Chapter3 Bergembira Ria Bersama Para Asisten

Romance Series 1488

Kejayaan Itu Kembali

Karina hampir tak percaya jika semua kini kembali menjadi milik orang tuanya. Rumah, mobil termasuk rekening kedua orang tuanya, serta rekening miliknya.

Satu tahun dirinya dimiskinkan. Kini semua kembali menjadi miliknya. Tapi hatinya pedih diantara kabar bahagianya. Papa dan mamanya telah tiada. Tahun lalu adalah tahun nestapa baginya.

Baskara meninggal di ruang sudang saat perusahaannya dinyatakan dah telah berpindah tangan, karena banyaknya hutang yang tertunggak. Sungguh tak masuk akal.

Mamanya seminggu kemudian menyusul sang suami. Menjadikan Karina sendirian menghadapi musuh yang telah memiskinkannya. Saat itulah Nenek Ira Herlambang mengulurkan tangan, meraihnua, memberinya perlindungan.

"Terima kasih ya, Allah ... Papa ... Mama ..." Tangis bahagia penuh haru Karina membuat Hari Kusmara yang telah memperjuangkan kliennya itu memerah.

Tiba tiba terdengar suara gemuruh di belakangnya.

Karina menoleh. 

Mereka para karyawan Jaya Sakti Anugrah berhamburan menyalaminya.

"Selamat kembali ke kantor, àBu,"

"Selamat kami sangat senang Mbak Karin akan bersama kami," ujar mereka dengan muka senang.

Karina hanya menangis dipeluk sahabat dan karyawan kantor papanya yang satu tahun telah dinonakrifkan ini.

"Mbak Karin sejak kemarin kami menyiapkan kantor ini atas perintah Pak Hari Kusmara, dan beberapa karyawan masih setia bergabung, mari kita bangkit, Mbak," ujar Hardi lelaki empat puluh tahu kepercayaan Baskara papanya Karin.

"Terima kasih, Pak .." bergetar suara Karin.

"Pada kawan kawan terima kasih masih setia pada Jaya Sakti Anugrah." Hardi mengepalkan tangannya pads para karyawan lama yang telah behasil ya kumpulkan.

Karina menghapus air matanya,"Terima kasih kawan kawan, terima kasih Pak Hardi, mari kita bangkit kembali ..."

"Jaya kembali Jaya Sakti Anugrah .." sambut para karyawan penuh semangat.

"Pak Hari Kusmara," perlahan Karin mendekat pada pengacara setengah abad yang merupakan karib papanya. 

Hari Kusmara Sarjana Hukum tersenyum menatap Karina seperti memandang anaknya sendiri.

"Ini persembahanku untuk Baskara sahabatku, karena ia telah tiada padamulah semua ini,"

"Terima kasih sungguh saya tak tahu jika Bapak masih tetap berjuang untuk kami ..." Menangis Karina tanpa bisa ditahan di hadapan karyawan ia memeluk pengacara yang sudah tak muda lagi itu.

Mereka merayakannya dengan makan makan dan bergembira.

"Baiklah besok kita akan memulai kerja keras kita," ujar Karina yang disambut tepuk tangan para karyawannya, "Pada Pak Hardi Mohon diatur semuanya,"

"Siap Bu Bos." Angguk Hardi.

"Mbak Karin sopir sudah menunggu, silahkan tempati lagi rumah Anda," ujar Hari Kusmara di ujung pertemuan semua karyawan.

"Oh!" Karina lagi lagi terharu.

"Pada Anda semua Karyawan bergantung,"

"Saya akan berjuang sekuat kemampuan saya," angguk Karina, "Tapi ada satu hal yang Belum Pak Hari ketahui,"

"Oh ya?"

"Saya sudah menikah,"

"Begitu?"

Karina mengangguk, "Dengan Direktur Utama Herlambang.

"Wah selamat, Mbak," tersenyum Hari Kusmara.

"Tapi ini pernikahan perjanjian antara orang tua data dan istri pemilik perusahaan Kakek Herlambang. Cucunya Andreawan Herlambang sangat memandang rendah says, jadi sebelum saya terbuka pada dia biar saya bermain main dulu dengan lelaki keras kepala dan sombong itu,"

Tersenyum Hari Kusmara tak ingin mencampuri urusan pribadi putri sahabatnya itu.

Sopir pribadinya Yanto masih setia menjadi sopirnya kembali.

"Yanto terima kasih telah begitu setia," ujar Karina saat berada di dalam mobil yang biasa dipergunakan papanya ngantor.

"Kami semua senang karena ternyata yang benar tetaplah benar," ujar Yanto, "Semua mobil sudah siap, Non, mobil Non dan mobil almarhumah Ibu,"

"Oh ya?"

"Pak Hari yang meminta saya untuk membawa ke bengkel semua begitu putusan kekenyangan di pengadilan kemarin,"

"Terima kasih, ya, Yanto,"

"Sama sama, Non,"

Sebelum ke rumah yang sudah satu tahun disegel karena masuk aset yang disengketakan, gadis itu Minta diantar ke makan orang tuanya.

Baskara dan istrinya dikubur berdampingan, hingga Karin bisa sekaligus menyapa kedua orang tuanya.

"Assalamu'alaikum Papa, Mama, ini Karin semoga Papa dan Mama mendapat tempat yang layak di Surganya Allah. Pa, Ma, perusahaan kita kembali pada kita, semua karyawan setia pada kita," dengan hati sedih dan terharu, kemudian Karina berdoa dengan khusus secara bergantian di makan papa dan mamanya. "Ma, Karin pulang dulu," diciumnya pusara mamanya, lalu mencium pusara papanya.

Saat sampai di rumah orang tuanya Karina disambut oleh Minah dan Toni.

"Selamat datang kembali Non, kami sudah menyiapkan masakan favorit Non Karin," ujar Minah.

"Terima kasih Bik Minah, Tini, kalian masih setia kembali ke rumah ini," sungguh Karina sangat terharu memeluk kedua asisten rumah tangga orang tuanya itu.

Capcay dan udang goreng mentega terhidang menggiurkan di atas meja.

"Aku Mandi dulu," ujar Karin. Dan saat ia masuk me kamarnya, semua seperti semula. Bahkan saat membuka lemari pakaian. Susunan bajunterlihat rapih dan wangi, lalu gaun yang digantung pun tak kurang satu pun. 

"Pak Pengacara menyuruh saya untuk melaundry pakaian Non," ujar Tini Yang muncul membawa membawa kopi susu kesukaannya.

"Terima kasih, ya, Tini,"

"Sama sama, Non," angguk Tini. "Oh ya Non di kotak perhiasan tolong diperiksa apakah semua tak berkurang?"

"Wow semua utuh, terima kasih, ya, Tini," lalu diambilnya seuntai kalung Emas putih berliontin sebutin berlian mungil. Lalu diulurkannya pada Tini. 

"Apa ini, Non?!" Tini terbelalak melihat Karina meletakkan kalung itu di telapak tangannya.

"Kamu masih muda perlu juga perhiasan begini,"

"Tapi kemewahan, Non," ujar Tini memperhatikan kilau berlian di tangannya.

"Tak Ada artinya dibanding kesetiaan kamu pada kami," bagi Karina kalung berlian Yang dibelinya dari gajinya itu tak Ada artinya dengan kebaikan pelayannya itu.

Tini menitipkan air mata."Terima kasih, ya, Non," ujarnya tentang kalung yang berharga di atas seratus juta itu.

Bukan hanya Toni yang dapat hadiah. Minah pun mendapat bonus untuk kesetiaannya berupa satu set perhiasan Emas yang terdiri dari dua gelang, kalung, cincin serta sepasang giwang, yang terbukti dari emas murni sembilan puluh sembilan persen.

"Aduh Non rasanya saya seperti Ibu so so ..."

"Sosialita," lanjut Karina memandang Minah yang mengenakan perhiasan emas pemberiannya.

"Ya itu so ... Sosial Lita .."

Karina tertawa diikuti tawa Tini 

"Masa sosial lita, sih, Bik ...sosialita, gitu, lho," ujarnya menggoda atasannya.

"Ya itulah pokoknya," ujar Minah terkekeh, "Wah wis nanti pulang kampung aku jadi paling Keren ..." Lalu mereka tertawa bersama.

Begitu pun dengan Yanto mendapat jatah uang tabungan sebesar lima puluh juta.

"Wih Ini buat modal kawin, eh nikah kalau si Tini mau," ujar Yanto yang memang naksir Tini itu.

Tini tersipu malu.

Semua bergembira dan Karina sangat bahagia melihat para asistennya begitu terlihat senang hati.

"Oh ya untuk sementara mungkin Aku belum bisa tidur di sini, tapi tetap pagi dan pulang kantor ke sini," ujar Karina pada para asistennya, "Jangan banyak tanya, pokoknya aku baik baik saja,"

                                   *

Di rumah Andreawan.

Lelaki itu tak menemukan Karina di kamarnya. Ditunggunya dengan mondar Mandir tak tenang, khawatir perempuan itu pulang ke rumah neneknya.

Bersambung

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience