BAB 4

Drama Completed 371

Setelah matanya terbuka, saat purna gerak bibirnya henti, tentu dengan lafal penutup paling akhir, nenek kemudian menjumput sesajen. Ia menaburkannya pada bahagian -bahagian ladang.
“Untuk apa itu, Nek?”
“Beginilah cara moyangmu menyatu dengan alam.”

Aku bergeming, menopang dagu dalam ketidakpahaman. Mengamati gerak langkah nenek, tangannya yang lihai menabur sesajen sejumput demi sejumput. Nenek memang tak bisa dipisahkan dengan bumi.

Selain nenek, para tetua desa memang sangat mencintai bumi, ia mengungkapkannya dalam ritual-ritual kuno yang belum kumengerti secara utuh. Nenek memperkenalkanku dengan ritual-ritual itu sejak aku masih kecil. Beberapa ritual yang kuingat antara lain Pojiyan, Rokat Pakarangan dan Nabur Totobuwan, sedang ritual yang dilakukan untuk menyatakan keintiman dengan laut tertuang dalam ritual Petik Laut.

Dulu, ketika kakek masih ada, ia selalu mengulang nasihatnya berkali-kali. Biasanya kakek sampaikan sehabis makan malam, ketika aku, kakek dan nenek tengah menikmati buah hasil panen di meja makan. Kakek selalu memulai nasihatnya dengan cerita-cerita tentang pertanian dan hubungannya dengan pelestarian alam.cerita-cerita kakek bersumber dari kejadian-kejadian nyata di masa lampau yang juga diceritakan oleh tetua. Setiap kali bercerita, wajah kakek kadang meringis dan kadang semringah, sesuai isi cerita yang berlangsung dalam alur. Matanya menatap tajam, seiring bibirnya yang bau klobot begerak-gerak, mengimbangi giginya yang tinggal dua buah. Kakek sangat menghayati cerita-cerita yang disampaikan, itu artinya, jiwa kakek benar-benar sangat dekat dengan apa yang ia ceritakan, yaitu tentang bumi dan pertanian. Di penghujung ceritanya, kakek pasti memberi kami nasihat.

“Manusia dicipta dari tanah. Maka tugas manusia adalah menjaga kelestarian tanah, yaitu menjaga bumi ini. Menjaga bumi berarti menjaga tubuh kita sendiri. Sebaliknya, merusak bumi berarti merusak tubuh kita sendiri. Bumi harus kita ajak berbicara melalui ritual-ritual, seperti Pojiyan, Rokat Pakarangan dan Nabur Totobuwan. Ritual-ritual itu pada hakikatnya adalah bahasa orang kuno untuk mengungkapkan rasa keakrabannya dengan bumi dan alam raya. Aku ingin kalian selalu menjaga bumi,” nasihat kakek itu selalu ia ulang-ulang, bahkan menjelang sekarat, di hari kematiannya, ia sempat membisikkan nasihat itu kepadaku.

Sedangkan nasihat—atau lebih tepatnya wasiat—kakek kepada nenek, ia berharap agar nenek selalu terlibat langsung dalam ritual-ritual itu. Nenek mengangguk, tersenyum dan mengepal telapak tangan kakek sangat erat.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience