Ratu pov
Kasur yang empuk, bantal yang nyaman, ada AC di kamar ini. Sungguh membuat gw tidak ingin beranjak dari kasur. Tapi!
Si mas Ruzy ini subuh-subuh bangunin gw ngajak joging, ternyata dia gak bercanda saat mengajak gw joging.
Gw sekarang rasanya udah capek banget, bayangin aja ni orang kayak ngajak gw maraton, sudah hampir 2 jam kami joging, tapi tu guru gak da rasa capeknya sama sekali.
"Istirahat dulu ngapa mas, Ratu udah capek nih". Gw udah menyerah, udah capek sumpah, bodo lah dia ninggalin gw yang penting gw istirahat.
"Baru berapa putaran, kamu udah tepar". Pak Ruzy menatap gw remeh.
Apa dia bilang tadi? Beberapa putaran ? Gila kali ya emang gw mesin, udah hampir 2 jam loh joging nya.
"Kalau gitu mas duluan aja deh, Ratu mau istirahat dulu".
Tiba-tiba saja pak Ruzy gendong gw kayak ngangkat karung, gw memukul-mukul punggung pak Ruzy buat lepasin tapi dia gak gubris gw sama sekali. Akhirnya gw pasrah aja deh.
"Loh Ratu kamu kenapa di gendong sama Ruzy?". Suara mama terdengar khawatir kepadaku.
"Ini ma, baru joging sebentar aja udah mau pingsan". Pak Ruzy sengaja menjawab dengan menekankan kalimat terakhir.
Dasar! Ingin sekali gue jahit tu mulut guru mesum.
Pak Ruzy nurunin gw dari gendongannya, gw hanya menatap dia dengan kesal.
"Beneran kamu mau pingsan Ratu?". Mama bertanya lagi dengan khawatir.
Gw mengangguk. "Iya ma, masa pak Ruzy joging nya hampir 2 jam loh ma, tanpa berhenti".
Gw sengaja menunjukkan muka melas gw ke mama, biar di marahin tu orang, Ups pak Ruzy maksudnya.
"Kamu kok gitu sih Zy". Mama menjewer pak telinga pak Ruzy, gw yang melihatnya merasa puas. Hahaha rasain tu.
"Aduh, duh jangan di tarik ma telinga Ruzy".
"Kamu kira Ratu mesin apa?, Joging boleh tapi gak kayak begitu Ruzy". Mama menarik lagi telinga Pak Ruzy.
"Iya iya ma, udah dong sakit telinga Ruzy".
"Ayo Ratu masuk, kamu pasti belum sarapan".
Mama menarik gw ke dalam rumah, gw menoleh ke belakang melihat pak Ruzy menatap gw dengan tajam, gw menjulurkan lidah gw ke pak Ruzy dan terlihat rahangnya mengeras. Hahaha rasain kena marah mama, batin gw.
"Awas kamu Ratu". Batin Ruzy.
######################
Author pov
Pria tampan yang dikenal idaman para wanita, playboy, dan sadis ini, menarik perhatian beberapa karyawan saat dirinya berjalan memasuki slah satu cabang perusahaan yang sangat terkenal seluruh Asia yaitu JNH grup, pria itu adalah David. Ya David yang pernah mengajak Ratu berkenalan secara tiba-tiba.
David menaiki lift yang khusus untuk para VIP dan atasan penting di perusahaan itu, menuju ke lantai paling atas menemui seorang gadis yang sangat di sayangi nya selama dia hidup sampai sekarang ini.
"Vera apa dia ada di dalam ruangannya?".
"Selamat datang tuan David, nona ada di ruangannya". Sekertaris yang bernama Vera itu langsung menyambut David dengan senyuman ramahnya.
"Baiklah kalau begitu, eh ngomong² kamu sangat cantik hari ini". David mengedipkan matanya sebelah kepada sekertaris itu.
David membuka pintu yang di tempati orang paling berkuasa di perusahaan itu tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Keyna sayangku!".
Keyna yang sedang fokus dengan laptopnya tersentak karena David.
" Bisa gak sih lu ketuk dulu pintunya".
"Hehe maaf sayang". David memeluk Keyna dengan erat, Keyna membalas pelukan David.
"Ada yang mau gw omongin serius ke lu". Keyna melepaskan pelukan David dan menatap dengan serius.
"Eits tunggu dulu, gimana kalau kita ngomongnya di restoran kita biasanya, ini juga udah waktu makan siang".
"Iya deh". Keyna mengangguk dengan malas, bisa-bisanya David lapar saat lagi seriusnya.
Di restoran
David dan Keyna sedang duduk di restoran yang memang sudah di pesan oleh dirinya.
"Jadi mau bicara apa sayang".
David tersenyum lembut dengan Keyna.
"Ngapain sih sayang - sayangan, geli gw dengarnya".Keyna menyantap makanannya yang sudah datang dari tadi.
David tertawa mendengar ucapan Keyna, memang kadang dia suka menggoda kembaran nya itu. Iya David dan Keyna adalah saudara kembar.
"Jadi lu mau bicara apa dengan gw? Serius amat".
"Gw tahu lu udah ketemu Ratu".
David menghentikan acara makannya, dia menatap Keyna lekat. "Tahu dari mana lu, gw udah ketemu Ratu?".
"Gak ada yang gue gak tahu dari lu David sayang". Keyna tersenyum manis kepada David.
"Iya iya deh lu kan Keyna, Direktur dari cabang perusahaan JNH grup, lu banyak informan".
David terkekeh dengan ucapannya sendiri, bisa-bisanya dia mengatakan hal itu kepada saudaranya seperti itu.
"Gw mohon lu jangan terlalu dekat dengan Ratu".
David yang mendengarnya, menghempaskan sendok yang dia pegang, rahangnya mengeras dan wajahnya merah karena marah dengan ucapan Keyna.
"Lu kenapa sih Keyna?". David melenggang pergi meninggalkan Keyna dari restoran itu.
"David!!"
Keyna menarik tangan David, namun David menghempaskan tangan Keyna kasar.
"Lu kenapa larang gue dekat sama Ratu!?, Gw udah rindu dengan Ratu, lihat dia pertama kali udah buat gw bahagia".
Air keluar dari mata David, ya David yang terkenal sadis itu menangis depan kembarannya.
Keyna menarik David ke dalam mobil agar tidak di lihat oleh banyak orang.
"David"
David sama sekali tidak menggubris sama sekali dengan Keyna.
"David!".
Keyna mengarah paksakan posisi tubuh David dengannya. Keyna sudah kesal dengan kelakuan kembarannya ini tapi dia berusaha menahan emosi.
"David listen to me, gw lakuin ini untuk melindungi Ratu, jika mereka melihat lu dekat Ratu maka akan mengalami bahaya lagi".
David seketika menegang mendengar penuturan Keyna. Lagi? Apa maksudnya lagi?, Batin David
"Keyna jawab gw memang apa yang terjadi dengan Ratu?". David lalu memegang bahu Keyna dengan kuat.
"Beberapa bulan lalu, Ratu di culik, dan yang nyulik ada dendam sama keluarga kita, Ratu berhasil kabur, saat kabur Ratu ingin di tabrak sama mobil yang menculik dia, Waktu itu untung gw cepat nabrak mobil yang ingin menabrak Ratu". Mobil Sport yang menabrak mobil penculik itu adalah mobil Keyna.
"Kenapa lu baru beritahu sekarang!?".
Mata David terpancar perasaan marah dan khawatir, dia berpikir bisa-bisanya Keyna menyembunyikan hal seperti ini darinya.
"Intinya David, gw mau lu jangan terlalu dekat dengan Ratu, lu boleh awasi dia dari kejauhan". Keyna menangkup wajah David dan menatapnya lekat, dia berharap David dapat mengerti.
"Gak mau!".
Keyna yang mendengar nya terkejut.
"Tap--".
"Lu aja boleh dekat dengan Ratu di sekolah, kan ZENA".
Keyna terkejut, darimana David tahu kalau dia satu sekolah dengan Ratu.
"Tahu darimana lu, nama gw saat disekolah adalah Zena".
"Bukan hanya lu doang yang dapat informasi, tapi gw juga". David tersenyum meremahkan kembarannya itu.
Keyna menghela napasnya berat, memang tidak heran David dapat tahu kalau dia satu sekolah dengan Ratu, sebagai Zena, David juga memiliki posisi sebagai direktur sama sepertinya di cabang perusahaan JNH yang lain, tentu pasti punya banyak informan.
"Terus lu maunya apa?". Kali ini Keyna sudah malas dengan Kembarannya ini.
"Gw mau sekolah di tempat yang sama dengan Ratu".
"Astaga David lu budeg ya?. Gw bilangin awasi aja Ratu dari kejauhan kenapa lu malah ingin makin dekat dengan Ratu".
Keyna memijit pelipisnya, dia tidak habis pikir dengan David.
"Gw maunya ngawasin Ratu dengan posisi yang sama kayak lu".
"Ya udah deh, nanti gw pindahin lu ke sekolah itu". Keyna menjawabnya dengan ketus, rasanya Keyna ingin sekali memukul wajah tampan kembarannya itu.
"Ulu ulu makasih sayang". David memeluk Keyna dengan erat.
"Ihh ngapain sih sayang-sayangan, ngenes banget lu. Pasti lu udah gak laku lagi makanya manjanya ke gw".
"Enak aja, lu buta apa? Masa muka tampan kayak begini lu bilang gk laku".
"Serah lu aja".
**********************
Ratu pov
Bosan. Satu kata yang dapat gw rasakan sekarang. Mama dan Papa lagi ngedate bareng, bang Steven sibuk main PS, mas Ruzy lagi kerja di perusahaan.
Tok
Tok
Tok
"Ratu". Suara bang Steven mengagetkan gw yang lagi ngelamun.
"Iya bang". Gw beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu, gw melihat bang Steven yang berdiri di depan kamar gw dengan pakaian yang sepertinya mau pergi.
"Kenapa bang?".
"Ratu, kita ke pasar malam yuk. Kamu pasti bosan kan?".
Bang Steven tahu aja gw lagi bosan, inilah yang gw suka dari bang Steven ke pekaan nya sebagai pria.
"Oke bang, aku ganti baju dulu".
"Abang tunggu di bawah ya".
Dengan segera gw mengganti baju, atasan gw pakai baju lengan panjang berwarna putih dan bawahannya gw pakai celana jeans berwarna biru tua, dengan rambut terurai.
Gw turun ke bawah melihat bang Steven yang menunggu. "Yuk bang".
Saat gw dan bang Steven mau keluar rumah, pak Ruzy baru saja pulang.
"Mau kemana kalian berdua?".
Pak Ruzy menatap kami dengan tajam
"Mau ke pasar malam bang". Jawab bang Steven dengan mukanya yang polos tanpa ada takutnya, sedangkan gw udah keringat dingin.
"Tunggu, saya ikut kalian".
"Bukanya abang baru pulang, kan cape". Nice bang, jangan biarkan pak Ruzy ikut.
"Terus? Saya mau ikut pokoknya tunggu".
Dan disinilah sekarang kami bertiga, ya pak Ruzy tetap mau ikut ke pasar malam.
"Eh eh Ratu kita main itu yok". Bang Steven menarik gw ke permainan lempar bola.
"Kamu mau hadiah apa Ratu".
"Ehmm itu Ratu mau boneka beruang yang besar, enak buat di peluk hehe".
"Abang dapatkan buat Ratu".
Bang Steven melempar bola kedalam gelas itu, hingga habis bolanya tidak ada satupun yang masuk. Wajah bang Ruzy kesal dan kecewa.
"Maaf Ratu, susah banget masukkin Bolanya".
"Gitu aja gak bisa". Suara bass pak Ruzy meremehkan Bang Steven yang sedang lagi kecewa.
Bang Steven yang mendengarnya hanya tersenyum remeh. "Kalau bang Ruzy bisa coba aja".
Tanpa gw sangka pak Ruzy menang walaupun gak dapat boneka yang besar, dia dapat boneka sedang.
"Nih, yang penting saya dapat". Pak Ruzy menyodorkan bonekanya ke gw. Gw terima dengan senang hati lagi pula gw suka boneka.
Kami bertiga mencoba segala permainan, dan semua permainan itu di menangkan oleh pak Ruzy, gw dan bang Steven merasa gak ada apa-apanya dibanding Pak Ruzy.
Karena sudah malam kami memutuskan untuk pulang ke rumah, sesampainya di rumah bang Steven udah masuk kamar duluan karena kecapekan, gw ke dapur karena haus.
"Hari ini sebenarnya saya lagi lelah karena pekerjaan, tapi karena kamu Ratu rasa lelah saya hilang".
Gw yang mendengar pak Ruzy berbicara tepat di samping telinga gw, membuat jantung gw berdetak cepat.
Gw menghadap belakang dan melihat pak Ruzy di depan gw, jarak kami sangat dekat dia tersenyum ke gw.
Dia memegang pipi gw dan mengelusnya.
"Sudah malam tidur sana".
Tanpa sepatah kata gw keluarkan, gw bergegas menuju kamar.
"Jantung gw mau copot rasanya".
Next....
Share this novel