tubuhku terus menerus memompa penis Aris supirku.
Aris pun kemudian bersandar pada ranjang dan menarik tubuhku hingga bersandar di dadanya, kemudian dia menggenjot vaginaku dengan menaik-turunkan pantatnya dan kedua tangan supirku meremas buah dadaku dari belakang.
"Aa.. ris.. enak ba.. nget.. terus.." racauku menikmati genjotannya.
Kemudian Aris memintaku untuk menungging didepannya, lalu dia langsung menusukkan penisnya kedalam lubang vaginaku lalu memaju-mundurkan pinggulnya menggenjot vaginaku, dia menyetubuhi diriku dengan doggy style cukup lama dan aku sangat menikmatinya.
"Ooccchhhh.. acchhh.. geenjoott.. teruusss.. acchhh.." desahku.
Beberapa menit kemudian aku merasa sudah tidak tahan lagi.
"Aku keluaarrr.." erangku ketika orgasme.
Setelahnya supirku memutar tubuhku hingga telentang dan dia menindih tubuhku kemudian menggenjot kembali tubuhku, dia melumat mulutku dan juga menciumi leher dan telingaku, kemudian dia menyusu pada buah dadaku bergantian kiri dan kanan.
Aris supirku kemudian bersimpuh diantara kedua kakiku sambil terus menggenjot vaginaku hingga aku merasakan penisnya semakin keras dan berdenyut didalam lubang vaginaku, dia mempercepat genjotannya kemudian dia menusukkan penisnya dengan kuat kedalam lubang vaginaku lalu menyemprotkan cairan spermanya didalam lubang vaginaku.
"Ooccchhhh.. kak Ashty nikmat sekali.." erangnya bersamaan dengan keluarnya cairan spermanya.
Kemudian dia menindih tubuhku lalu mencium keningku dan bibirku.
"Terima kasih kak Ashty sayang.. enak dan nikmat banget tubuh kak Ashty." Ucap supirku sebelum dia membaringkan tubuhnya disampingku.
Dia lalu memelukku dari samping dan aku memiringkan tubuhku juga memeluknya.
Malam itu kami tertidur hingga pagi dalam keadaan telanjang, aku melirik ke dinding melihat jam 06.00 pagi. Disampingku Aris masih tertidur, ku lirik selangkangan supirku sambil mengingat kembali kejadian semalam. Timbul keinginan untuk mengulangi lagi dan kembali melihat jam pada dinding, masih ada waktu 1.5 jam sebelum cecep dan Wati datang.
Tanpa buang waktu aku lalu meraba dan menggenggam batang penis Aris supirku kemudian aku mengulum penisnya sesaat kemudian Aris membuka matanya dan sedikit tidak percaya aku sedang mengulum penisnya. Selanjutnya dia bangkit dan memeluk tubuhku dan dia kembali menyetubuhi diriku sekali kemudian kami kembali mandi bersama seperti tadi malam. Setelah itu kami mengenakan pakaian masing-masing dan keluar dari kamarku menuju dapur.
"Kak Ashty mau saya buatkan minuman apa? Saya mau buat kopi? Tanya Aris supirku.
"Teh manis aja" jawabku.
Beberapa menit kemudian dia membawakan segelas teh manis lalu aku pun meminumnya dan aku teringat akan pil anti hamil yang semalam dia katakan.
"Aris.. mana pil anti hamil yang semalam kamu bilang? Aku mau meminumnya sekarang?" Tanyaku pada supirku.
"Sebentar kak Ashty saya ambil dulu ada didalam tas saya di mobil". Ucapnya lalu beranjak untuk mengambil obat anti hamil tersebut.
Beberapa menit kemudian dia kembali dan menyerahkan sebungkus kecil berisi beberapa tablet obat anti hamil. Lalu beberapa menit kemudian bel berbunyi dan Aris membuka pintu karena Cecep dan Wati datang, malam itu pun Aris supirku kembali menyetubuhi diriku.
Keesokan harinya aku minta diantar ke sebuah klinik dokter kandungan untuk menggunakan spiral agar tidak hamil selama berhubungan dengan Aris supirku karena setiap kali supirku menyetubuhi diriku selalu mengeluarkan spermanya didalam lubang vaginaku.
Beberapa hari setelah memasang spiral aku mengajak Aris liburan ke villa di Bali selama seminggu Cecep dan Wati aku minta hanya dtg 2 hari sekali ke rumah. Selama liburan tentu saja kami selalu melakukan hubungan seks layaknya suami istri berbulan madu.
Share this novel