Ratu pov
Tuk
Tuk
Tuk
ketukan pulpen yg gw tubukan ke meja, gw sekarang ngatuk banget gara-gara tu guru mesum alias pak Ruzy yang ngegoda gue semalam, sampai buat gue gak bisa tidur sampai paginya. Sialnya lagi sekarang lagi pelajaran dia sungguh tambah kesal deh gw.
Sekarang gw benar-benar ngantuk banget mata gue udh beeat rasanya untuk dibuka, tanpa memedulikan situasi di kelas ya gue tidur pas pelajaran.
Plakk
Bunyi dasyat yang bersumber dari kepala gue dan sebuah benda membuat gue langsung mengangkat kepala dan menulusuri siapa dalangnya.
"Ratu! Kamu kira sekarang saya lagi ngedongeng hah!".
Mampus, udah deh kena sembur gw sekarang sama tu guru, emang salah gw sih ketiduran tapi kan dia yang buat gue gak bisa tidur tadi malam.
"Maaf pak". Ucapku lirih sambil dengan badan siap, dan menunduk.
Bisa gw rasakan aura ingin membunuh dari pak Ruzy, gw rasanya ingin menghilang aja deh pakai apa kek biar hilang dari ni guru.
"Keluar Ratu, dari kelas saya sekarang". Pak Ruzy mengatakannya dengan sangat mengerikan bulu kuduk gw sampai merinding di buatnya.
Tanpa berlama-lama gw langsung berjalan menuju pintu kelas.
"Ratu". Sontak gw berhenti dan mengalihkan pandangan ke arah pak Ruzy.
"Angkat kaki satu dan jewer kuping kamu, sampai jam pelajaran saya berakhir".
gw merasa pasrah, dahlah percuma gw lawan pun tetap gw yang salah. Gw mengikuti perintah pak Ruzy mengangkat kaki satu dan menjewer kuping sendiri di luar kelas.
Selama 1 jam gw masih melaksanakan hukuman dan gw mendengar pak Ruzy sudah menutup pelajarannya beserta dengan suara bel istirahat.
Dia keluar dan berhenti di depan gw yang masih setia dengan posisi hukuman.
"Sudah turunkan kaki kamu".
Gw menurunkannya dan menunduk takut, pak Ruzy hari ini kayaknya lagi badmood atau memang sifat dia begitu, kekesalan gw tumpahkan dalam hati.
"Sepulang sekolah kamu ke ruangan saya".
"Baik pak".
"Kalau sedang berbicara tatap dengan orangnya Ratu".
Sontak gw mengangkat kepala dan melihat pak Ruzy, tatapan matanya sungguh tajam.
"Tadi saya bilang apa ke kamu?".
"Ke ruangan bapak sepulang sekolah".
Setelah itu dia melenggang pergi, gw akhirnya bisa bernapas lega.
Kriukk
Kriuk
Sial gue lapar, gw menuju kantin untuk mengatasi cacing-cacing yang menggeliat di perut.
Sesampai di kantin gw lihat kak Zena sendirian di pojokan bangku kantin, gw pun menghampiri kak Zena disana.
"Hai kak".
Sapaku sambil tersenyum.
"Oh hai Ratu, sendiri aja?".
"Iya kak hehe" gw menggaruk leher gw yang gak gatal.
"Kamu kok gk bareng teman sekelas kamu?".
"Aku belum punya teman di kelas kak". Sambilku menunduk.
"Eh, kakak kan teman kamu juga". Kak zena menatap gw dan memberikan senyuman tulus. Gw senang banget sama kak Zena, orang kayak kak Zena pintar, ramah juga dan cantik.
Saat gw dengan kak Zena ngobrol asik bang Steven datang dan minta gabung buat duduk bareng, gw dan kak Zena mengangguk tanda setuju.
"Kok kayaknya asik banget pembicaraan kalian berdua, ngomongin apa sih?".
"Masalah cewe bang". Cepat gw jawab pertanyaan bang Steven, melihat kak Zena yang sedikit canggung saat bang Steven datang.
"Ih pelit amat sih gak mau beritahu".
"Kan tadi udah aku beritahu masalah cewe". Jawab gw dengan malas
###########
Sudah dari 2 menit yang lalu gw pulang sekolah, dan sekarang gw lagi di toilet, gw kesal banget kening gw sampai lecet gara-gara tu guru entah apa yang dia lempar tadi sampai kening gw gini.
"Aduh ini bekasnya pasti susah hilang".
Seketika gw teringat tadi pak Ruzy nyuruh gw ke ruangannya sepulang sekolah.
Bergegas gw berlari ke ruangan pak Ruzy. sesampai di depan pintu gw mengatur napas agar kembali stabil.
Tangan gw terangkat ingin mengetok tapi gw urungkan niat karena takut, gw angkat lagi tapi gw turunkan lagi, Sungguh sekarang gw benar-benar takut gimana nanti pak Ruzy menghabisinya didalam.
"Aduh ketok gak ya".
Gw resah dan takut, gw mikir apa kabur aja kali ya?, Pura-pura gak pernah terjadi.
"Kenapa gak jadi di ketok pintunya?".
Suara bass yang menggoda mengagetkan gw yang sedang terperangkap dalam pikiran, dia sekarang tepat berdiri di belakang gw tadinya, ternyata tadi dia sedang tidak ada didalam ruangan.
"Eh pak ini saya mau ketok".
Pak Ruzy hanya melewati gw begitu saja masuk kedalam ruangannya, gw hanya diam melongo di depan pintu.
"Kenapa diam disitu?".
Segera gw melangkah masuk ke dalam ruangan, gw tutup pintunya selembut mungkin. pak Ruzy terlihat sedang mencari sesuatu di meja kerjanya dan mengambil sebuah kotak.
"Ratu duduk".
Segera gw duduk di sofa yang memang sudah tersedia, gw hanya bisa menduduk sambil menggenggam rok dengan kuat.
Gw sama sekali gak berani buat buka suara, pak Ruzy berjalan mendekati dan duduk di samping gw.
"Lihat saya Ratu". Ucapnya tegas, gw dari tadi udah takut,masuk ke ruangan pak Ruzy lebih seram dibandingkan masuk ke rumah hantu.
Gw mengangkat kepala yang sedari tadi menunduk untuk memberanikan menatap pak Ruzy. Bisa gw lihat wajahnya yang tampan sempurna seperti pria di dunia dongeng, tanpa gw sadari, gw menatap pak Ruzy dengan lekat mengagumi ketampanannya.
"Sebegitu tampannya saya, sampai iler kamu netes". Dengan cepat gw menghapus iler di wajah gw, sumpah siapapun hilangkan gw sekarang.
"Maaf pak". Gw hanya menyengir malu, dan disambut gelengan kepala oleh pak Ruzy.
"Sini mendekat". Tiba-tiba saja dia menarik tangan gw mendekati ke tubuhnya, wajah gw sejengkal dari wajah pak Ruzy.
"Bapak mau ngapain?". Gw berusaha menjauhkan diri dari pak Ruzy tapi dia menarik gw lagi sampai mendekat.
"Diam". Dia mendekatkan tubuhnya lagi, gw menutup mata karena malu.
Lalu gw merasa ada yang memegang kening gw, gw membuka dan melihat pak Ruzy yang ingin mengobati kening gw.
Dia mengobatinya dengan begitu serius.
Setelah selesai dia menatap gw kembali, sekarang tatapannya tidak setajam yang tadi, tatapannya sungguh terlihat teduh.
"Maafkan saya tadi melempar barang ke kepala kamu". Dia mengelus wajah gw dengan tatapan sendunya. Tubuh gw menegang mendapati tatapan seperti itu.
"I-ya pak, lagi pula saya yang salah".
Gw menunduk untuk menyembunyikan wajah gw yang merona.
"Sa-saya pulang duluan ya pak". Dengan cepat gw berdiri dan menuju pintu, tapi saat ingin membuka pintu pak Ruzy menarik lengan gw, hingga gw menabrak dadanya yang bidang itu.
"Kamu kan pulang sama saya".
Sungguh bisakah penyakit lupa gw ini di hilangkan, pak Ruzy menarik gw kembali duduk di sofa. "Tunggu disini, saya mengemas barang-barang saya dulu".
"Oke pak".
Setelah begitu lamanya gw menunggu akhirnya pak Ruzy mengajak gw pulang.
Saat menuju parkiran gw menutup muka gw, celingak-celinguk kayak pencuri,
Membuka pintu mobil dengan berhati-hati sambil mengawasi sekitar.
Gw bernapas lega saat sudah didalam mobil.
Pak Ruzy menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, gw hanya menatap keluar jendela mobil dengan perasaan gugup.
"Kenapa tadi kamu celingak-celinguk kayak pencuri?".
Pak Ruzy memecahkan keheningan yang sedari tadi membuatku gugup.
"Itu pak, kalau nanti ada siswi yang lihat saya masuk ke mobil bapak, bisa-bisa kena masalah pak".
"Kamu malau gitu naik mobil dengan saya, secara nyata saya ini idola, jadi kamu merasa lain begitu?".
Idola ndasmu, kepedean banget ya ni orang , kalau bukan guru udah gw gaplek tu kepala biar kepedaannya berkurang.
"Karena itu, bapak idola, banyak fans bar-bar pula nanti saya jadi bahan sasaran mereka, karena guru idola mereka naik mobil bersama dengan perempua seperti saya ini".
"Hahahaha". Pak Ruzy tertawa mendengar ucapan gw. Ya tuhan tawanya sungguh membuat jantung gw dag dig dug gak jelas. Bisa overdosis kemanisan tawa pak Ruzy gw.
Drttt
Drttt
Drtttt
Suara hp pak Ruzy menghentikan tawanya yang membuat gw terpesona.
"Halo Ma".
" -.....- ".
"Iya ma Ruzy masih di jalan".
"-.....-" .
"Iya Ruzy belikan".
Pak Ruzy menutup panggilan yang sepertinya dari mama.
"Ratu kita ke supermarket dulu ya, mama nitip nyuruh belanja bahan makanan"
"Oke pak". Aku memberikan dua jempol ke pada pak Ruzy, yang dibalas dengan acakan rambut.
*****************
Author pov
Di supermarket Ratu dan Ruzy berbelanja kebutuhan makanan, saat melewati tempat Es krim Ratu berhenti sebentar dan melihat es krim rasa baru.
Ratu ingin membelinya tapi dia malu mengatakannya kepada Ruzy.
Ruzy yang melihatnya mengulum senyum.
"Kamu mau?".
"Eh enggak pak". Ucap Ratu sambil malu.
Ruzy merasa gemas melihat Ratu, lalu dia mengambil 5 es krim tersebut untuk Ratu.
"Gak usah pak, beneran deh". Saat Ratu ingin mengembalikannya tangannya di tahan oleh Ruzy.
"Gak ada penolakan".
Ruzy pergi meninggalkan Ratu yang terdiam di depan tempat eskrim.
Ratu pov
Di mobil.
"Pak ko di belikan sih, kan udah saya bilang gak usah".
-.....-
"Pak Ruzy".
-.....-
Gw di cuekin sama ni guru, ah bodo amat lah. Tapi gue beneran gak enak sama pak Ruzy, lalu muncul lagi ide jahil gw ini biar ni guru gak cuekin lagi.
"Mas Ruzy kenapa saya dicuekin".
Gw memegang lengan pak Ruzy dan mengeluarkan suara yang menggoda.
Ckitttttt
Pak Ruzy tiba-tiba menghentikan mobilnya di tepi jalan. Gw yang syok tentu saja kesal, bisa-bisa terjadi kecelakaan.
"Ih mas ngapa tiba-tiba berhenti sih".
"Tadi kamu panggil saya apa?".
"Mas Ruzy". Jawabku ketus, gw masih kesal kejadian yang tadi, dia berhenti tiba-tiba, bisa jantungan gw kenanya.
Tiba-tiba pak Ruzy mengukung badan ku yang duduk dengan kedua tangannya.
Gw hanya menatapnya diam dengan jantung gw yang dari tadi berdetak, gimana kalau pak Ruzy mendengar suara jantungnya.
"Saya suka panggilan itu, panggil saya seperti itu saat di luar sekolah". Dia mengatakannya dengan lirih.
Pak Ruzy menjauh dariku melaju kan lagi mobilnya.
"Masa saya harus panggil pak Ruzy, Mas, didepan papa dan mama. Kan malu". Jawabku kesal.
"Besok kan hari Minggu joging dengan saya ya".
Wahhh bisa-bisanya pak Ruzy atau mas Ruzy mengalihkan topik pembicaraan.
"Gak bisa, saya malas joging". Jawabku ketus.
"Yasudah es krimnya nanti saya gak jadi kasik ke kamu".
Gw menatap mas Ruzy tidak percaya, uhh coba sekali aja baik gitu dengan gw kayak bang Steven.
"Iya iya saya joging dengan bapak".
"Ratu". Matanya menatap tajam kepada gw.
"Iya mas Ruzy". Gw menekan setiap kata dengan jelas.
Next....
Share this novel