Chapter 4 Cuek Saja

Romance Series 1488

Bab 4 Cuek Saja

Rumi dan Eti serta Atun berkumpul di dapur . Mereka tahu majikan Nyonya belum pulang.  Walau majikan Tuan tak bersuara menanyakan istrinya, toh mereka tahu jika lelaki muda itu gelisah, terbukti dengan belum disentuhnya makan malam di meja yang telah tersedia.

"Kemana ya, Nyonya Karin?" Seru Rumi seperti pada diri sendiri.

"Ya aku juga heran, kok nggak ngabarin Tuan supaya dia nggak gelisah begitu," suara Eti pun lirih, khawatir dinding dapur mendengar.

"Ya," angguk Atun yang hanya manggut manggut.

Andreawan mau menghubungi istrinya, tapi is melempar ponsel ke kasur dengan kesal, karena tak bisa menghubungi Karina. Siapa suruh tak minta nomer perempuan itu, ada suara dalam dirinya.

"Sudah jam sembilan  Malam, kemana, sih tuh orang?" Tak Andreawan menghubungi neneknya.

"Ya Assalamu'alikum sayang apa kabar bagaimana Karina kerasan di rumahmu?" Sambut neneknya langsung fokus pada Karina begitu menyambut ponselnya.

"Wa'alaikum salam, Nek, ya ...ya betah banget ...Nenek sehat?" Huh, berarti tuh cewek nggak ada di rumah Nenek, dumel hati Andreawan, namun ada rasa legs, berarti istrinya tak pulang ke rumah neneknya, yang merupakan tempat tinggal Karina hampir setahun ini.

"Sehat sayang, mana Karin?"

"Wow dia nanya Karin, gimana ini?" Bingung  Andreawan.

"Andre ..."

"Oh ya, Nek, Karin lagi di kamar mandi," 

"Oh ya sudah salam dari neneknya begitu, ya, baik baik ya, sayang bahagiakan Karin,"

Hubungan telepon terputus.

"Huh bahagiakan Karin, kenapa, sih, Nenek sayang banget sama gadis itu?!"

Terdengar deru mobil berhenti di depan rumah. Andreawan menengok dari tirai jendela. 

Karin turun dari mobil dan langsung melangkah ke halaman rumah. Ia memang sengaja tak salin baju. Masih berpenampilan seperti saat masuk ke rumah Andreawan.

Ya Karin memang merubah dirinya jadi tampil sederhana saat kehilangan orang tua dan hartanya. Walau kini kekayaannya telah kembali, tapi untuk di hadapan Andreawan ia sudah bertekat tak akan merubah penampilannya. Biarlah lelaki licik itu tak tahu siapa dirinya, itu sudah ia rencanakan, sampai tiba saatnya ia pamit pada lelaki yang menganggapnya rendah itu 

Karin menekan Bel.

Pintu terbuka. Eti mengangguk sopan tanpa berani bertanya apa pun, bahkan tak berani pula mengatakan jika tuanya sudah menunggu sejak dua jam lalu.

"Selamat Malam, Nyonya,"

"Malam," sahut Karin tersenyum langsung melangkah ke kamarnya.

Eti segera melaporkan pada Rumi kedatangan nyonyanya, maka mereka segera bersiap menghangat lauk serta mengatur meja makan kembali.

Karin dengan tenang membuka pintu kamar, lalu  masuk ke kamarnya. 

Andreawan menyambutnya dengan tatapan marsh berdiri menghadang di depannya.

"Jam berapa ini?!" Gertaknya melotot pada Karina.

"Jam sembilan lewat," seperti biasa Karina tenang.

Ketenangan yang membuat Andreawan semakin tak suka. 

"Apakah begini gadis Yang dibilang gadis baik oleh Nenek, tapi justru pulang malam tak menghiraukan suaminya!" Suara Andreawan masih meninggi dengan tatap tak lepas dari wajah Karin.

"Lho kan dalam Kesepakatan kemarin kamu nggak menyebut kalau aku nggak boleh bepergian dan pulang jauh malam,"

"Apa?!" Andreawan berkacak pinggang, gadis ini bernyali besar juga, pandai menyusul perlawanan.

Karin melewati Andreawan yang masih menghadang jalannya, hingga tanpa sengaja bahunya betsentuhan dengan dada lelaki itu.

Andreawan berbalik menatap Karin yang masih tenang menuju ke sofa dan duduk di sana.

"Gadis ini boleh juga keberaniannya," batin Andreawan semakin kesal, "Sekarang ada peraturan baru kamu tidak boleh pulang larut malam Begini, kalau ada apa apa aku harus bilang apa pada Nenek, hah?!"

"Oke," angguk Karin, "Kecuali jika aku ada keperluan,"

"Apa keperluanmu?" Andreawan mengawasi Karin dari tempatnya berdiri.

"Tuan Andre suamiku yang terhormat namanya manusia, ya ada saja toh keperluannya,"

"Oke tapi harus seijinku!"

"Peraturan baru atau kesepakatan tambahan?" Karina menatap Andreawan.

"Aku suamimu suka suka aku buat Kesepakatan!" Andreawan hampir berteriak.

"Ya sudah aku lapar," ujar Karina yang tadi sudah makan tapi melihat kemarahan Andreawan yang seperti emak emak memarahi anaknya yang nakal, jadi ingin sedikit santai di ruang makan, barangkali ada sesuatu yang ringan untuk dicicipi malam malam begini.

"Heh mau kemana?" Dengan kasar tangan Andreawan menarik tangan Karin yang melewatinya dengan cuek itu.

"Lho aku kan sudah bilang mau makan, apa untuk makan juga harus menunggu kesepakatanmu?"

Andreawan melepas cekalannya di tangan Karina dengan kesal.

"Bilang Eti buatkan aku sup tanpa Susu bawa ke ruang kerjaku,"

"Oke Bos," setelah itu Karina berlalu.

Di ruang makan sudah tersedia hidangan berupa makan malam lengkap. Dadar telur bersaos, ada salat kentang dan wotel diiris tipis, krem yang belum ditabur. Panggang ayam, lalap dan sayur bening serta sambel.

Menunya semua cocok di lidah Karina, tapi berhubung tadi sore sudah makan di rumahnya, yang ditemani oleh ketiga asistennya sebagai awal jumpa mereka, maka Karin hanya mengambil salat yang ia siram dengan krem mayonis original. Namun sebelumnya ia mencicipi sepotong telur dadar disiram saos.

Eti muncul membawa potongan apel sebagai penutup.

"Semoga cocok menunya, Nyonya," ujar Eti yang tak melihat tuannya bergabung di meja makan.

"Semua cocok, sayangnya aku masih kentang, tadi bertemu teman dan ditraktir makan Mie ayam," sekenanya Karina beralasan.

"Oh begitu ya, Nyonya,"

"Ya," angguk Karina sambil menyuap dadar telurnya, "Oh ya Tuan minta dibuatkan sup tanpa susu dan tolong antarkan ke ruang kerjanya."

"Baik, Nyonya," segera Eti keluar dari ruang makan.

"Wow jadi kenyang malam malam gini, huh gara gara mau ngindari kecerewetan cucunya Nenek jadi over deh isi perut, tapi biar deh biar cepat tidur, eh, nggak baik untuk kesehatan, huh jadi report juga." Karina keluar dari ruang makan.

Untuk menurunkan salat serta sepotong telur yang dikomsumsinya barusan, Karina memilih untuk mondar mandir di seputar kolam renang.

Sedangkan Andreawan berada di ruang kerjanya. Banyak pekerjaan yang harus ia rampungkan.

Eti masuk membawa semangkuk sup serta kopi sedikit gula.

"Nyonya sudah makan?" Iseng Andreawan bertanya.

"Katanya sudah ditraktir Mie ayam sama temannya, Tuan, jadi hanya makan sepotong telur dadar dan salat,"

"Ya sudah," 

"Ada yang lain lagi, Tuan?"

"Cukup," 

"Baik, Tuan,"

"Eti bilang pada istriku kalau mau tidur duluan saja,"

"Ya, Tuan,"

Eti keluar dari ruang kerja Andreawan. Ia berpapasan dengan Karina yang akan menuju kamarnya.

"Nyonya," segera Eti mendekat.

"Ya," 

"Kata Tuan kalau kalau Nyonya mau tidur katanya duluan saja,"

"Oke, terima kasih, ya,"

"Baik, Nyonya,"

"Huh sok perhatian dasar licik, menarik!" Dumel Karina Dalam hati dan bergegas ke kamarnya.

Saat Andreawan selesai dengan pekerjaannya jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas lewat. 

Lelaki itu segera keluar dari ruang kerjanya. Lelah membuatnya ingin segera istirahat. 

Masuk ke kamar untuk ganti piyama. Dilihatnya Karina sudah tertidur di bawah selimutnya.

Andreawan mendekat. Memperhatikan wajah polos Karina yang cantik. Tangannya tanpa sadar terulur ke rambut legam yang jatuh di bantal.

Bersambung

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience