Pemulung Pengunjung Kostku

Fantasy Series 5897

Bob, nama anak kecil itu. Dia adalah anak gelandangan yang sangat manis dan santun. Usianya setara anak kelas 4 SD, dan kesantunan dan kesopanannya membuat kami, para akhwat penghuni kos-kosan ini merasa nyaman walaupun dia sering datang ke kos-kosan ini. Sebenarnya, dia adalah seorang anak dari panti singgah yang selama ini dikelola oleh salah satu penghuni kos ini, Ukhti Tasya, atau yang sering kami panggil Mbak Tasya.

Mbak Tasya adalah seorang gadis mahasiswi berjilbab lebar dengan tubuh ramping sekal yang kuliah di jurusan psikologi di kampus kami. Dia dan teman-temannya menjadi relawan sebuah rumah singgah yang membantu anak-anak gelandangan dalam pendidikan dan pembelajarn akhlak. Sementara Bob, anak gelandangan itu, karena tempatnya lebih dekat ke kos kami, sehingga Ukhti Tasya yang cantik berkulit putih itu sering mengajaknya main ke kos kami. Bahkan dia sering memberi tambahan pelajaran ke Bob di kos kami, kadang di ruang tamu, kadang dikamar. Kami pun tidak mempermasalahkan karena Bob Nampak masih kecil dan lugu.

Pada suatu pagi, aku bangun kesiangan karena tadi malam asyik mencari kenikmatan birahi sembunyi-sembunyi Ummi Siti. Sementara Ummi Siti sekarang sudah pergi berangkat ke masjid mengisi kajian. Sangat ironis, wanita alim yang tadi malam mendesah-desah memakai dildo denganku, pagi ini sudah mandi untuk membasuh semua bekas kenikmatan yang tadi malam kami rengkuh, dan berangkat ke masjid mengisi kajian.

Segera aku bangkit dan memakai jilbab kausku untuk keluar dan membasuh wajahku.

Suasana kos yang sepi, disertai tempatnya yang ada di sebuah sudut kamung yang tenang membuat sebuah suara dari sebuah sudut kos-kosan terdengar di telingaku. Segera aku mencari-cari sumber suara itu. Ternyata suara itu berasal dari dapur.

Aku berjingkat dan mengintip, melihat sumber suara itu, dan aku terkejut karena ternyata sumber suara itu adalah Ukhti Tasya yang sudah berpelukan dan saling berciuman dengan ganas oleh anak didiknya yang selama ini terlihat lugu, Bob. Terlihat dengan ganas Bob, anak kecil gelandangan yang memang manis itu mencium bibir Ukhti Tasya sampai Ukhti Tasya terlihat kewalahan karenanya. Ukhti Tasya sampai terdorong kebelakang di kursi yang ia duduki, sementara Bob berdiri didepan mahasiswi berjilbab itu.

Tangan Bob pun terlihat dengan kurang ajarnya menggerayangi badan Ukhti Tasya yang masih memakai jilbab coklat tua dan gamis coklat susu. Buah dada Ukhti Tasya yang sekal terlihat diremas-remas dari luar gamisnya.

“ ….emmhhh…jangan disini Bobbbhh mmhhh tar ada yang tau” Ukhti Tasya mendesah sambil menolak.

Namun tubuh mahasiswi berjilbab itu tidak memberikan perlawanan berarti. Aku rasakan vaginaku mulai basah. Tanganku turun lalu mulai mengelus-elus vaginaku. Ohh.. pingin sekali aku dicium seperti itu..

Sambil menyeringai senang anak gelandangan itu menyingkap jilbab coklat Ukhti Tasya dan membuka satu persatu kancing gamis Ukhti Tasya yang memang terdapat di bagian depan sampai perutnya, lalu disingkapkannya BH- mahasiswi berjilbab itu. segera saja payudara putih sekal Ukhti Tasya itu diremas-remasnya tanpa ampun. Ukhti Tasya tentu saja menggelinjang hebat sambil merintih-rintih keenakan.

Melihat Ukhti Tasya gadis cantik berjilbab itu terangsang, terlihat Bob menuntun Ukhti Tasya membungkuk berpegangan ke meja dapur.

Disingkapnya gamis coklat Ukhti Tasya, memperlihatkan vaginya Ukhti Tasya yang tidak tertutup celana dalam. Bob dengan ganas langsung menjilati dan menciumi bulu-bulu kemaluan Ukhti Tasya, lalu lidahnya dengan sengaja dijulurkan ke dalam vagina Ukhti Tasya sambil berusaha menarik- narik keluar klitoris mahasiswi berjilbab itu.

“Uh uh uh uh aduh nikmatnya Terus Bobbb terusss… uhh ahhh..” kata Ukhti Tasya dengan tangannya terlihat mengepal kuat karena menahan birahi.

Mendengar itu, Bob segera mengajak Ukhti Tasya bermain di atas kursi dapur tadi. Bob segera membuka celananya dan sangat terkejutnya aku, penis anak itu sangat besar dan terlihat keras! Vaginaku sekarangs emakin becek melihat penis hitam keras itu.

Setelah membuka celananya, Bob duduk di kursi dan Ukhti Tasya langsung menaikkan gamisnya yang tadi sempat turun kepinggang mahasiswi berjilbab itu, lalu naik ke atas pahanya. Posisi mereka berhadapan. Dengan penuh birahi, Ukhti Tasya membawa penis Bob yang sudah tegak dan besar itu ke liang kenikmatan mahasiswi berjilbab itu. Dan ia pun dengan sengaja menurunkan pantatnya..

Dan,

Bless.. bless.. jeb.. plouh…cephh..

Penis itu tak ayal lagi masuk separuhnya ke lubang kemaluan Ukhti Tasya.

Sementara Ukhti Tasya terus saja naik turun di atas pahanya, Bob segera dengan posisi duduk meraih payudara Ukhti Tasya dan mencium serta menghisapnya seperti seorang bayi yang sedang disusui oleh ibunya. Setengah jam berlalu, tapi permainan birahi mereka belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Kemudian Bob turun dari kursi itu, lalu menyuruh Ukhti Tasya menungging dengan tangan berpegangan pada pinggiran meja dapur. Penisnya yang kini telah basah oleh cairan vagina Ukhti Tasya kembali diarahkan ke lubang senggama Ukhti Tasya.

Dengan sekali tancap, penis itu masuk.

“Bless.. bless.. clop.. plak.. plak..” terdengar bunyi daging paha keduanya bergesekan dengan keras.

Tiba-tiba saja, kedua mata Bob terbeliak yang berarti ia sebentar lagi akan ejakulasi.

“Di dalam atau di luar, Mbaak..?” tanyanya ditengah-tengah puncak nafsunya.

“Di luaaaarrr ahhh.. tar uhhhh…mbak bisa hamil, Bobb” jawab Ukhti Tasya takut.

Segera Bob menarik keluar kontol besarnya dan benar saja,

Crot crot crot crot……

Sebanyak sepuluh kali semprot mani Bob keluar dipantat sekal Ukhti Tasya.

Bob langsung menyodorkan penisnya yang ada sisa-sisa mani dan cairan cinta Ukhti Tasya ke muka Ukhti Tasya, yang langsung dijilati oleh Ukhti Tasya dengan lidah dan mulutnya. Bahkan sebagian di antaranya ada yang ditelan oleh mahasiswi berjilbab itu. Aku beringsut pergi sambil terus menggesek-gesekkan tanganku ke vaginaku, kembali masuk ke kamar dan masturbasi memakai terong, membayangkan jika aku main bertiga dengan Ukhti Tasya sang wanita alim berjilbab penikmat penis besar, dan Bob, sang anak gelandangan kecil berpenis besar..

Ketika Aku sedang menikmati masturbasinya, tiba-tiba terdengar pintu kamarku dibuka, ketika Aku berbalik, Tiba-tiba Tono, teman Bob sesama anak gelandangan yang tubuhnya terlihat bongsor yang sering ikut Bob kekost-an kami itu sudah dibelakangnya. Segera Tono memegang kedua bahuku dan mendorongku ke lemari sehingga dadaku yang masih tertutup jilbab lebar dan gamis menempel ke lemari.

“Mbak tadi ngintip Bob kenthu sama mbak jilbab Tasya tho.. tenang aja mbak jilbab, Tono juga jago bikin enak mbak-mbak jilbab..” katanya.

Lalu dengan ganasnya Tono mulai menciumi belakang leherku yang masih tertutup jilbab, terdengar nafasnya yang memburu. Aku yang berjilbab alim itu meronta kecil.

“Jangan.. Jangan Tonoo....jangann tonn..”

Tetapi tampaknya Tono tidak peduli.

Tono terus menciumi leherku dari belakang dan tangannya segera mengelus-elus pinggiran tubuhku. Aku mengelinjang kegelian. Ciuman dan jilatan Tono membuat aku berhenti meronta dan membiarkan ciuman Tono yang makin lama makin kebawah. Dan akhirnya sampai kebongkah pantatku, seiring tangannya menarik retsleting gamisku turun.

“Nggk.. Aahh…Eehmmm… uhhh… ihhh…”

Aku hanya bisa mendesah saja dengan tubuh merinding. Ketika gamisku dilolosi turun ke lantai, lalu Tono menyapu bongkah pantatku dengan lidahnya. Tiba-tiba Tono merenggangkan kedua pahaku dan terasa lidahnya segera menjilati bibir vaginaku dari belakang.

“Ahh… Ohh… Woww… Oohhh Nikmat... sekalii..”

Sehingga tanpa sadar Aku menunggingkan sedikit pantatku kebelakang sampai kakiku berjinjit.

“Aahh.. Nggkk… Auuhh… ahhh teruss..” Rintihku dengan mata terpejam.

Kedua tanganku hanya bisa menahan tubuhku ke lemari.

“Aah.. Jangan.. Tonoo... Aakkhh..” desisku ketika Tono membuka belahan pantatku dan segera lidahnya menjilat habis lobang pantatku yang memang tidak tertutupi celana dalam karena sudah kulepas saat masturbasi tadi.

Aku benar-benar merasakan nikmat atas permainan lidah Tono sehingga tanpa sadar Aku mengoyang-goyangkan pinggulku . Tono tampak mengetahui betul kalau Aku, wanita berjilbab alim ini sudah terangsang hebat. Tono tidak sungkan-sungkan menjilati cairan yang keluar dari liang kemaluanku. Akupun semakin lupa diri. Tidak peduli siapa itu Tono, bahkan Aku mengulurkan kedua tanganku kebelakang dan membuka belahan pantatku.

“Jilat… Jilat… Tonoo… Jilatin seluruhnya”, dalam hatiku,

Tampaknya Tono mengetahui keinginanku. Tonopun segera menyapu lobang pantatku lagi sampai ke vagina dengan lidahnya.

“Sllrruupph… slurpphhh …  memek mbak mbak jilbab enak yaa… cuphh… beda sama memek cewek gelandangan temen-temenku..” katanya.

Aku hanya bisa mengigit bibir dengan mata terpejam sambil menikmati permainan lidah Tono, terkadang Aku harus berjinjit tinggi agar Tono leluasa menjilati vaginanya, emang kedua kakiku mulai terasa pegal dan lemas, tetapi Aku tidak mau permainan ini berakhir, beberapa kali aku sempat menjerit kecil ketika lidah Tono mencolok-colok liang vaginaku.

“Oohh.. Aahhkk Mhmmmm… ehmm… uhh.. ahhh… iyahhh.. ahhh… terusss…. Shhh…. Jilat teruss sayang..”

Lalu Tono bangkit berdiri dan dengan masih menciumi serta menjilati punggungku. Kedua tangannya segera menyingkirkan jilbabku yang terjulur menutupi dadaku kesamping, lalu dengan gemas meremas-remas buah dadaku dari belakang. Beberapa kali tubuhku tersentak nikmat ketika kedua puting payudaraku dipijit-pijit oleh jari-jari Tono. Oohh Nikmat sekali…..

Tiba-tiba Tono memegang tangan kananku dan dibimbingnya tangan kanan itu untuk menyentuh celana Tono. Terasa ada benda keras dibalik celana Tono. Aku pun secara refleks segera merema- remas benda itu dan mengurut-urutnya dari atas kebawah. Lalu Tono membalikkan tubuhku sehingga kini aku berdiri berhadapan dengan Tono. Aku tidak mau melihat wajah Tono, jadi sengaja Aku menoleh kesamping dengan mata setengah terpejam, dan meringis menahan nikmat ketika Tono mulai menjilati kedua buah dadaku. Dan secara bergantian mengisap-isap kedua puting buah dadaku. Tono sangat bernapsu menjilati puting gadis berjilbab yang alim seperti diriku ini, terutama saat tahu aku sudah pasrah dan ikut birahi.

Aku sudah benar-benar terangsang hebat. Apalagi ketika jari telunjuk tangan kanan Tono menyodok-nyodok ke dalam liang vaginaku. Aku semakin merenggangkan kedua pahaku.

“Oohh.. Nggk… ahh… aihh….” Desahku.

Lalu Tono menghentikan permainannya. Tampak Tono membuka celana panjangnya dan melepasnya. Kemudian celana kolornya pun dilepas maka tampaklah batang kemaluan Tono yang besar, hitam, keras dan panjang, lebih besar daripada milik Bob. Kemudian Tono duduk ditepian ranjang dan menarik kepalaku yang masih terbungkus jilbab kearah kemaluannya. Akupun tertarik berlutut diantara kedua kaki Tono. Tampak batang kemaluan Tono yang berdiri tegak dan keras sehingga tampak urat-uratnya menonjol. Segera aku menggenggam batang kemaluan Tono dan dengan ganas aku ciumin batang kemaluan Tono itu. Terdengar Tono sedikit mengerang sembari merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Akupun segera beraksi. Aku jilati batang kemaluan Tono itu dari pangkal sampai ke kepala. Lalu Aku isap, kukulum dalam mulut sementara tangan kiriku mengelus-elus biji pelirnya. Terasa beberapa kali tubuh Tono tersentak karena nikmat. Lalu Aku jilati biji pelir Tono.

“Aaahhkk…. Uhhh…” Tono mengerang kenikmatan.

Mendengar itu Aku tambah bergairah. Terus kujilati biji pelir Tomi itu.

Sementara tangan kananku mengurut-urut batang kemaluan Tono yang besar itu. Semakin lama Aku semakin terhanyut nafsu. Dengan kedua tanganku, kuangkat kedua paha Tono sehingga kedua lutut Tono hampir menyentuh dadanya. Dengan posisi demikian Aku leluasa menjilati batang kemaluan Tono. Dari ujung kepala sampai ke sekitar biji pelirnya. Lalu kujilat semakin kebawah.. Kebawah.. Dan akhirnya ujung lidahku menyentuh dubur Tono yang berbulu itu. Segera lidahku menari-nari diatas dubur Tono. Terasa sekali tubuh Tono beberapa kali bergetar.

“Aakkkh.. Oougghh… gelii mbakk..” erangnya menerima jilatan wanita berjilbab yang cantik dan alims seperti diriku.

Mendengar itu, Aku tambah bernapsu. Aku colok-colok lobang pantat Tono dengan ujung lidahku. Semakin dalam kujulurkan lidahku ke dalam lobang pantat Tono.

Semakin bergetar tubuh Tono terasa beberapa kali batang kemaluan Tono yang Aku kocok berdenyut-denyut. Rupanya Tono sudah tidak tahan. Lalu Tono memegang tanganku dan membimbingnya naik ke atas ranjang. Aku disuruh menungging diatas ranjang. Rupanya Tono menginginkan dogystyle. Ahh itu yang aku sukai. Tetapi bagaimana kalau Tono menginginkan anal sex.  Ah.. aku tidak membayangkan batang kemaluan Tono yang besar dan panjang itu masuk ke dalam duburku. Oohh mudah-mudahan jangan. Sebelum mencobloskan batang kemaluannya, Tono sekali lagi memperhatikan bentuk kemaluanku dari belakang. Aku pun menanti penuh harap. Akhirnya terasa batang kemaluan Tono menempel dibibir vaginaku dan masuk perlahan-lahan ke dalam liang kemaluanku  terasa seret.. tapi.. nikmat.

“Oohh… Nggkkk.. Ahhh… iyahh… penismu memenuhi memekkuu… shh…” desisku ketika seluruh batang kemaluan Tono amblas.

Lalu Tono mulai melakukan gerakan erotisnya. Ahh.. nikmat sekali. Aku benar-benar mencapai klimaks dalam posisi demikian. Rupanya Tono belum klimaks juga. Lalu Tono menyuruhku berbaring miring. Sementara Tono berada dibelakang punggungku. Aku segera menekuk kedua lututku dan membiarkan Tono mencobloskan batang kemaluannya ke dalam vaginaku.

“Ooucch.. Aahh.. ahh… uhhh… aihh.. Nik…mat…”

Dalam posisi demikian tangan kanan Tono leluasa meremas-remas buah dadaku dari belakang. Hentakan Tono makin lama makin keras dan cepat. Aku tahu kalau Tono hampir klimaks. Tetapi Aku  enggak mau Tono mengeluarkan air maninya dalam vaginaku. Lalu Aku memegang pinggul Tono. Otomatis Tono menghentikan gerakannya. Lalu Aku mencopot batang kemaluan Tono dari vaginaku. Dan dengan gesit akupun berlutut disamping Tono.

Tampak Tono tersenyum, tapi Aku tidak peduli. Aku segera menjilati batang kemaluan Tono yang berlendir itu. Lalu kuhisap-isap batang yang keras dan berurat itu.

“Ooh.. Nggkk.. Aakk..” Tono mengerang keenakan.

Aku semakin mempercepat gerakan kepalaku naik turun, beberapa kali Tono mengerang sembari mengeliat.

“Ternyata Tono ini kuat juga” pikirku.

Lalu Aku membasahi telunjuk tangan kiriku dengan ludahku, setelah itu Aku cucukan telunjuk jarinya itu ke dalam dubur Tono. Tampak tubuh Tono sedikit tersentak ketika aku menekan jariku lebih dalam lagi kelobang pantat Tono. Rupanya Tono merasakan nikmat luar biasa dengan isapanku pada batang kemaluannya dan sodokan jariku di anusnya. Hingga..

“Aaahh… Aaakkhh… aku keluar mbak…” Tono mengerang hebat bersamaan dengan menyemburnya air mani Tono dalam mulutku.

Crott.. Croot.. Crottt…

Banyak sekali…

Akupun rada gelagapan sehingga sebagian air mani Tono kutelan. Sengaja Aku mencabut jariku dari lobang pantat Tono secara perlahan-lahan dan hal ini membuat semburan air mani Tono tidak dapat ditahan. Lalu Aku melepas batang kemaluan Tono dari dalam mulutku. Tampak sedikit sisa-sisa air mani Tono keluar. Aku segera menyapu dengan lidahnya cairan kental itu.

“Makasii ya mbak udah puasin kontolku..”

“Ahh.. iya sama-sama dek… kalau kontolmu lagi gatel pengen dikeluarin, langsung dating ke kamar mbak aja yaa.. pas pagi biar kamu semangat.. hihihi..”

“Wahhh bolehh mbakk. Aku juga ketagihan empotan vaginanya mbak. Apalagi hisapan mulut mbak.  Besok-besoknya boleh jilat ketek mbak dong.. hihihi..”

“Hahaha oke dehh, kamu boleh jilat semua bagian tubuh mbak.”

“Okee mbak. Aku keluar dulu ya mbakk, makasih banyak yaa”

“Okee dekk”

Tono pun keluar dari kamarku dengan kegirangan. Aku terasa lemas akibat sodokan kontol Tono yang perkasa. Bakal indah sepanjang pagi di kamarku…

TAMAT….

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience