BAB 7

Drama Completed 371

“Taburlah pada daun-daun pohon lengkeng ini!” perintah nenek sambil menunjuk daun-daun lengkeng yang bolong-bolong, dimukim puluhan ulat berwarna kuning dan hitam bergaris panjang dari kepala hingga ekor, meliuk-liuk memakan daun.

Segera kubaca mantra itu, sesajen dalam jumputan kutabur pada ulat-ulat itu. Aku terkejut saat melihat ulat-ulat itu seketika berjatuhan ke tanah, bagai seorang pasukan perang yang rubuh terkena peluru. Di tanah yang berambut rumput halus itu, ulat-ulat itu meliuk bagai kepanasan, sebelum akhirnya tak bergerak dalam keadaan tubuh yang gosong. Aku semakin terkejut saat mendongak ke arah daun-daun sisa makanan ulat-ulat itu, tiba-tiba saja terlihat segar dan hijau, bolong sisa kunyahan mulut ulat terlihat agak mengecil dari sebelumnya.
Aku menoleh kepada nenek. Ia tersenyum, menampakkan gigi depannya yang tinggal satu, hitam berlumur sadah. Aku pun tersenyum, sambil mengacungkan jempol kepada nenek.
“Penyakit tanaman harus kita basmi, agar tanaman tumbuh segar, dan bumi kita kian hijau, jika bumi hijau, ia akan melimpahkan keberkahan bagi kita,” suara nenek baur dengan linting suara angin. Aku mengangguk paham.

Hari sudah senja, daunan bagai ditumpahi cahaya kuning keemasan. Silir angin yang pelan, membumbui riak kesunyian, tiba-tiba saja sebuah motor berhenti di jalan yang membentang di tepi ladang kami. Dua orang lelaki turun mendekati kami. Satu dari dua lelaki itu sudah kukenal, dialah paman Sato, makelar tanah di desa kami yang terbiasa menjadi perantara orang luar desa untuk membeli tanah orang awam . Sedang seorang lelaki yang ada di samping paman Sato masih belum kukenal. Ia berkulit bersih. Rambut tersisir rapi, mengkilap dan menguar wangi. Ia memanggul tas. Dua lelaki itu tersenyum kepada kami.

Setelah menyalami kami dan membuka percakapan dengan obrolan enteng seputar ladang dengan selingan tawa-tawa kecil, akhirnya tibalah pada inti percakapan, perihal maksud kedatangan dua lelaki itu ke ladang kami, masih tetap seperti yang paman Sato ceritakan pada hari-hari sebelumnya, yaitu tentang keinginan orang asing untuk membeli tanah kami.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience