Ep18

Romance Series 5308

Ratu pov

Gw sekarang sudah sampai rumah dan untungnya Pak Ruzy belum sampai, gw bernapas lega seenggaknya untuk hari ini gw masih canggung buat ketemu pak Ruzy.

"Ratu pulang ma".

Mama datang dengan tergesa-gesa, gw heran kenapa mama kayak begitu

"Kenapa ma?".

"Kamu pulang dengan siapa?".

"Oh aku pulang sama teman aku ma, bang Steven katanya ada rapat osis".

"Loh ngapa gk pulang sama Ruzy aja".

Ratu diam membeku, dia benar-benar tidak ingin mendengar nama Ruzy.

"Ee anu emm--".

"Ruzy pulang ma".

Suara bariton yang gak mau gw dengar sama sekali muncul di pendengaran, gw berbalik dan melihat pak Ruzy menatap gw dengan tatapan yang gak bisa di baca.

Pak Ruzy langsung pergi melewati gw tanpa sepatah kata lagi.

"Emm ma Ratu ke kamar dulu ya". Mama hanya mengangguk sebagai tanda setuju.

Saat menaiki tangga, gw mendahului pak Ruzy dan segera menuju kamar tapi lagi-lagi suara bariton yang membuat jantung gw maraton mengalihkan perhatian.

"Ratu setelah makan siang temui saya di ruangan kerja".

"Iya pak".

Gw  berlari ke kamar dan menutup pintu dengan segera. Gw memegang dada yang berdetak gak karuan bahkan suaranya bisa gw dengar dengan jelas.

Gila gila emang, gw harus ke dokter kayaknya.

Setelah melakukan ritual begitu lama di kamar mandi akhirnya gw selesai juga, dan gw segera menuju ke lantai bawah untuk makan siang.

gw hanya lihat pak Ruzy saja yang sudah duduk di meja makan, tidak ada tanda mama sama sekali.
Gw berjalan mendekati meja makan dan duduk di sebrang pak Ruzy, pak Ruzy menaikkan alisnya ke arah gw.

"Ngapain kamu duduk di situ?".

"Gak saya suka duduk di posisi di sini kok pak". Jawab gw dengan nada gugup.

Seharusnya gw tadi gak usah turun aja, tapi mana gw tahu kalau mama gak ada, eh benar mama kemana ya?.

"Pak Ruzy".

-....-

"Pak Ruzy!".

Lah ni orang budeg ya, gw panggil dari tadi gak ada respon, dianya cuma fokus ke benda pipih yang dipegang nya.

Lalu gw seketika ingat, kalau orang di depan gw ini gak mau di panggil 'pak', masa iya gw panggil mas, ya memang sih kadang gw panggil mas tapi gw kira kan cuma bercanda.

"Mas".
Noh baru respon tu orang.

"Kenapa?".
Dia menatap gw intens membuat gw gugup, segera gw menatap ke arah lain untuk tidak bertemu dengan matanya.

"Mama kemana mas?".

"Pergi keluar beli makanan".
Jawabnya datar.

"Ohhh".

Saat gw sedang terjebak dalam lamunan yang tidak penting, benda pipih yang berada di saku gw bergetar, ada seseorang yang menelpon.

+628xxxxx ??

Gw mengerinyitkan dahi bingung, ini nomor siapa? Lalu gw memutuskan untuk mengangkat telepon itu.

"Halo".

"Halo Ratu, ini gw Fasya".

"Ah Fasya!".

Gw memekik nama Fasya cukup kuat hingga membuat pak Ruzy menatap ke arah gw.

"Hehe maaf mas".

Gw beranjak dari dapur menuju ke tempat jauh dari pak Ruzy, takutnya nanti acara telpon gw di ganggu lagi.

"Halo Sya"

"Eh lu ngapain pakai teriak tadi hah?, Untung telinga gw gak ke napa-napa".

"Ya maaf, habisnya lu juga main telpon gak ada ngechat dulu".

"gw udah chat lu, tapi lu gak da balas".

"Eh kok gw gak tahu, yaudah Kenapa lu nelpon gw?".

"Gw cuma kangen suara lu aja".

"Alah gombal lu basi".

"Hehe, tapi benar kok Ratu gw rindu parah ke lu, semenjak gw pindah".

Waktu masih kelas 3 Sd Fasya memang tiba-tiba saja pindah yang membuat gw harus pisah dari sahabat ke sayangan gw ini.

"Gw juga rindu lu". Ucap gw dengan lembut dan tulus.

Tut

Tut

Lah kok tiba-tiba telpon gw di tutup sih.

Tring

Fasya

'Save nomor gw, sorry tadi kepencet jadi mati telponnya'.

'iya udah gw safe kok'

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan yang berlanjut, gw memutuskan balik lagi ke dapur dan betapa terkejutnya gw yang melihat mama udah berada di dapur.

"Loh mama udah pulang? Kok Ratu gak dengar". Gw duduk di samping mama, sama seperti gw pertama duduk tadi.

"Kamu aja yang asik nelpon nya. Pacar kamu ya?". Mama tersenyum menggoda dan gw hanya senyum malu-malu.

Lalu gw melihat pak Ruzy menatap tajam ke gw, lah salah gw apa kok dia gitu lihat gw.
Gw gk peduli dan langsung memakan makanan yang sudah di beli mama tadi.

Setelah gw makan, gw menuju ke kamar tapi suara bariton memanggil gw.

"Ke ruangan kerja saya Ratu". Pak Ruzy langsung melenggang pergi setelah mengatakan itu, gw langsung mengikuti pak Ruzy ke ruang kerjanya.

Bisa gw lihat ruang kerjanya begitu rapi, aroma khas dari pak Ruzy juga menusuk Indra penciuman gw.

Author pov

Ratu sekarang duduk di sofa dengan bosan melihat Ruzy yang hanya sibuk dengan berkas-berkasnya, ia heran kenapa Ruzy memanggilnya tanpa mengatakan sepatah katapun dari tadi semenjak masuk ke ruangan.

"Mas ngapain sih suruh saya ke sini".
Ratu kesal dengan manusia satu itunbenar-benar menyebalkan.

"Nemenin saya kerja". Jawabnya cuek yang membuat Ratu melongo tidak percaya.

Ratu kesal dan beranjak dari sofa dan menuju pintu untuk keluar, tapi saat Ratu membuka pintunya. Brakk dengan kasarnya Ruzy menutup pintu itu kembali,
Ratu menatap Ruzy tidak percaya sebenarnya ada apa dengan orang ini.

"Kenapa sih mas, saya mau pergi ke kamar aja disini juga gak ada urusan".

Ruzy menarik Ratu dengan kasar mendekati dirinya, yang membuat Ratu meringis kesakitan.

"Kamu menemani saya sebentar saja tidak mau. Kamu pasti mau pacaran dengan Fasya kan". Ruzy membentak dan menatap Ratu dengan tajam ,nada bicaranya yang membuat Ratu ketakutan.

Ratu terdiam tiba-tiba kepalanya merasa sangat sakit dan timbul beberapa gambaran aneh yang menunjukkan seseorang pria dan wanita saling beradu mulut dengan kasar, Ratu memegang kepalanya.

"Aw! Sakit!".

Ruzy yang melihatnya panik, segera dia membekap Ratu kedalam pelukannya, Ruzy merasa apakah bentakannya tadi terlalu kasar.

Suara isakan tangis membuat Ruzy merasa bersalah.
"Ratu maafkan saya". Ruzy mendekap Ratu dengan erat lalu melepasnya melihat wajah gadisnya itu sudah basah kena air mata.

Ruzy membawa Ratu ke arah sofa tadi dan mendudukkannya disana, tatapan Ratu hanya kosong Ruzy yang melihatnya begitu khawatir.

"Ratu maafkan saya".
Ruzy memegang tangan Ratu dengan lembut dan tatapannya penuh arti, Ratu pun tersentak dari lamunannya melihat Ruzy yang begitu menatapnya khawatir.

"Kenapa mas Ruzy minta maaf?". Ratu mengelus tangan Ruzy lembut, entah setan apa yang merasukinya hingga dia berani melakukan hal itu.

"Tadi saya membentak kamu, sampai menangis".

"Gak saya gak nangis karena di bentak kok, kepala Ratu tadi sakit banget".

Tiba-tiba saja Ruzy memeluk Ratu dan mencium pucuk  kepala Ratu dengan lembut.

Ratu yang di perlakukan seperti itu tiba tiba saja terdiam kaku

Ratu pov

What? WTF!! Kenapa pak Ruzy meluk dan cium gw, segera gw mendorong kasar pak Ruzy dan menjauh.

Gw beranjak dan pergi dari ruangan kerja pak Ruzy tanpa memedulikan dia memanggil gw.

Gw benar-benar malu, sumpah malu banget kenapa pak Ruzy melakukan hal itu, ada apa? Why ?.

Sesampainya di kamar gw langsung merebahkan badan gw dan memijit pelipis gw.
Gw bingung kenapa tiba-tiba ada gambaran seperti itu di kepala gw, siapa pria dan wanita yang saling bertengkar tadi.
Gw menghela napas berat dan memutuskan untuk tidur saja agar  memori aneh yang tiba-tiba muncul dapat terlupakan.

.

.

.

.

.

.

.

Next..

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience