Bab.5
Tapi saat tangannya hampir menyentuh helai rambut Karina, perempuan itu bergerak.
Andreawan menarik tangannya memandang lekat ke wajah polos yang nyenyak itu.
"Gadis ini sebenarnya cantik walau sederhana. Pemberani dan bawaannya tenang, terkesan cuek, aku suka pada ketenangannya." Batin Andreawan. Ah sudahlah aku harus bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya, hingga aku yakin aku menyukainya.
Karina berbalik membelakangi Andreawan. Lelaki itu pun segera menuju lemari untuk mengambil piyamanya. Walau Karina sudah nyenyak, tapi Andreawan tetap berganti baju di kamar mandi. Setelah itu ia keluar kamar untuk ke kamar tidur lainnya.
*
Pagi hari Karina yang hanya mengenakan Kaos serta celana panjang terbuang dari kaos, setengah ketat itu, menemani Andreawan sarapan pagi di teras kamar tidur.
Diam diam Karina memuji keypanab serta tubuh Andreawan yang gagah. Sayang lelaki itu dinilainya angkuh dan sombong. Tapi sebenarnya type seperti itu adalah type yang disukainya.
"Tapi dia sudah melukai hatiku seenaknya menganggapnya tak layak dengan dirinya, huh nggak sudih aku bersuamikan lelaki ini!" Batin Karina.
Rupanya Andreawan merasa kalau sedang diperhatikan Karina.
"Kenapa kamu memperhatikanku?!" Ketud Andreawan.
"Huh aku cuma berpikir sayang amat orang sebaik Nenek punya cucu semangkuk dan sok kayak kamu!" Setelah itu Karina meninggalkan Andreawan menuju ke kolam renang.
"Heh tunggu!" Panggil Andreawan.
"Aku mau renang," ujar Karina tak perduli. Ia meraih piyama handuk miliknya yang memang sudah ia persiapkan di atas kasur.
"Huh!" Andreawan berdiri, "Benar tuh gadis nggak menghargaiku!"
"Mau renang, Nyonya?" Seru Arun yang berada di samping kolam renang, ia baru saja memeriksa kolam renang khawatir ada daun kering yang jatuh.
"Ya, Mbak lumayan untuk kesehatan pagi hari," setelah itu kaki Karina menuruni tangga kolam renang, perlahan turun ke dalam air.
Dinginnya air membuatnya bergidik sesaat, tapi sedetik kemudian tubuh rampingnya sudah berenang ke ujung sana.
Andreawan yang datang menyusul hanya memandang menahan kesal pada Karina yang kini berbalik arah berenang kearahnya berdiri.
Rasanya ingin berteriak atas sikap perempuan itu yang dianggapnya tak sopan tadi, meninggalkannya selagi ia masih belum selesai dengan minum kopinya.
Tapi manamungkin menunjukkan kekesalannya di sini, kan pasti ada yang melihatnya. Nanti bisa saja laporannya sampai ke Nenek. Huh kamu menang pagi ini Karina.
Sedangkan Karina tak menyadari kalau Andreawan sedang memperhatikannya. Saat ini ia berenang sambil menyelam. Dan saat sampai di tepi kolam is terkejut ada Andreawan di situ.
"Hai kau belum berangkat?" Karina naik ke atas.
Andreawan yang sudah berpakaian siap ke Kantor mundur beberapa langkah dari Karina yang kini berdiri di hadapannya dalam basah kuyup. Sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya dibalik kaos dan celana panjang bahan kaos yang agak ketat.
Sejenak Andreawan terkesima dengan lekuk tubuh Karina. "Nih anak seksi juga, huh membuat aku ingin memeluknya, huh jangan dulu!"
"Kok kamu belum berangkat?"
Andreawan menoleh ke kanan dan ke kiri, saat disadarinya tak ada orang ia langsung memuntahkan amarahnya.
"Sopan nggak, sih, kalau suami sarapan ditinggal pergi?!"
"Lho kan nggak ada dalam Kesepakatan untuk menemanimu sarapan pagi sampai tuntas!" Karina langsung mengingatkan Andreawan.
Andreawan menatap Karina kesal. "Apa semua harus ada kesepakatannya juga?!"
Karina mengangguk tak perduli lelaki di depannya kesal. Suruh siapa pakai aturan segala!
"Oke mulai besok nggak boleh meninggalkanku selagi aku belum kelarr sarapan pagi!" Setelah itu Andreawan melangkah pergi.
Aduh tambah lagi kesepakatannya. Gumam hati Karina memandang tubuh tegap Andreawan menjauhinya. Huh ini perkawinan macam apa,nasih?
Karina melirik jam di pergelangan tangannya. Masih ada waktu setengah jam sebelum Yanto menjemput, sebaiknya lanjut renang dulu supaya makan malam semalam tak mengendap di bagian tubuhku.
*
Jelang Yanto datang menjemput Karina pamit pada Minah.
"Bik Minah aku mau belanja dulu, ya, Aku butuh pakaian,"
"Bawa mobil Nyonya?" Minah mendekat sopir tadi mengantarkan Andreawan ke Kantor.
"Nggak usah aku pakai grab sajalah,"
"Baik, Nyonya,"
Bergegas Karina keluar rumah. Hari ini ia harus ke rumahnya sendiri. Dandan dan ganti baju untuk persiapan ke kantor. Hari ini kantornya akan buka kembali. Kalau dulu ia bekerja pada perusahaan papanya sebagai direktur keuangan, tapi hari ini dirinya akan dilantik sebagai pimpinan perusahaan.
Setelah sampai di rumahnya segera Karina dandan dan menanggalkan bajunya, lalu mengganti dengan celana panjang yang sewarna blasernya. Supaya lebih sedikit ringan, maka rambut sebatas bahunya ia sembunyikan. Sebagai gantinya dikenakannya wik rambut yang menggantung di atas pundaknya.
Karina memperhatikan dirinya di cermin. Ia tersenyum melihat po nampilsn modisnya sebagai orang kantoran. Sungguh sangat berbeda dengan penampilan hariannya selama ini.
"Aku yakin kalau Andre bertemu aku dia nggak akan curiga kalau aku adalah Karina bukan istri pilihannya ..."
Karena di rumah Andreawan tadi sudah sarapan kopi susu dan sepotong roti, jadi ia hanya minta air putih hangat pada Tini.
Penyambutan kedatangan Karina diluar dugaannya. Ternyata sudah ada pula wartawan dari media televisi yang meliputnya. Untuk itu Karina tak bisa menghindari permintaan mereka untuk wawancara.
"Ibu Anda sebagai pimpinan baru di Jaya Sakti Anugrah ini apakah akan menuntut balik perusahaan yang telah membuat Jaya Sakti ini dibekukan satu tahun?"
Karin tersenyum. "Buat apa,toh semua sudah jelas bahwa mereka berjuang tak sehat. Jika kita berserah diri pada Allah semua akan berakhir Indah," ujar Karina, tapi tiba tiba wajahnya sedih, "Yang membuat saya sedih adalah kematian orang tua saya yang terpukul saat tahu perusahaannya dibekukan. Ya, walau saya tahu itu sudah takdir Allah, tapi pada akhirnya kita harus Ikhlas dan semua ini sudah merupakan takdir Ilahi," air mata mengambang di kedua pipi Karina.
Lina asisten pribadinya memberikan tisu.Karina tersenyum pada karibnya itu lalu menghapus air mata yang belum sempat turun di kedua pipinya.
Acara ramah ramah setelah pengukuhan Karina sebagai pimpinan baru Jaya Sakti Anugrah itu, berjalan meriah santai dan penuh dengan keakraban. Antara bahagia dan haru mewarnai pertemuan mereka yang terpisah satu tahun.
"Bagaimana Karina?" Pengacara Hari Kusmara mendekat.
"Sangat luar biasa, terima kasih yang tak terhingga, Pak," ujar Karina yang tak menyangkah semua aset orang tuanya kembali.
Hari Kusmara Sarjana Hukum tersenyum, "Bagaimana apa suamimu tak diundang hari ini?"
"Belum saatnya, Pak, biar saya bermain main dulu dengan pria sombong banyak aturan itu!"
"Sombong banyak aturan tapi gimana Mbak Karin suka, nggak dengan si sombong itu?" Goda Hari Kusmara Sarjana Hukum.
Karina terkejut. Wajahnya langsung memerah. Dadanya berdetak kencang. Ah, kenapa juga aku harus suka sama dia, ya?
"Nah, kan?" Kerling Hari Kusmara Sarjana Hukum.
Karina ingin menepis, ia mencoba menggeleng.
"Biasa itu awalnya benci, akhirnya cinta," tertawa kecil si pengacara membuat dada Karina semakin berdebar.
Bersambung
Share this novel