Chapter 5: Mitochondria Malfunction (Part III)

Crime Series 225

Mitochondria Malfunction
Part III
----------------------------------------

Cukup lama Bayu menunggu benda itu kembali ke markas sampai terdengar suara mesin dari luar dan benda itu seperti berhenti bergerak. Dia mencoba keluar dan melihat sekeliling ruangan yang sangat besar untuk dia telusuri. Tujuannya hanya mencuri informasi dan bukti. Dia pun segera menancapkan tali fiber tadi untuk turun ke bawah. Jaraknya puluhan meter menuju lantai sehingga dia harus meluncur cepat agar tidak ketahuan oleh penjaga. Aku gak bisa ngomong ini pesawat, bentuknya terlalu aneh untuk bisa melayang. Pikirnya sambil memindai benda besar itu. Bentuknya limas segi enam yang mana mempunyai dua sudut lancip yang terpisah ke atas dan ke bawah. Di tengahnya terdapat lingkaran roda horizontal dan menggunakan medan magnet sebagai penyambungnya. Dia melihat simbol di bagian lingkaran itu yang bergambar omega dan satu garis vertikal di tengahnya. Bahkan benda yang di tumpanginya itu ada beberapa unit. Dia pun membayangkan benda–benda ini jika sedang menginvasi bumi. Di sisi hadapnya terdapat puluhan pesawat berwarna perak dengan sayap yang lebih besar dari badannya dan terdapat simbol yang sama dengan benda besar itu. Dia pun menganalisa dan memindai pesawat–pesawat itu dengan lensa matanya.

Sesaat kemudian dia menuju ke elevator di bagian utara ruangan itu. Di sana dia bersembunyi di atas elevator sesaat sebelum satu petugas masuk ke dalamnya. Setelah pintu tertutup, dia segera melompat dan menghantam prajurit itu lalu mengambil maskernya untuk dipakai. Tiba–tiba elevator berhenti dan membuka. Dia melihat tulisan ruangan itu. Unit Penyimpanan Barang Steril. Disana penuh dengan tumpukan serum berwarna biru yang masih dikemas dengan label WHO. Di sisi lain beberapa orang dengan pakaian steril putih sedang melepas satu per satu serum itu untuk dipindahkan ke tempat lain. Bayu pun segera mengambil gambar melalui lensanya kemudian memeriksa label dan tulisan di kotak–kotak itu.

CDSCO
Biological Product (Vaccine & Sera)
Geneva, Switzerland

Serumnya diambil dari Swiss. Tapi dengan cara apa bisa sampai kesini? Pikirnya. Dia mengikuti alurnya serum itu sampai dihadapkan pada sebuah pintu dan dia melihat isi ruangan itu melalui kaca lalu membukanya. Ruangannya gelap, hanya beberapa lampu kecil yang keluar dari mesin di sudut ruang. Yang terpikirkan olehnya yaitu kepompong yang memenuhi ruangan besar itu. Kepompong itu ditopang oleh sesuatu seperti urat di bawah dan di atas. Dia berjalan mendekati salah satunya. Takut sekaligus takjub melihat orang–orang di dalamnya yang akan dihidupkan kembali. Apa ini yang dinamakan Cyborgian Interfaces? Pikirnya. Tempat yang lembab dan dingin serta cairan yang berceceran di tiap sudut lantai membuat tubuh Bayu menjadi kaku. Urat–urat kepompong itu mengeluarkan sinar biru yang bergerak cepat menuju kepompong secara terus menerus. Dia mencoba menyentuh permukaan kepompong itu. Latex. Bagaimana jika mereka keluar dan menyerang kota atau bahkan menghancurkan beberapa negara sekaligus?

Setelah memindai kepompong itu untuk datanya, dia kembali ke elevator lalu menekan tombol level lantai paling atas untuk mencari pusat kendali. Access Denied. Access Denied. Dia melihat sisi lain elevator yang terdapat alat pemindaian telapak tangan lalu dia mencoba meletakkan tangan kanannya. Sarung tangan itu mulai bereaksi menyamai bekas tangan seseorang yang pernah menggunakannya. Identity Confirmed. Lensa menampilkan gambar seseorang dari hasil pemindaian sarung tangan itu. Edward Solomon, Sekertaris CIA yang baru saja dilantik sebagai Direktur! Bayu sedikit kaget dengan keterlibatan pihak CIA dengan Bio Titans.

Elevator mulai naik ke level atas. Dia sadar jika keberadaannya akan diketahui oleh mereka. Setelah pintu elevator terbuka, dia segera menuju ke ruang pusat kendali. Disana ada dua orang berjaga–jaga di depan pintu. Bayu yang memakai masker robot dengan percaya diri berjalan menghampiri mereka. Dua penjaga itu melihatnya sambil menyiapkan senjata jika sewaktu–waktu orang yang berjalan menghampiri mereka bukan salah satu dari mereka. Setelah Bayu berada di depan mereka, dia berhenti sejenak dengan tangan memegangi pinggangnya. Sontak tangannya tiba–tiba mendarat ke salah satu muka penjaga itu. Perkelahian pun tak bisa dihindari lagi. Hanya saja tangan kanannya sakit karena lupa mengaktifkan sarung tangannya agar bisa mengisi energi di dalamnya. Setelah itu dia mengepalkan tangannya untuk menghasilkan energi kemudian menghantamkan tangannya ke penjaga itu sehingga terpental beberapa meter. Dia pun memukul penjaga satunya lagi.

Setelah itu dia menghantam pintu ruangnya sehingga bel darurat pun berbunyi. Beberapa orang di dalamnya sudah siap dengan senjata mereka masing–masing lalu menyerang Bayu. Dia pun menghantamkan tangan kirinya ke salah satu petugas yang paling dekat sampai terpental dan bersembunyi di balik mesin–mesin. Dia merubah sistem sarung kirinya untuk dijadikan perisai lalu mengepalkan tangannya lagi untuk memunculkan perisai itu. Dia segera berlari menghampiri mereka satu per satu dan menumbangkannya. Menuju layar yang berada di tengah, dia mencari lokasi pemasok God Serum yang berada di Geneva. Cartigny, sembilan puluh kilometer dari kota Geneva. Disanalah dia harus berangkat. Tak puas dengan lokasi itu, dia mencari data lain. Disana terdapat gambar rancangan pesawat yang dia lihat tadi. Iron Eagle. Namanya cukup keren. Disaat mengcopy data itu, terselip kata-kata yang cukup besar di tengah-tengah layar. Project Vegan. Dia menekan kata itu lalu munculah peta data yang saling berkaitan.

"Perilaku manusia Neo Vegan telah mundur jauh merendahkan derajatnya. Tidak ada tanda potensi gen spesial kecuali satu material genetik. Siapa Neo Vegan?" Bayu sedikit bingung akan ketidaktahuannya tentang data mereka.

Satu dua penjaga berdatangan dan menembaki Bayu. Dia segera mengambil pistolnya lalu menembak penjaga itu. Setelah mengcopy data tersebut, dia keluar dan berlari menuju jendela kaca.

Di kejauhan, seseorang berpakaian serba futuristik datang bersama beberapa penjaga. Bayu pun segera menghantam kacanya lalu melompat keluar. "Kejar dia! Sialan! Seharusnya kita tidak diizinkan keluar dari tempat ini. Lord Zuri sedang melepaskan medan magnet yang akan menyebar ke seluruh penjuru Terran."

Tali pelontar tadi segera dikeluarkannya untuk turun ke bawah. Saat sedang meluncur, dia melihat permukaan bangunan itu dimana bebatuan yang dia lihat tadi adalah kamuflase yang berbahan sama yaitu neoplasmatik. Kemudian beberapa pesawat Iron Eagle keluar untuk mencarinya. Melihat satu pesawat di bawahnya, dia segera melompat dan bersiap menghantam kemudian hancurlah bagian atasnya membentuk lubang. Di dalam pesawat dia segera disambut oleh serangan dari dua Cyborg. Salah satu dari mereka mengeluarkan pedang yang keluar dari kedua pergelangan tangannya. Satunya lagi memiliki lubang–lubang di punggungnya yang mengeluarkan asap panas. Entah untuk meningkatkan energinya atau apapun itu.

Di bagian kokpit, salah satu pilot mengkontak markasnya untuk mencari bantuan. Dengan cepat Bayu mengambil pistolnya lalu menembaknya. Dua Cyborg tadi pun segera menyerangnya. Pedang itu melaju cepat membelah udara di atas kepalanya. Dia yang sudah mengepalkan tangan segera menghantam perut Cyborg itu. Perutnya tidak hancur melainkan tubuhnya hanya terpental sedikit ke belakang. Beberapa tembakan dari pesawat lain melesat ke arah mereka disaat perkelahian berlangsung. Cyborg berasap tadi menghantam Bayu saat sedang lengah namun ditahan oleh tangannya. Dia pun terpental ke samping membentur dinding pesawat. Cyborg itu sedikit melompat untuk meletakkan salah satu kakinya ke tubuh Bayu namun dia berhasil menghindar.

Di sela–sela perkelahian mereka, sebuah cahaya yang sangat terang datang dari kejauhan menerangi gelapnya hutan tropis itu. Cahaya itu membentang luas tak berujung dengan warna hijau dan merah dikelilingi aliran listrik yang keluar tak beraturan melahap seluruh wilayah yang dia lewati. Bayu mencoba berhenti berkelahi untuk melihat cahaya itu yang kemudian dengan cepat menghempaskan mereka semua. Sesaat kemudian satu gelombang lagi datang mematikan dua Cyborg itu serta sistem pesawat sehingga pesawat mereka menukik tanpa arah. Bayu mencoba meraih sesuatu untuk berpegangan. Dan pesawat pun jatuh membentuk garis disepanjang tanah pendaratan.

••••

Matanya sedikit kabur untuk melihat sekelilingnya. Tanpa sadar dirinya berjalan menjauhi pesawat itu. Tiba–tiba dirinya terjatuh dengan tangan yang menahan tubuhnya. Udara tak bisa bebas untuk masuk ke dalam tubuh. Dia pun menelantangkan tubuhnya menghadap ke angkasa. Angkasa yang kelabu karena menyesalkan beberapa sudut wilayahnya yang telah dikuasai oleh api. Tampaknya pesawat lain juga terkena dampak badai aneh tadi malam.

Setitik sinar sang fajar keluar membangkitkan tubuh Bayu agar segera pergi dari tempat itu dan meninggalkan tas hitamnya yang masih di dalam pesawat.

••••

“Ada apa?” Kata salah satu pria pendaki.

“Badainya mematikan seluruh jaringan listrik.” Sahut Bayu.

“Aku tak mengira dampaknya sampai separah ini. Apa wilayah lain juga seperti ini?” Perempuan yang sama–sama pendaki itu mengguncangkan ponselnya yang mati.

“Di seluruh negara. Saat berada di puncak, aku melihat cahaya itu datang melewati garis horizon.”

“Apa kita baik–baik saja? Aku tahu, kita terkena semacam radiasinya.” Tanya pria tadi.

“Jika tubuhmu bermasalah, kau tak akan berjalan sejauh ini, Josh.” Ejek satu temannya yang terlihat lebih tua.

Bayu bertemu tiga pendaki saat berjalan keluar di perbatasan hutan. Setelah berjalan beberapa kilometer, dia melihat sebuah rumah di wilayah pinggiran kota.

“Dimana ini?” Tanya Bayu.

“Kota kecil Geeveston, mungkin sekitar enam puluh kilometer dari Hobart. Dan kita harus berjalan beberapa kilometer lagi, prajurit.” Kata pria itu memimpin perjalanan. Dia satu–satunya pendaki yang tidak memakai jaket. Badannya yang berisi itu hanya dilapisi kaos lengan panjang yang dicincing, celana pendek, dan sebuah topi.

“Tinggallah bersama kami beberapa hari, sir.” Kata perempuan berkepala dua itu.

“Sementara dunia sedang memulihkan keadaannya. Jadi, ya.”

••••

Malfungsi Mitokondria. Gelaja abnormal yang terjadi di wilayah hippocampus otak telah mematikan sistem di seluruh dunia. Bahkan negara yang mengklaim adidaya pun hancur seketika terkena dampaknya. Transfer elektron penghasil listrik transmembran juga terhambat sehingga satelit, media komunikasi, sistem keamanan, bursa saham, semua kacau dalam sekejap. Bencana itu juga merambah ke langit. Pesawat–pesawat saling bertabrakan dan jatuh menghancurkan wilayah di bawahnya, membunuh ribuan jiwa. Transportasi darat menjadi lumpuh, kapal–kapal besar tidak bisa beroperasi. Sepertinya tubuh bumi telah terkikis akibat sel–sel yang mati secara abnormal karena transduksi sinyal seluler menghambat lajunya neurotransmitter saat memasuki membran sel. Dunia sedang dalam keadaan kiamat.

••••

…Setelah hampir tiga minggu kembali ke jaman batu dimana seluruh negara padam dan kacau balau, beberapa negara sudah pulih seperti sedia kala… kekerasan di berbagai penjara akibat matinya sumber listrik. Beberapa polisi penjaga terluka bahkan meninggal di tengah gempuran para narapidana yang keluar… Berbagai organisasi masyarakat turun ke jalan menyuarakan pendapatnya. Tempat ibadah penuh dengan orang–orang yang ingin… Ledakan besar di Antartika yang sepertinya terletak di pusat lingkaran…

“Dunia dalam kiamat. Apa pendapat anda?” Seorang host wanita berbicara kepada Menteri Keamanan AS di dalam berita televisi.

“Saya pikir kita masih bisa selamat dari ancaman luar. Kami, pemerintah mempunyai sumber daya terbaik untuk melindungi masyarakat Amerika dari teroris.”

“Jadi ini ulah teroris? Banyak orang meninggal, pesawat–pesawat jatuh tanpa sebab, apa anda yakin ini bukan fenomena alam? Mengingat adanya ledakan radiasi di Arktik kemudian dilanjutkan dengan ledakan di Antartika. Bagaimana dengan anda, Profesor?”

“Ada sebuah rekaman yang tak bisa kita perlihatkan, sebuah cahaya yang berasal dari elektromagnetik muncul di tengah samudera yang mana…”

“Dari tengah samudera?”

“Ya. Saat kita lancak lokasinya tepat di titik tengah lingkar arktik. Kami menggunakan tehnologi baru untuk melacaknya dan ditemukan sesuatu yang besar di dasar laut. Lalu diikuti ledakan dahsyat di Antartika meskipun tak sedahsyat bom atom tapi mengakibatkan kerusakan yang cukup parah.”

“Apakah kalian sudah mencari tahu itu apa?”

“Kita tidak bisa kesana karena tekanan air yang sangat kuat pada kedalam ratusan meter dan sampai sekarang ini kita belum tahu sampai mana kedalaman samudera Arktik.”

“Oke, kita anggap saja ini benda. Apakah benda ini peninggalan jaman kuno atau ulah suatu kelompok?”

“Begini.” Menteri itu menambahkan. “Mereka, teroris, mencoba memperlihatkan kehebatannya ke publik karena ingin sebuah pengakuan dari beberapa negara maju. Mereka bekerja secara rahasia sampai malapetaka itu datang menimpa kita. Lihatlah, ribuan nyawa melayang tanpa alasan. Lalu untuk ledakan di Antartika, kami sedang membuat rencana untuk mencari tahu.”

“Lantas apa yang mereka rencanakan sekarang sementara seluruh negara mengadakan konferensi ini? Dari mana tehnologi itu bisa dibuat? Dan siapa pemimpin mereka sampai bisa sehebat ini?”

“Teroris kelas teri seperti yang kita ketahui saat ini, mereka hanyalah orang–orang yang tersingkirkan kemudian membuat suatu kelompok yang mereka sebut pembela keadilan. Berbeda dengan orang yang melakukan kekacauan ini. Dia tidak mendapatkan apa–apa kecuali hanya ingin melihat dunia terbakar.”

“Ini menarik dan menakutkan pastinya. Dan kita tidak tahu keamanan kita berada di tingkat ke berapa.”

“Kita lihat saja hasil konferensi di Vienna nanti. Interpol, Homeland Security, dan FBI juga masih menyelidikinya.”

••••

Dawson City
Yukon Teritorial, Canada

“Masa separah itu dampaknya.” Kata Martinus sambil melihat televisi di ruang pasien.

“Aku sudah katakan padamu. Kau tak akan percaya hal itu bisa terjadi kan?”

“Apa kita masih perlu Satria untuk menghadapi mereka?”

“Dengan atau tanpanya, dia pasti ingin menyelesaikan apa yang menimpa dirinya saat ini.”

“Dia sudah kehilangan banyak darah terus terjadi hal yang seperti ini.”

Martinus melihat sahabatnya yang masih tertidur dengan infus dan selang di hidungnya serta alat–alat pengobatan yang baru dipasang tiga hari yang lalu. Lisa terus merekatkan tangannya ke tangan Satria.

“Sebentar lagi malam tiba. Aku akan pergi makan, jika kalian ingin ikut.”

“Eh… ada bar yang baru buka lagi seingatku. Gertie… aku lupa namanya.”

“Oh… aku tahu. Lisa, kau ikut?”

“Iya.”

Mereka keluar dari Dawson City Community Hospital dan pergi menggunakan mobil sewaannya. Yang mereka datangi ternyata sebuah bar yang cukup terkenal di kota itu, Diamond Tooth Gertie’s Gambling Hall. Bangunannya lumayan besar dengan dinding kayu berwarna putih dan aksen hijau tua di beberapa bagian. Mereka pun masuk ke dalam.

“Wow…! Lisa, tutup mata kamu.” Seru Martinus melihat beberapa wanita melakukan tari tradisional khas barat dan berpakaian sedikit terbuka.

“Casino, sepertinya kau mengajak ke tempat yang tepat. Haha… mengingat suhunya hampir mendekati -40 derajat celsius.” Mr. Killain berjalan mendahului mereka berdua.

Ruangannya luas dengan panggung pertunjukan ala abad ke 18 dan meja–meja bundar berwarna merah di tengah ruangan.

“Kau bisa bermain?”

“Ti… tidak. Tentu saja tidak. Di Indonesia tidak ada kasino, setahuku sih tidak ada.”

“Syukurlah. Kita hanya makan disini.”

Mereka pun memesan makanan dan mencari tempat duduk. Setelah makanan tiba, mereka pun menyantapnya sambil melihat pertunjukan tari itu.

“Jangan minum ini. Yang ini saja.” Seru Mr. Killain ke Lisa yang mengambil gelas bir miliknya.

Setelah meminum segelas susu putih, Lisa beranjak dari kursinya lalu pergi. Mr. Killain dan Martinus melihatinya terus sampai dia membelok ke toilet lalu lanjut makan.

Setelah masuk ke dalam, Lisa langsung membasuh mukanya lalu melihat ke cermin. “Siapa kau sebenarnya?” Dia bertanya–tanya kepada dirinya sendiri karena perubahan yang cukup drastis. Semua mimpi yang dia alami sudah membawanya ke dalam peristiwa besar yang nyata. Tidak hanya itu, dia juga bisa melihat aura seseorang bahkan energy yang halus sekalipun meskipun intensitasnya masih rendah dan membutuhkan Mr. Killain untuk terus melatihnya.

“Siapa kau? Kau adalah gadis tercantik yang pernah aku temui di tempat ini.” Kata seorang wanita yang menghampirinya sambil tersenyum.

Lisa menoleh ke arahnya. Wanita itu berada cukup dekat di depannya. Tangannya membelai pipi kanan Lisa dengan lembut. Lisa tak tahu apa yang sedang dilakukan wanita berambut merah itu. Tatapannya ke Lisa sedikit menggoda dan perlahan mendekatkan wajahnya. Sedikit kecupan dari bibir wanita itu mendebarkan jantung gadis remaja itu. Kecupan itu terus menyerang bibir Lisa dan dua tangan merangkul pinggangnya. Saat satu tangan wanita itu masuk ke dalam celana Lisa, secara tiba–tiba Lisa mendorong wanita itu sampai terjatuh lalu dia keluar.

“Lama sekali.” Kata Martinus yang sudah ada di depan toilet. Lisa terus berjalan keluar dari tempat itu tanpa memperhatikan Martinus.

Seorang suster berjalan cepat sambil memandangi mereka bertiga yang sedang berada di koridor rumah sakit.

“Mengenai Satria, sir. Dia sudah sadar.” Kata suster itu.

Mereka pun berjalan terburu–buru untuk segera menemuinya kecuali Lisa yang memilih berlari. Pintu terbuka sedikit keras. Seorang wanita muda masuk dan memegang tangan Satria. Satria yang baru sadar langsung diperlihatkan seorang perempuan yang memandanginya cemas.

“Satria.” Kata Lisa.

Dia sedikit mengenali wajah perempuan itu. “Ini Lisa?”

“Yes.”

Mr. Killain dan Martinus masuk sambil terengah–engah. Martinus maju lebih dulu.

“Oh my maaan. Ku kira kamu tidak bisa bangun. Saya sama mereka ini cari kamu sampai keliling dunia begini.”

“Hei…” Mr. Killain memegang bahu Martinus memberikan tanda untuk tidak berbicara terlalu banyak.

“Eeh… maaf, anda?” Tanya Satria.

“Saya Killain, teman ibumu. Saya yang membawa mereka untuk mencari kamu. Sekaligus membantu Lisa untuk…” Tanpa meneruskan kalimatnya, Mr. Killain menunjukkan wujud Lisa yang sudah melebihi orang normal.

“Kamu beda sama yang dulu Lis. Kamu udah bisa bicara?”

“Bisa. Masih belajar.”

Wajah Satria yang masih letih itu berubah sumringah melihat keberhasilannya. Rasa malu tak bisa dia sembunyikan lantaran tangannya masih dipegang erat oleh perempuan yang dirawatnya dulu.

“Martin, mau jalan–jalan sebentar? Ada yang harus kita siapkan di kabin.”

“Sekarang?”

Mr. Killain menegaskan wajahnya agar segera keluar dari ruangan.

“Knight, saya ke luar dulu e. Lisa, jaga dia.”

Mereka meninggakan Lisa dan Satria di ruangan itu. Tatapan Lisa tak berpindah sedikitpun ke arah Satria yang masih menatapnya penuh keheranan.

“Kenapa?”

“Kenapa kau memilihku waktu itu?” Kata Lisa sambil duduk di pinggir ranjang.

“Bisa bicara inggris juga? Itu tidak penting, Lisa. Kamu berhak dapet yang terbaik. Semuanya juga gitu.”

“Tapi tidak seperti ini. Please, jangan lakukan hal bodoh lagi.” Dia sedikit tertawa sementara matanya berkunang. “Aku tak ingin kehilanganmu.” Dia mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Satria.

••••

Konsulat Jendral Republik Indonesia
Melbourne - Victoria, Australia

“Situasinya sudah tidak karu–karuan! Sekarang jelaskan apa yang sedang terjadi? Apa ini ulahmu?” Letjen. Soenaryo membuka pintu ruangan diikuti Bayu.

“Bukan pak.”

“Bukan? Lalu jelaskan kebakaran hutan di Tasmania itu.”

“Ya, itu karena saya ada disana.”

“Lho, terus bukannya ini saling berkaitan?”

“Tanpa mengurangi rasa hormat, bencana di seluruh negara terjadi karena badai semacam radiasi elektromagnetik. Badai itu datang dari utara saat saya sedang mencari bukti sama beberapa data dari markas rahasia mereka. Dan ya, ini saling berkaitan.”

“Jadi markas rahasia mereka di Tasmania tapi asal bencananya bukan dari sana?”

“Terlebih seperti itu.”

Terdengar suara ketukan pintu lalu pintu itu dibuka oleh pegawai wanita. “Permisi pak, Bapak Presiden sama yang lainnya sudah datang.”

“Oh iya.” Kepala deputi itu mendekati Bayu. “Sementara operasi khususmu masih belum jelas, kita lihat dulu apa rencana presiden.”

Mereka berdua keluar menuju ruang lobi dimana masih ramai dengan WNI yang mengungsi sekaligus ingin melihat Presiden datang. Disana sudah menunggu beberapa staf dan Konsulat. Letjen. Soenaryo segera menempati jajaran pejabat lalu bersalaman dengan Konsulat wanita itu.

“Minggu yang panjang, sir.” Kata Konsulat itu.

“Ya. Dan akan semakin panjang dengan adanya isu–isu ini.” Balas Pak Soenaryo sambil tersenyum.

••••

Presiden dan rombongan serta beberapa perwakilan yang berada di Australia sedang berdiskusi di dalam ruang rapat dan dijaga ketat oleh beberapa petugas. Bayu dan beberapa staff lainnya duduk di pinggir ruangan.

“Permisi pak, saya punya video yang sedikit menjelaskan pembicaraan ini jika boleh diizinkan.” Kata Letjen. Soenaryo memotong diskusi mereka.

“Ya, silahkan.” Kata Presiden.

Dia berdiri memberikan flashdrive ke petugas. Sontak Bayu memeriksa sakunya dan baru sadar flashdrivenya dicuri oleh pimpinannya itu. Sesaat kemudian video itu memperlihatkan sebuah ruang pesawat dan Cyborgian yang sedang dalam perkelahian. Di luar pesawat terlihat kilatan cahaya yang menyebar ke semua wilayah lalu rekaman itu bergoyang lalu mati.

“Ini badai gelombang elektromagnetik atau biasa disebut badai magnet saja. Itulah yang memadamkan listrik di seluruh negara. Video ini diambil oleh salah satu agen kami saat melakukan operasi rahasia di Tasmania dan kami dari BIN akan menyelidiki lebih lanjut bahkan pintu kami terbuka lebar jika ada instansi yang ingin bekerja sama. Pertanyaannya, apakah kita harus menyebarkan cuplikan ini ke negara lain?”

“Lebih tepatnya, apa mereka bisa dipercaya?” Kata Presiden. “Kita harus tahu siapa yang kita hadapi ini. Politik multilateral itu sudah mentok karena kejadian ini sudah menyangkut pertahanan dunia. Ada saran?”

••••

Dawson City
Yukon Teritorial, Canada

“Untung kamu bangun. Aku su kangen bahasa Indonesia. Orang–orang ini suka pamer bahasa Inggris.” Kata Martinus sambil menunjuk–nunjuk Mr. Killain dan Lisa.

“Jadi aku kena gejala mitokondria?” Kata Satria dengan nada lemas.

“Iya. Hipoksia serta masalah saluran kardiovaskular. Sa panik pas kamu kejang–kejang. Kalau manusia biasa, mungkin kamu sudah… karena semua organ tubuhmu hampir tidak bekerja. Jantungmu lemah, ada pengikisan sama tulang–tulang mu, untungnya pas scan MRI otak ternyata masih bisa bertahan. Sekarang kamu harus diberi asupan yang tinggi lemak, rendah karbohidrat, sama tinggi protein.”

“Hm… ya, diet ketogenik.”

“Kau juga harus memusatkan energi di dalam tubuhmu jika ingin cepat pulih.” Imbuh Mr. Killain.
“Tapi bagaimana?”

“Aku akan mengajarimu.”

••••

Hari demi hari para pemuda itu melatih kemampuannya masing–masing di kabin baru mereka. Mr. Killain mengajari Lisa bagaimana mengandalikan sevent eyes-nya. Setiap pagi di lingkungan kabin, Martinus berjogging sambil meninju–ninju udara layaknya petarung.

Mereka membawa Satria untuk tinggal di kabin itu setelah mendapat izin dari rumah sakit. Kabinnya terletak di pinggiran kota Dawson dekat dengan sungai Yukon agar tidak terlalu berbaur dengan orang–orang kota. Dari mobil, Satria dituntun menuju kamarnya meski sudah bisa berjalan perlahan–lahan.

“Ini nama Whitehouse Cabins tapi dari kemarin tidak ada sambutan dari Presiden.” Kata Martinus sambil melihat–lihat lingkungan sekitar yang sepi.

“Presiden dan para delegasi lainnya sedang pergi mengadakan konferensi di Vienna.” Sahut Mr. Killain sambil menyalakan televisi.

…Dunia sudah jauh dari rasa aman. Ini bukan tentang bagaimana kita menjaga perdamaian dunia. Ini tentang bagaimana kita menjaga masa depan anak–anak kita. Dan peristiwa ini sudah mengacaukan stabilitas negara untuk mewujudkan harapan mereka serta memicu panasnya konflik di beberapa negara…

••••

Di pagi hari, Satria duduk di teras sambil meminum segelas susu cokelat melihat pemandangan sungai Yukon yang tenang dengan pohon–pohonnya yang menjulang tinggi. Langitnya bersih bergradasi putih dan biru kelabu. Sesaat Martinus dan Lisa jogging bersama melewatinya. Kemudian Mr. Killain datang dan duduk di sebelahnya.

“Saat aku kecil, aku bermimpi ingin menyelamatkan dunia dari kehancuran. Dan sekarang aku sadar bahwa kehancuran itu adalah diriku sendiri.” Satria menyesalkan perbuatannya.

“Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Kau adalah korban. Dan kau tidak sendirian.”

“Bisakah kau cerita bagaimana semua ini bisa terjadi?”

“Ya. Mungkin ini waktunya untuk menceritakan semuanya. Suatu hari, ada seorang pria yang nekat memasuki portal dan pergi ke tempat yang belum pernah ada di bumi ini karena ingin menyelamatkan anak lelaki satu–satunya dari kejaran Lord yang berasal dari luar Terran, Bumi. Tapi dia tidak sendirian. Disaat dia dikejar, satu orang datang menghentakkan sebuah tongkat. Tongkat itu mengeluarkan radiasi sampai membunuh semua prajurit sang Lord. Lord itu marah dan mengejar si pembawa tongkat itu. Tanpa ragu–ragu orang itu memilih bertarung dan berhasil menusuk dada Lord itu. ‘Bawa anakmu pergi!’ kata orang itu. Dan disaat itulah aku keluar dari tubuh sang Lord dan pergi bersama pria itu. Kami berakhir di bandung bertemu istri dan anak perempuan si pembawa tongkat. Ehh… anak angkatnya.”

“Apakah pria itu adalah ayahku?”

“Pria itu adalah kakekmu.”

“Really? Lalu siapa yang membawa tongkat ajaib itu?”

“Hitler…”

©2019 Mizuno
The Ambition

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience