KENIKMATAN BENCANA ALAM

Fantasy Series 6070

Baru-baru ini terjadi bencana alam di Indonesia yaitu banjir dan longsor di Bengkulu terjadi pada tahun 2019 yang mengakibatkan puluhan korban tewas akibat bencana alam ini. Suamiku yang kembali ke Indonesia 2 hari lalu pun mengerahkan bantuan untuk dikirim ke sana atas nama perusahaan, aku pun terlibat didalamnya. Setelah semua persiapan selesai dan bantuan telah dikirimkan sehari sebelumnya, aku dan suami berangkat dengan rombongan terbatas, awalnya suamiku ingin kami tidak berangkat tetapi aku memaksa untuk ikut serta rombongan terbatas karena menurutku supaya bantuan yang kami berikan dapat tepat sasaran dan dapat mengambil keputusan langsung jika sekiranya ada yang diperlukan.

Aku, suami dan rombongan terbatas tiba kantor desa, kami diterima oleh kepala penanggulangan bencana setempat, kepala desa dan beberapa perangkat desa setempat. Setelah kami menyerahkan bantuan secara simbolis karena bantuan kami akan tiba beberapa jam lagi dan mengutarakan maksud dan tujuan kami untuk terlibat kami disambut dengan baik. Bantuan kami akan diserahkan kepada warga yang terdampak langsung keesokan harinya, aku dan suami beserta rombongan terbatas diarahkan untuk beristirahat di rumah warga sekitar, aku, suami dan rombongan terbatas akhirnya harus menginap di beberapa tempat yang berbeda karena tempat yang tersedia juga terbatas.

Aku ditempatkan di rumah salah satu warga yaitu rumah pak Rifai'i berusia 56 tahun parasnya gemuk sedangkan suamiku di rumah kepala desa bersebelahan dengan rumah pak Rifai'i, aku tiba di rumah pak Rifai'i dan berkenalan dengan keluarga pak Rifai'i, dia memiliki seorang istri dan 3 orang anak yang sedang merantau di kota Jakarta. Dirumahnya pak Rifai'i hanya tinggal bersama istrinya, rumah pak Rifai'i cukup besar tersedia 4 kamar tidur dan 1 kamar mandi. 1 kamar milik pak Rifai'i dan istri, 1 kamar di belakang digunakan oleh pak Bando berusia 50 tahun dan istri adik dari istri pak Rifai'i yang rumahnya terdampak, 1 kamar di lantai 2 digunakan oleh putra bungsu pak Bando yang bernama Hanafi berusia 33 tahun dan istri, 1 kamar digunakan oleh bu Fatma adik perempuan pak Rifai'i seorang janda berusia 50 tahun sehingga aku menginap di rumah pak Rifai'i di kamar bu Fatma.

Hari pertama kami disibukkan dengan berbagai persiapan bantuan yang akan dibagikan esok hari. Setelah semua persiapan selesai dan makan bersama aku bersama keluarga pak Rifai'i berjalan pulang menuju rumah pak Rifai'i. Aku berjalan beriringan dengan bu Fatma di belakangku Hanafi dan istri, aku merasa Hanafi terus memperhatikan kemolekan tubuhku dan pinggulku saat berjalan menuju rumah keluarga pak Rifai'i.

Setelah tiba pak Rifai'i, pak Bando dan Hanafi duduk di ruang tamu, aku membantu kaum ibu-ibu membuat minuman, setelah selesai aku dan bu Fatma mengantar ke ruang tamu. Saat membungkuk untuk meletakkan gelas berisi dan teh, Hanafi memperhatikan diriku, aku tahu dia berusaha melihat buah dadaku yang tertutup kemben putih yang tertutup oleh sweater hoodie. Setelah itu aku duduk di bangku depan Hanafi dan disebelahku ada bu Fatma.

Setelah beberapa saat mengobrol, jam 11.00 malam aku dan bu Fatma pun menuju kamar untuk beristirahat. Keesokan harinya aku, suami dan rombongan terbatas tiba di kantor desa jam 9.00 pagi, acara pembagian bantuan akan dimulai jam 10.00. Beberapa jam kemudian bantuan kami telah disalurkan berkat bantuan perangkat desa dan badan bencana nasional setempat.

Aku dan bu Fatma pun kembali ke rumah pak Rifai'i untuk beristirahat, sore hari aku bangun dan mandi setelah itu aku menuju balai desa untuk makan dan membantu berbagai hal yang bisa kami lakukan, setelah itu aku pun pulang ke rumah pak Rifai'i. Seperti tadi malam setelah ngobrol aku dan bu Fatma pun menuju kamar tidur lantai 2 untuk beristirahat.

Hari ini aku bangun jam 6.00 pagi langsung menuju kamar mandi lantai 2 untuk menggosok gigi dan mandi, sebenarnya tanpa sepengetahuan aku karena baru aku ketahui belakangan setelah mendengar pengakuan langsung dari Hanafi. Hanafi saat melihat aku menuju kamar mandi hanya mengenakan kimono handuk lalu dia mengendap dan mengintip diriku di kamar mandi, dia telah melihat kemolekan tubuhku tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhku, saat aku selesai dia pun pergi menuju lantai 1.

Setelah bersiap sesuai rencana tadi malam aku, pak Rifai'i dan Hanafi pun berlari kecil menuju perkampungan warga yang terdampak, suamiku dan rombongan tidak ikut karena mereka akan pergi ke kota tetangga untuk membeli bantuan yang diperlukan. Sepanjang perjalanan aku yang lebih banyak berjalan karena mengabadikan berbagai tempat terdampak bencana dengan kamera ponsel. Setibanya di sebuah perkampungan yang terdampak cukup besar, beberapa rumah hancur tertutup longsor.

Ditengah perkampungan itu terdapat sebuah rumah kecil tetapi tidak terdampak sama sekali, aku pun mengabadikan tempat tersebut, ternyata rumah itu tidak berpenghuni sejak beberapa tahun terakhir setelah penghuni terakhirnya meninggal dunia yang merupakan seorang tukang urut atau semacam dukun. Aku meminta pak Rifai'i untuk membantu mengabadikan diriku didepan rumah tersebut, beberapa saat kemudian Hanafi mengambil botol minuman mineral dari tasnya dan menyerahkan kepada aku dan pak Rifai'i, kemudian pak Rifai'i mengembalikan ponselku dan ku masukkan kedalam kantong celana.

Pagi ini aku memakai setelan celana training dan hoodie yang resletingnya aku buka separuh, didalam aku mengenakan kemben putih tipis tanpa bra untuk menutupi buah dadaku, aku sejak kejadian di Bogor emang sudah jarang memakai bra apalagi sejak aku berhubungan dengan Emeki. Tanpa curiga aku pun langsung meminumnya hingga setengah botol, beberapa saat kemudian aku merasa tubuhku panas, jantung berdetak kencang, lemas, tapi perlahan aku merasakan birahiku bangkit, vaginaku terasa gatal dan berair vaginaku mulai membasahi vaginaku.

Melihat diriku pak Rifai'i dan Hanafi pun mengajak aku untuk beristirahat di rumah dibelakang, mereka membantuku memasuki rumah tersebut, didalam rumah terdapat sebuah kasur tipis dilantai, beberapa kursi dan meja tanpa ada peralatan lainnya. Pak Rifai'i meminta aku untuk beristirahat di kasur tipis tersebut lalu mereka membaringkan tubuhku diatas kasur tipis tersebut. Pak Rifai'i mengatakan mungkin kecapean dan setelah aku terbaring di atas kasur tipis, pak Rifai'i meninggalkan diriku dan duduk di kursi sebelah kasur.

Hanafi datang kemudian memintaku untuk minum air mineral tadi, belum sempat menolak dia mengangkat tubuhku bersandar pada dadanya kemudian dia meletakkan botol tersebut kemulutku dan menuangkan air mineral kedalam mulutku sehingga aku pun meminumnya, kemudian dia meletakkan kembali tubuhku di kasur tipis tersebut. Aku melihat pak Rifai'i berjalan menuju pintu dan melihat ke kiri dan kanan lalu menutup pintu rumah tersebut, kemudian berjalan kearahku dan duduk di sampingku yang masih berbaring diatas kasur tipis.

Setelah Hanafi mendekati tubuhku, pak Rifai'i pun menjamah tubuhku lalu memindahkan tubuhku hingga bersandar pada dadanya, tangannya meraba buah dadaku bersama Hanafi, tangan kiri pak Rifai'i menggelitik telingaku, meraba tengkuk dan leherku sedangkan tangan kanannya meraba buah dadaku yang kanan, sedangkan Hanafi meraba buah dada kiriku dengan tangan kanannya, tangan kirinya melebarkan kaki kiriku kemudian meraba paha dalamku hingga ke selangkanganku meski pakaian masih menutupi tubuhku.

Tangan kanan pak Rifai'i kemudian meremas buah dada kananku yang masih tertutup kemben putih tipis kemudian tangannya meraba naik lalu menangkup daguku kemudian mencium dan menjilati telingaku setelah itu dia pun menciumi mulutku, aku pun membuka mulut dan mengimbangi gerakan lidah pak Rifai'i di mulutku dan tangan kirinya menggenggam buah dadaku yang kiri dan meremasnya.

Tangan kanan Hanafi menuntun tangan kiriku meraba selangkangannya dan tangan kirinya meraba selangkanganku. Setelah puas bercumbu dengan mulutku pak Rifai'i melepaskan mulutku, kedua tangannya meraba dan meremas kedua buah dadaku, lidahnya dijulurkan menjilati leher, telinga dan mengecup keningku. Lalu tangannya menarik turun resleting hoodie ku hingga terlepas lalu kedua tangannya meraba dan meremas kedua buah dadaku terkadang jarinya disapu dan disentil ke puting buah dadaku.

Mulutku ternganga lebar mengeluarkan desahan demi desahan yang membuat mereka semakin liar meraba dan meremas buah dadaku serta selangkanganku. Mulut pak Rifai'i terus menerus menjilati dan menghisap telingaku, Hanafi meraba buah dadaku yang kiri dan meremasnya, tangan kirinya juga meraba selangkanganku. Hanafi kemudian menjilati leher dan telingaku sebelah kiri. Pak Rifai'i semakin keras meremas buah dada kananku dengan tangan kanannya sambil terus menjilat dan menghisap telingaku yang kanan, Hanafi setelah berhenti menjilat telingaku tangan kanan meremas keras buah dada kiriku kemudian tangan kanan Hanafi memilin dan menyapu putingku.

Pak Rifai'i kembali mengulum mulutku sambil meremas buah dada kananku, kemudian pak Rifai'i melepaskan remasan pada buah dadaku yang kanan. Hanafi kemudian tangan kirinya menyusup kedalam kemben putih tipis dan meremas buah dada kananku dan aku merasakan jarinya juga memilin putingku. Sesaat kemudian Hanafi menangkup daguku dan melumat mulutku, pak Rifai'i kemudian mengangkat tubuhku hingga terduduk di atas kasur tipis tersebut, lalu tangannya pun menyusup kedalam kemben putih tipis lalu meremas buah dada kananku, Hanafi meremas buah dada kiriku sambil mengulum mulutku.

Mereka terus menerus meremas kedua buah dadaku, benar-benar nikmat sekali rasanya tubuhku mendapat rangsangan yang tiada henti, mulutku terus menerus mendesah.
"Ooccchhhh.. acchhh.. shiitt.. occhhh.. ya.. ooccchhhh.. aaccchhhh.." desahku kenikmatan.
Hanafi kemudian menarik turun kemben putih tipis hingga ke pinggangku kemudian dia meremas buah dada kiriku sesaat lalu dia mengulum dan menghisap buah dadaku yang kiri, sedangkan pak Rifai'i masih dengan buah dada kananku.

Sesaat setelah itu pak Rifai'i dan Hanafi menopang punggung dengan tangan mereka, pak Rifai'i kemudian menjilat dan menghisap buah dada kananku bersamaan dengan Hanafi di buah dadaku yang kiri. Mereka bersama-sama mengulum kedua buah dadaku secara bersamaan.
"Aaccchhhh.. nikmat.. ooccchhhh.. ya.. occhhh.." aku tidak bisa berhenti mendesah nikmat sekali rasanya sambil menutup mata karena sangat nikmat.

Aku sedikit membuka mata melihat kedua orang berbeda usia sedang mengulum kedua buah dadaku bersama-sama. Tangan kiri Hanafi pun meraba selangkanganku yang masih tertutup celana. Hanafi kemudian bersimpuh dengan menegakkan tubuhnya disampingku lalu menuntun tangan kiriku meraba selangkangannya, tanganku kiriku pun terus merabai selangkangannya terkadang aku tekan agar bisa menekan penisnya yang terhalang celana jeans.

Pak Rifai'i masih sangat bernafsu pada buah dadaku, tangan kanannya meremas buah dadaku yang kiri sedangkan mulutnya menghisap kuat puting dan buah dada kananku. Beberapa saat kemudian pak Rifai'i berhenti melumat buah dadaku dia membalik tubuhku hingga kini aku miring ke arah selangkangan Hanafi, pak Rifai'i kemudian menyibakkan hoodie ku ke atas lalu dia cium dan jilat pinggangku, Hanafi pun menurunkan jeansnya sehingga aku berhadapan dengan penisnya yang sudah berdiri tetapi masih tertutup celana dalam.

Aku raba dan remas penis Hanafi dari luar celana dalamnya, sedangkan pak Rifai'i masih mencium dan menjilati pinggangku kemudian dia mencium pantatku yang sedang nungging sambil meraba selangkanganku. Aku kemudian menciumi dan menjilati penis Hanafi dari luar celana dalamnya. Aku terus menciumi dan menjilati penis Hanafi beberapa saat kemudian aku tarik sedikit celana dalamnya ke bawah sehingga kini penisnya yang sudah mulai mengeras berada depan mulutku dan aku pun langsung menjilat dan mengulum penis Hanafi.

Aku maju-mundurkan mulutku sehingga penis Hanafi keluar-masuk mulutku beberapa saat setelah itu Hanafi pun memaju-mundurkan pinggulnya menyetubuhi mulutku, aku meraba pahanya dan dia terus menggenjot mulutku dengan penisnya yang keluar-masuk. Pak Rifai'i terus meraba selangkanganku dan menciumi seluruh bagian pinggul dan pantatku.

Aku masih tidak melepaskan penis Hanafi dari mulutku, terus menerus kujilati dan kuhisap. Beberapa saat kemudian pak Rifai'i menarik celana trainingku hingga ke paha lalu dia raba pantat bulat ku dan sesaat kemudian dia menanggalkan celana trainingku hingga terlepas dari tubuhku, aku pun selonjoran pada saat pak Rifai'i sedang melepas celana trainingku, mulutku masih mengoral penis Hanafi.

Sesaat kemudian pak Rifai'i memangku tubuhku lalu dia melipat kedua kakiku hingga kini vaginaku yang masih tertutup celana dalam diarahkan ke Hanafi, pak Rifai'i mencium dan menjilat telinga dan pipi kananku terus menerus lalu Hanafi pun meraba dan menekan vaginaku yang masih tertutup celana dalam. Pak Rifai'i memajukan tubuhku agar lebih dekat dengan Hanafi sehingga aku bersandar pada dadanya pak Rifai'i dengan kedua kakiku terlipat dan vaginaku yang masih tertutup celana pun terus menerus di raba dengan jari tangan Hanafi, sesekali jarinya ditekan di bibir vaginaku dan jarinya sesekali diseret lipatan bibir vaginaku yang masih tertutup celana dalam.

Nikmat dan birahiku sudah tinggi dan aku pun terus menerus mendesah nikmat. Sesaat kemudian Hanafi menarik celana dalamku hingga di paha, tidak bisa terlepas dari tubuhku karena saat ini kedua kakiku masih terlipat dan di tahan oleh kedua tangan pak Rifai'i, setelah vaginaku terekspos tanpa penutup di depan wajahnya, vaginaku dengan bibir vaginaku yang tertutup menutup lubang vaginaku, diatas vaginaku ditumbuhi bulu-bulu yang lebat tetapi rapi, disekitar bibir vaginaku bersih tanpa ada bulu yang tumbuh, tangan kanannya segera menjamah vaginaku, kemudian tangan kanan dan tangan kirinya membuka bibir vaginaku sehingga kini terlihat jelas lubang dan dinding vaginaku yang kemerahan dia tatap dengan bernafsu.

Kemudian jari telunjuk dan ibu jarinya menahan bibir vaginaku agar tetap terbuka dan telunjuk tangan kirinya diarahkan ke mulutku yang agak terbuka karena aku terus menerus mendesah, dia masukkan telunjuk tangan kirinya untuk aku hisap sesaat kemudian jari tersebut menyentuh lubang vaginaku yang terbuka, jarinya bergerak naik turun mengikuti lubang vaginaku kemudian jarinya juga menyisir sisi pinggir lubang vaginaku.
"Ooccchhhh.. acchhh.. ooccchhhh" aku mengerang selama jarinya bergerak di lubang vaginaku.

Mendapat rangsangan sejak tadi dan bertubi-tubi aku sangat yakin vaginaku sudah sangat basah karena sudah terasa gatal sekali, ditambah jarinya Hanafi bergerak dan berputar di permukaan lubang vaginaku. Maka aku pun tidak berhenti mendesah dan mengerang keras karena nikmat yang telah menjalar ke seluruh tubuhku.
Pak Rifai'i yang masih menahan kedua kakiku yang terlipat pun terus menerus menghujani bibir, pipi, telinga dan keningku dengan ciuman, jilatan lidah dan hisapan.

Hanafi kemudian menjulurkan lidahnya ke vaginaku, sentuhan pertama lidahnya pada vaginaku ada bergerak naik dari bawah kemudian diulangi lagi dari bawah bergerak naik keatas.
"Ooccchhhh.. shiitt.. aaccchhhh.. enak.. occhhh.. terus.. aaccchhhh.. nikmat banget.. ooccchhhh" aku semakin keras mengerang tidak berhenti selama lidahnya terjulur di vaginaku.
Kemudian lidahnya bergerak naik turun dan menari di klitorisku terkadang disedot dan digigit perlahan klitorisku. Desahku tidak bisa ditahan rasanya nikmat sekali sehingga aku terus menerus mengerang keras.
"Bu Ashty cantik.. jangan ditahan.. bahkan jika ingin berteriak sekalipun.. tidak apa-apa, tidak ada yang mendengar karena semua warga sekitar sudah diungsikan ke posko pengungsian, sekarang hanya ada kita bertiga di dusun ini.. nikmati bu.. jangan di tahan.." ucap pak Rifai'i di telingaku.

Aku yang sudah sejak tadi tidak berpikir bahwa mungkin suara erangku akan didengar oleh orang lain tidak memberikan jawaban, aku hanya mengerang keras mengikuti kenikmatan yang luar biasa diterima oleh tubuhku. Hanafi benar-benar bernafsu menjilat dan menghisap vaginaku, dia tampaknya sangat menikmatinya. Lidahnya terjulur terus menjilat dan menghisap vaginaku, klitorisku pun tidak luput dari lidahnya.
"Ooccchhhh.. ya.. enak banget.. ooccchhhh.. aaccchhhh.." aku terus menerus mengerang keras bukan agar ada orang yang mendengar tetapi nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhku tidak mampu aku tahan.

Ada keinginan minta mereka untuk segera menyetubuhi diriku tapi rasa gatal dan nikmat mengurungkan niatku, aku terus mengerang keras dan menerima kenikmatan yang diberikan kepada tubuhku, pak Rifai'i kemudian pun meremas buah dadaku yang kanan dengan tangan kirinya setelah melepas pegangannya pada kaki kiriku. Beberapa saat kemudian Hanafi melepaskan jilatannya di vaginaku, kemudian dia meloloskan celana dalamku hingga terlepas dari tubuhku, tubuhku masih bersandar pada dada pak Rifai'i yang sudah melepaskan pegangannya pada saat Hanafi meloloskan celana dalamku.

Tubuhku tidak beranjak dan kedua kakiku tetap terbuka dengan posisi aku tekuk, kemudian Hanafi mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Ternyata dildo buatan Hanafi sesuatu yang panjangnya sekitar 30cm, baru aku ketahui apa isi dari dildo buatan Hanafi itu kemudian adalah sebuah paralon diameter 48mm dimasukan potongan ujung terong yang sedikit lebih besar dari diameter paralon, kemudian dibalut dengan kain kassa dan terakhir dibalut dengan busa tipis lalu dibungkus dengan kondom yang diikat di ujungnya sehingga total diameter dildo buatan Hanafi sekitar 60mm

Kemudian tangan pak Rifai'i mencengkram kedua kakiku yang terlipat dan dibuka selebar mungkin, Hanafi pun mengarahkan dildo dalam genggaman tangannya ke mulutku, ternyata dia mau aku kulum dildo buatan tersebut, aku buka mulutku kemudian dildo buatan itu aku kulum sesaat dan aku jilat. Keras sekali batang dildo buatan Hanafi meskipun ujungnya dari potongan terong kemudian Hanafi arahkan ke bibir vaginaku, digesek perlahan pada bibir vaginaku.

Sesaat kemudian aku memejamkan mata ketika ujung dildo buatan tersebut mulai didorong untuk membelah bibir vaginaku, aku yakin pasti dildo buatan itu dapat memasuki lubang vaginaku karena aku sudah sering melakukan hubungan seks dengan Emeki pasangan selingkuhku karena aku yakin ukuran keduanya beda tipis, hanya saja dildo buatan Hanafi lebih keras karena dari paralon sedangkan penis Emeki itu daging asli yang sudah sering memasuki lubang vaginaku.

Menggigit ujung bibir dan terus menatap dildo buatan itu mulai menerobos masuk ke lubang vaginaku, masuk sedikit ditarik lagi oleh Hanafi, dia melakukannya dengan lembut dan perlahan, masuk lagi ditarik lagi hingga perlahan tapi pasti dildo itu telah masuk 1/4 dari panjangnya. Perlahan dildo buatan itu keluar masuk dalam lubang vaginaku memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa.

Hanafi rupanya tidak berani mendorong lebih dalam takut melukai vaginaku.
"Terus masukin.. lebih dalam lagi.." ucapku.
Perlahan Hanafi mendorong sangat hati-hati, dorong sedikit berhenti hingga aku mengucap terus maka dia dorong masuk lagi ke dalam hingga aku merasakan dildo buatan tersebut sudah mengisi penuh seluruh rongga vaginaku dan maka aku berucap sudah, kemudian tangan Hanafi menggenggam dildo buatan itu pas di mulut vaginaku.

Kemudian tangannya bergerak menarik dan mendorong dildo buatan itu didalam lubang vaginaku, setiap kali jarinya menyentuh klitorisku aku mendesah nikmat, gerakan tangan Hanafi yang menggenggam dildo awalnya sangat pelan setelah beberapa kali keluar masuk kedalam lubang vaginaku maka cairan wanitaku melumasi seluruh batang dildo buatan itu.

Hanafi menatapku sesaat kemudian aku mengangguk maka baru dia sedikit mempercepat gerakan tangannya menarik dan mendorong dildo buatan itu.
"Ooccchhhh.. shiitt.. teeruussss.. aaccchhhh.." erangku.
Beberapa saat kemudian Hanafi menambah kecepatan gerakan tangannya hingga tubuhku sedikit bergetar kemudian Hanafi menarik keluar dildo buatan itu dengan cepat diikuti oleh semburan cairan kenikmatanku hingga mengenai sebagian tangannya yang menggenggam batang dildo buatan tersebut, kedua kakiku yang masih dalam cengkeraman pak Rifai'i bergetar ketika aku meraih orgasmeku, nikmat rasanya. Tubuhku lemas seketika kemudian pak Rifai'i melepaskan cengkraman tangannya pada kedua kakiku lalu tangannya meraba vaginaku yang masih basah akibat orgasme tadi, diusap dan di putar vaginaku tubuhku bergetar dan Hanafi pun ikut meraba vaginaku dengan tangannya sekali lagi pinggulku dan kedua kakiku bergetar karena vaginaku diraba dengan sedikit tekanan.

Kemudian tubuhku dipindahkan, kepalaku diletakkan diatas paha dalam yang kanan Hanafi, aku masih tetap melipat kedua kakiku dan selalu melebarkannya kemudian pak Rifai'i menyedot cairan kenikmatanku dan menjilati sisa-sisa cairan kenikmatanku pada vaginaku, kedua tangan Hanafi menjamah dan mengelus kedua buah dadaku, jari telunjuk tangan Hanafi memainkan kedua putingku, tubuhku menggelinjang kegelian dan aku pun mendesah nikmat. Kedua tangannya lalu meremas kedua buah dadaku sesekali kedua putingku dipilin sangat nikmat rasanya sehingga aku mendesah dan menggeliat tanpa henti.

Pak Rifai'i masih sangat bernafsu untuk melumat vaginaku lidahnya terjulur terus menerus menjilati vaginaku dan menyedot cairan wanitaku, sesaat kemudian Hanafi meletakkan kepalaku perlahan diatas kasur tipis tersebut, tanganku berusaha meremas dan menggenggam kasur tipis tersebut, kemudian Hanafi bersimpuh di sebelah kiri wajahku lalu menyodorkan penisnya ke mulutku. Aku membuka mulut dan mengulum penis Hanafi, aku sangat menikmatinya dan bernafsu untuk menyepong penis Hanafi dengan mulutku, aku semakin memiringkan kepalaku dan mengangkat sedikit kepalaku dan bergerak maju-mundur menyepong penis Hanafi sambil tanganku menggenggam batang penisnya.

Beberapa menit kemudian Hanafi menarik keluar penisnya dari mulutku yang masih menyepong penisnya, pada saat dia tarik aku seakan belum puas mengoral penis Hanafi tanganku ingin segera menarik kembali penis Hanafi tetapi kemudian Hanafi berdiri tegak dengan penisnya pun berdiri tegak, kemudian pak Rifai'i dari belakang tubuhku membantu untuk bangun dan duduk di depan batang penis Hanafi karena tubuh Hanafi cukup tinggi, ketika aku duduk sedikit kesulitan untuk menyepong penisnya maka kemudian aku menopang tubuhku dengan kedua lututku dan menegakkan tubuhku maka aku dengan mudah dapat menyepong penis Hanafi sambil aku kocok dengan tangan kiri, penis Hanafi keluar-masuk mulutku. Aku sangat menikmatinya dan bernafsu maka aku percepat gerakan maju-mundur kepalaku mengoral penis Hanafi.

Pak Rifai'i memeluk tubuhku dari belakang dan menciumi leher dan telingaku hingga tengkukku. Aku tetap menyepong penis Hanafi, tangan pak Rifai'i pun menyusup dibawah ketiakku dan meremas kedua buah dadaku. Beberapa saat kemudian aku merasa penisnya Hanafi semakin keras dan berdenyut didalam mulutku, aku yakin sebentar lagi cairan spermanya keluar memenuhi rongga mulutku, aku pun percepat gerakan maju-mundur kepalaku menyedot kepala penisnya dengan kuat, aku sudah siap jika harus menelan sperma Hanafi tetapi dia segera menarik lepas penisnya dan berjalan mundur beberapa langkah.

Pak Rifai'i kemudian pun berdiri segera melepaskan celana dan celana dalamnya kemudian menyodorkan penisnya yang belum berdiri sempurna, aku membalikkan tubuhku lalu aku sedikit menunduk dan bernafsu untuk menyepong penis pak Rifai'i beberapa menit ku oral penis pak Rifai'i mulai mengeras dan berdiri kemudian Hanafi kembali mendekati tubuhku dan menyodorkan penisnya sehingga aku mengocok penis Hanafi perlahan dan mulutku menyepong penis pak Rifai'i dan bergantian aku sepong penis Hanafi maka tanganku mengocok penis pak Rifai'i baru sesaat menyepong penis Hanafi mundur lagi beberapa langkah kini hanya tersisa penis pak Rifai'i yang aku sedot.

Beberapa saat kemudian Hanafi menarik tubuhku dan melepaskan hoodie ku hingga kini tubuhku hanya tersisa kemben putih tipis yang melilit pinggangku kemudian aku menungging sambil menyepong penis pak Rifai'i, Hanafi kemudian bersimpuh di belakang pantatku. Dia segera menyelipkan kepala penisnya diantara bibir vaginaku kemudian mendorong pinggulnya hingga penisnya terhunus seluruhnya didalam lubang vaginaku.
"Aaccchhhh.. ya.. ooccchhhh.. acchhh.. occhhh.." desahku melepas penis pak Rifai'i ketika penis Hanafi memasuki lubang vaginaku.
Hanafi kemudian menarik pinggulku maju-mundur sehingga penisnya keluar masuk dalam vaginaku.
"Aaccchhhh.. ooccchhhh.. ooccchhhh.." desahku kembali melepas penis pak Rifai'i.

Pak Rifai'i memajukan tubuhnya agar penisnya tidak terlepas dari mulutku ketika tubuhku maju-mundur menerima tusukan kenikmatan penis Hanafi. Beberapa saat kemudian Hanafi mencengkram erat pinggulku dan dia maju-mundurkan pinggulnya untuk menggenjot vaginaku sehingga penis pak Rifai'i terlepas dari mulutku. Tidak terlalu besar menurutku penisnya Hanafi, tidak tahu apa karena aku sudah sering dimasuki penis Emeki atau bagaimana tetapi Hanafi masih bisa membuat vaginaku menikmati genjotannya.
"Aaccchhhh.. ooccchhhh.. ya.. occhhh.. nikmat.." erangku ketika Hanafi terus menerus menusuk kedalam lubang vaginaku.

Beberapa menit kemudian Hanafi mendorong pinggulnya hingga sekarang batang penisnya terhunus seluruhnya didalam lubang vaginaku kemudian dia menekan pinggulku hingga nempel pada kasur tipis dan aku pun menjatuhkan tubuhku di atas kasur tipis hingga aku tengkurap lalu Hanafi memompa vaginaku dengan penisnya, dari atas pantatku dia dorong pinggulnya dan tarik lagi sedikit berulangkali. Pak Rifai'i kemudian bersimpuh di depan wajahku menyodorkan penisnya, aku kesulitan jika menyepong penis pak Rifai'i maka kemudian aku kocok dengan tangan kanan bersamaan dengan penisnya Hanafi terus menerus menggenjot vaginaku hingga beberapa saat, Hanafi berhenti menggenjot vaginaku lalu dia tarik penisnya kemudian membantu aku memutar tubuhku hingga kini aku berbaring diatas kasur tipis dan aku tekuk kedua lututku dan melebarkannya. Kemudian pak Rifai'i mendekati tubuhku yang sedang mengangkang dengan kedua lutut terlipat lalu dia segera menusukkan penisnya kedalam lubang vaginaku, penis pak Rifai'i tidak sulit memang memasuki lubang vaginaku karena juga tidak terlalu besar tetapi sama seperti Hanafi aku pun menikmatinya bahkan aku bernafsu agar mereka pun segera menyemprotkan cairan spermanya.

Pak Rifai'i kemudian memaju-mundurkan pinggulnya untuk menyetubuhi diriku, aku sangat menikmatinya.
"Ooccchhhh.. acchhh.. teeruussss.. pak.. lebih keras.. ooccchhhh.. enak.. aaccchhhh.. entot aku.. p.. pak" erangku sementara pak Rifai'i terus menggenjot vaginaku.
Beberapa saat kemudian Hanafi bersimpuh di sisi kiri wajahku, penisnya yang terhunus tegak segera aku genggam dengan tangan kiri dan aku kocok dan aku hisap kuat dengan mulutku, tangan kananku meremas buah dadaku yang kanan dengan keras. Pak Rifai'i terus menerus menggenjot vaginaku lalu aku lepaskan penis Hanafi kemudian aku nikmati genjotan pak Rifai'i.

Aku tidak tahu berapa lama mereka berdua akan menyetubuhi diriku tetapi aku bertekad untuk membiarkan mereka menikmati tubuhku selama yang mereka mau. Beberapa saat kemudian pak Rifai'i menurunkan tubuhnya diatas tubuhku sambil terus menggenjot vaginaku, aku rangkul pundaknya dan aku cium mulutnya, lidah pak Rifai'i terjulur ke dalam mulutku dan aku pun menyeruput lidah yang terjulur, aku jilat lidahnya kemudian pak Rifai'i semakin keras menyodok vaginaku, lidahnya menjilati buah dadaku sesekali dan mencium leherku. Aku peluk dan cium tubuh gembul pak Rifai'i, aku biarkan dia terus menggenjot vaginaku.

Pak Rifai'i mencabut penisnya dari vaginaku kemudian meninggalkan diriku, sesaat kemudian Hanafi menggantikan posisi pak Rifai'i dia tusukan penisnya kedalam lubang vaginaku tetapi aku ingin membantunya segera menyemprotkan cairan spermanya kemudian aku bangkit dan duduk di kedua pahanya, kemudian aku maju-mundurkan pinggulku memompa penisnya, Hanafi mencium leherku, buah dadaku pundak dan bibirku bergantian sementara aku masih memompa penisnya dengan vaginaku.

Hanafi merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis dan aku pun masih terus menggenjot penisnya dalam posisi woman on top. beberapa saat setelah itu dia meremas buah dadaku dan menarik tubuhku lalu dia kulum buah dadaku dan jilat leherku. Aku memompa penisnya terus menerus dan mempercepat gerakan pinggulku.
"Bu.. bu Ashty.. ibu sangat cantik.. ijinkan aku mengentoti memekmu sedikit lebih lama.." ucapnya lirih di telingaku.
Kemudian aku perlambat gerakan pinggulku memompa penisnya sesaat kemudian pak Rifai'i mendekati tubuhku lalu aku raih penisnya dan aku hisap sesaat kemudian aku melepaskan penis Hanafi dan meminta pak Rifai'i berbaring diatas kasur tipis dan aku menaiki tubuhnya lalu aku tusukan penis pak Rifai'i kedalam lubang vaginaku sehingga aku berganti memompa penis pak Rifai'i.

Lalu aku menjatuhkan tubuhku ke samping dan melepaskan penis pak Rifai'i, Hanafi ikut berbaring dan memiringkan tubuhnya lalu dia tusuk vaginaku dengan penisnya dan menggenjot vaginaku dengan posisi miring.
"Ooccchhhh.. a.. aku mau keluar.. ayo.. lebih cepat dan keras.. acchhh.. occhhh.." erangku.
Hanafi mempercepat genjotannya dan menekan lebih keras hingga beberapa saat kemudian aku meraih orgasmeku. Lalu Hanafi memutar tubuhku hingga berbaring diatas kasur tipis dan dia pun segera menusukkan penisnya kedalam lubang vaginaku lalu menggenjot vaginaku dengan cepat dan keras hingga beberapa saat kemudian Hanafi menarik keluar penisnya dan langsung menuju wajahku kemudian dia kocok penisnya sendiri dengan cepat lalu menyemburlah cairan spermanya di wajahku.

Pak Rifai'i kemudian menggantikan posisi Hanafi langsung menusukkan penisnya kedalam lubang vaginaku lalu dia genjot tubuhku dengan cepat hingga beberapa saat kemudian pak Rifai'i pun menarik keluar penisnya dan mendekati wajahku sambil menyemburkan cairan spermanya di wajahku kemudian aku kulum sesaat dengan mulutku penisnya pak Rifai'i.

Aku mengistirahatkan sejenak tubuhku diatas kasur tipis lalu Hanafi mendekati tubuhku dan membantu tubuhku untuk duduk di topang oleh lengannya dan dia membersihkan wajahku dari sisa sperma dengan tissue setelah itu dia menyodorkan sebotol minuman air mineral kepadaku, aku memicingkan mata menatapnya.
"Tenang bu.. ini aku ga kasih obat perangsang.. silahkan diminum" ucapnya kikuk.
Aku menerima botol air mineral tersebut.
"Kenapa tidak kamu kasih obat perangsang lagi.. kasih obat perangsang dulu nih.. supaya penis kamu bisa nikmatin vaginaku lagi" ucapku sambil tersenyum kemudian menjilati bibir bawahku.

Lalu dia meminta maaf kepadaku, berjanji tidak akan mengulangi kembali. Tetapi aku mendesah di telinganya.
"Besok kembali kesini lagi.. kita ulangi lagi.." ucapku kemudian mencium pipinya dan tanganku meremasi kedua biji lato-latonya.
Dia terdiam dan menatapku, melihat tingkahnya aku kemudian tersenyum
"Aku cuma menggodamu Hanafi.. yuk pulang.. tapi tolong pakaikan bajuku ya, kan tadi kamu yang membuat aku jadi begini" ujarku.

Kemudian dia memungut celana dalamku lalu mendekati tubuhku dan memasukkan ke kakiku dan menarik keatas pinggangku hingga kembali menutupi vaginaku. Lalu dia juga angkat kemben putih tipis hingga menutupi kedua buah dadaku dan memakaikan celana trainingku hingga hoodie. Kemudian aku merapikan sebentar dan aku dekati Hanafi yang sedang berdiri setelah memakai kembali pakaiannya, aku pegang pundaknya lalu aku hisap kuat mulutnya beberapa saat begitu juga dengan pak Rifai'i aku pun mencium bibirnya sesaat setelah itu kami kembali ke rumah pak Rifai'i.

Setibanya di rumah pak Rifai'i aku segera naik ke lantai 2 dan mengganti pakaian, setelah itu aku menuju lantai 1 kemudian berjalan menuju balai desa. Di balai desa aku dan suami beserta rombongan membantu proses evakuasi korban dan membagikan sembako. Menjelang sore sore aku pulang dulu ke rumah pak Rifai'i kemudian aku berpapasan dengan pak Bando yang juga hendak pulang ke rumah pak Rifai'i. Kami mengobrol dan tiba-tiba pak Bando mengaku mengetahui apa yang aku lakukan tadi pagi di rumah kosong yang tidak terdampak bencana. Aku terkejut mendengar hal itu, kemudian aku pun tanpa banyak bicara langsung bertanya apa yang diinginkan oleh pak Bando.

Setibanya di rumah pak Rifai'i aku pun menggantungkan jaket dan mengatakan kalau aku hendak ke toilet, kemudian pak Bando mengikuti langkahku menuju kamar mandi. Aku persilakan pak Bando menggunakan kamar mandi terlebih dahulu tetapi pak Bando mengatakan kalau dia ingin bersama diriku. Kemudian aku pun langsung melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka, pak Bando rupanya ingin pipis kemudian dia langsung membuang air kecil ke toilet dan aku berada di depan wastafel yang berada di sampingnya.

Aku melirik sejenak ke selangkangannya dan melihat penisnya yang tidak terlalu besar juga menurutku. Setelah selesai buang air kecil pak Bando membersihkan penisnya. Aku mengenakan baju blouse putih dengan tanpa lengan tanpa bra. Pak Bando tidak memasukkan penisnya kedalam celana dan membiarkan penisnya menggantung.

Pak Bando keluar kamar mandi terlebih dahulu, aku masih berpikir apakah aku harus melayani nafsu pak Bando. Beberapa saat kemudian aku segera keluar dari kamar mandi, pak Bando duduk di kursi sofa panjang sambil tersenyum menatap tubuhku dan ternyata dia sudah melepaskan celana dan celana dalamnya sehingga bottom less.

Aku yang sudah pasrah pun mendekati tubuhnya dan duduk di sebelahnya. Pak Bando kemudian memeluk tubuhku dan melumat bibirku, aku pun langsung membalas melumat bibirnya. Tangan kiri pak Bando menjamah buah dadaku yang masih tertutup dan tangan kirinya meraba selangkanganku. Beberapa saat kemudian aku berdiri dan melepaskan celana dan celana dalamku hingga tubuh bagian bawah terekspos tanpa penutup.

Aku tidak mau berlama-lama karena takut tiba-tiba ada yang pulang, segera aku bersimpuh diantara kedua kakinya. Aku meraih penisnya langsung kumasukkan ke dalam mulutku dan aku mengulum penis pak Bando. Pak Bando mendesah nikmat merasakan penisnya aku kulum dengan mulutku lalu tangannya meraba buah dadaku.

Setelah penis pak Bando berdiri tegak dan keras aku pun naik keatas sofa dan menungging membelakangi pak Bando, pak Bando yang sudah bernafsu segera mengarahkan penisnya ke bibir vaginaku dan kemudian menusukkan penisnya kedalam lubang vaginaku. Kemudian dia menggenjot vaginaku dengan penisnya maju-mundur menusuk kedalam lubang vaginaku. kedua tangannya meraba dan meremas buah dadaku menyusup dari bawah bajuku.

Beberapa menit kemudian pak Bando bangkit berdiri dan memintaku untuk menungging berpegangan pada ujung sofa, dia kemudian menghunuskan penisnya kedalam lubang vaginaku lalu menyetubuhi diriku untuk beberapa saat. Kemudian aku melepaskan bajuku dan membaringkan tubuhku yang telanjang diatas sofa, kaki kiriku ku letakkan pada sandaran sofa dan kaki kananku terjuntai di lantai.

Pak Bando kemudian bersimpuh diantara kedua kakiku yang terbuka dan dia pun kembali menusukkan penisnya kedalam lubang vaginaku lalu menggenjot vaginaku dengan bernafsu. Beberapa menit kemudian aku merasa penisnya semakin keras dan berdenyut maka aku peluk dan cium bibirnya. Beberapa saat kemudian pak Bando mendorong penisnya dengan keras menyodok ke dalam vaginaku sambil mengerang nikmat dan aku pun merasa aku akan segera meraih orgasmeku.

Ketika sodokan keras penisnya pun menyemprotkan cairan spermanya didalam lubang vaginaku dan aku pun mendapat orgasmeku. Pak Bando kemudian bangkit dan duduk di sofa, aku merasa cairan spermanya dan cairan kenikmatanku mengalir keluar dari vaginaku dan aku pun bangkit lalu meraih beberapa lembar tissue dan membersihkan sperma pak Bando yang bercampur cairan kenikmatanku.

Pak Bando memegang pundakku dan mencium bibirku lalu mengucapkan terima kasih, aku tersenyum dan kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Setelah itu aku keluar dari kamar mandi dan pak Bando sudah memakai celananya. Setelah duduk dan istirahat beberapa saat kami berdua pun kembali ke balai desa.

Keesokan harinya aku, suami dan rombongan terbatas pun meninggalkan desa tersebut kembali ke Jakarta.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience