3. Alter Ego—Michelle Sergeant-Devil Knight

Mystery & Detective Series 2795

Jasmine berjalan dengan langkah cepat, ekspresinya terlihat mengkhawatirkan sesuatu. Jasmine menendang pintu ruangan Aland, Aland tersentak tapi kemudian tertawa. 
"He he he, ada apa Jasmine?" tanya Aland.

"Dia datang, bagaimana ini?" tanya Jasmine sedikit panik, Aland menaikkan sebelah alisnya. Dia, adalah orang yang Jasmine tak suka dan selalu jauhi.

"Dia, pria itu maksudmu?" tanya Aland, Jasmine mengangguk, Aland berdiri. Ia menatap Jasmine sambil tersenyum, Aland mendekat dan meremas bahu Jasmine pelan.

"Tak usah khawatir, aku akan menjauhkan pria itu darimu." kata Aland, Jasmine memincingkan matanya, tapi kemudian ia mengangguk. Aland pergi dari ruangan itu, sementara Jasmine bergerak gelisah karena kehadiran dia.

Jasmine akhirnya keluar dari ruangan Aland, ia berjalan menuju ruang bawah tanah. Penjara untuk tawanan, dan tempat eksekusi. "Hazel!" teriak Jasmine, seorang gadis berambut coklat datang dengan tergesa. Ia menunduk sopan pada Jasmine, ia tahu, sangat tahu bahwa gadis di hadapannya adalah manusia tersadis yang pernah ada. Ia juga takut jika sewaktu-waktu Jasmine berubah menjadi mengerikan.

"Hentikan pikiranmu Hazel, bawakan wanita sialan itu!" perintah Jasmine dengan bentakan, Hazel menunduk takut, tapi kemudian ia pergi ke dalam ruang penjara dan menarik seorang wanita cantik.

Wanita itu menangis saat Hazel menariknya dengan kasar, Hazel menunjukkan sifat dinginnya saat bertugas. Wanita itu didorong ke hadapan Jasmine, kemudian Hazel pergi setelah mendapat kode.

"Christina Beth Landen, seorang artis terkenal. Terkenal bakatnya dalam berakting dalam film. Namun, ada sebuah rahasia besar yang kau sembunyikan, Daisy, bayi imut yang kau lahirkan 4 tahun lalu, anak hasil hubunganmu bersama Tommy, pengusaha kaya yang umurnya sekarang sudah 78 tahun." kata Jasmine mengejek.

"B-bagaimana k-kau ta-"

"Banyak bicara. Aku hanya ingin menanyakan satu pertanyaan saja, apa alasanmu memfitnah Luella Dawson, hingga wanita itu kehilangan pekerjaannya dan dipenjara?" tanya Jasmine dingin, Christina terbelalak.

Ia menunduk kemudian menangis, Jasmine memutar bola mata malas. 
"Dia merebut calon suamiku." jawab Christina sambil sesegukan, Jasmine mengangkat sebelah alisnya. Entah darimana, di tangan Jasmine sudah ada sebuah borgol. Ia memborgol tangan Christina dan menyeretnya menuju sebuah ruangan besar.

Christina berteriak meminta dilepaskan, namun Jasmine tak mempedulikannya. Ia berhenti sejenak, kemudian berbalik dan menarik rambut Christina, Christina menjerit kesakitan.

Dengan marah Jasmine menendang wajah Christina hingga wanita itu terpelanting ke belakang. Jasmine kembali menarik rambut Christina, Christina menangis. Ia berusaha menggapai pistol disaku jas Jasmine. 
"Jangan berani memegang pistol jika tak tahu cara menggunakannya," ucap Jasmine datar.

Christina meringis, Jasmine kembali menariknya dengan kasar. Mereka sampai di ruangan yang dituju, sebuah ruangan yang digunakan untuk penyiksaan. Dengan seringaian keji, Jasmine menyeret Christina. "ALEJANDRO!" teriak Jasmine, Alejandro datang dengan terburu-buru saat mendengar teriakan Jasmine.

"Y-ya Nona?" tanya Alejandro gugup, Jasmine menoleh, ia menunjuk Christina dengan dagunya. Alejandro mengangguk mengerti, ia menarik tangan Christina dengan kasar dan merobek pakaian Christina, lalu mengangkatnya ke atas sebuah ranjang paku. Christina berteriak kesakitan saat paku-paku itu menusuk kulit punggungnya.

"Jangan sakiti aku, hikksss." mohon Christina, Jasmine tertawa sinis. Ia menginjak perut Christina dengan kuat hingga wanita itu kembali berteriak kesakitan. Paku-paku itu menancap di tubuh Christina, darah segar keluar diantara paha Christina. Jasmine menyeringai saat menyadari sesuatu. 
Christina sedang hamil.

"Ahh, ada makhluk lain dalam perutmu. Bagaimana jika aku berkenalan dengannya?" tanya Jasmine dengan senyuman. Christina menggeleng, ia memegangi perutnya yang kini terasa keram. Jasmine mengambil cambuk, kemudian berjalan ke samping Christina.

"Ale, ikat tangannya dan kakinya." perintah Jasmine, Alejandro mengangguk. Ia menarik tangan Christina kemudian mengikatnya dengan kuat hingga kulit putih Christina tampak memerah. Jasmine menyeringai, ia memutar cambuknya lalu mencambukkannya ke perut Christina. Christina menjerit pilu, sakit rasanya.

Tanpa ampun, Jasmine kembali mencambuk Christina. Ia mengambil pisau, "Sakit bukan? Lalu, bayangkan sakitnya dengan Luella yang kini mendekam di dalam penjara! Itu tak akan seberapa dibandingkan dirimu!" teriak Jasmine sambil menusukkan pisau ke perut Christina.

Christina menjerit, Jasmine menatapnya marah. Ingat bahwa, Jasmine tidak suka diteriaki!
"Jangan. Berteriak. Di depan. Wajahku!" tekan Jasmine sambil mengoyak perut Christina, kemudian ia tersenyum saat melihat sesuatu. Janin.

Janin itu masih belum sempurna bentuknya, umurnya baru saja 12 minggu. Jasmine memasukkan tangannya yang berlapis sarung tangan kulit ke dalam perut Christina yang sedang sekarat. Jasmine kembali mengoyak perut Christina agar dapat mengambil janin itu. Setelah dapat, Jasmine tertawa senang dan menunjukkan janin itu ke depan wajah Christina yang langsung menjerit.

Dengan kesal Jasmine menusukkan pisau ke dalam mulut Christina, lalu dimasukkannya janin berlumuran darah itu ke dalam mulut Christina yang baru saja mati. "Hhhh.. Tak berguna!" cibir Jasmine. Alejandro hanya tersenyum mendengarnya, ia berjalan mendekat lalu memasukkan mayat Christina ke dalam kantung jenazah.

Jasmine menyuruh Alejandro menyeret mayat Christina, kembali terdengar isak tangis dari dalam penjara. Jasmine kali ini tak mempedulikannya, ia berniat membuang mayat Christina di depan gedung pengadilan.

"Ale, cepat!" teriak Jasmine, Alejandro mempercepat langkahnya sambil menyeret mayat Christina. Mereka kemudian pergi ke tempat tujuan, tak lama mereka pun sampai. 
Jasmine membuka kantung jenazah Christina, ia mengeluarkannya (mayat Christina) dengan kasar kemudian mengambil kapak dan memotong tubuh Christina dan pergi meninggalkannya, setelah menaruh setangkai mawar hitam.

Tak lupa dengan lambaian tangan ke kamera yang sering ia lakukan. Matanya bersinar kuning, kemudian seulas senyum licik tercetak. 

****

Dentingan piano beradu dengan gesekan biola, kedua alat musik itu berpadu menjadi sebuah alunan lagu yang indah dan menenangkan. Tempo permainan piano yang awalnya pelan dan santai, semakin lama semakin cepat kemudian ditutup dengan tepuk tangan orang-orang yang menyaksikan permainan piano dan biola tersebut. 

"Waahhh, ini adalah pertunjukan musikal paling menakjubkan yang pernah kulihat dan kudengar! Berikan tepuk tangan lagi pada Nona Michelle dan Tuan Matthew!" seru seorang MC acara. Michelle tersenyum kemudian berdiri, pria bernama Matthew meletakkan biolanya kemudian ikut berdiri.

"Ah-ah-ah, rasanyaaa aku melihat ada Chemistry diantara kalian," goda MC tersebut, Michelle menoleh dan kembali tersenyum, senyumannya aneh. Senyuman yang terlihat menakutkan, tapi MC itu tetap berbicara meski sudah diberikan senyum mematikan Michelle.

Matthew yang di samping Michelle tersenyum licik, Michelle menyadari itu tapi ia tetap diam. MC menutup acara, Matthew dan Michelle pergi ke belakang panggung. 
"Ow-ow, Michelle Sergeant. Senang bertemu denganmu di sini," seorang wanita dengan pakaian Glamour datang dan menyapa Michelle dengan nada mengejek.

"Hn," Michelle hanya acuh, ia berjalan melewati wanita itu. Tapi tangan si wanita mencekal pergelangan tangan Michelle, Michelle menatap tangannya, kemudian ia melepaskan cekalan itu dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Apa mau mu, Scarlett?" tanya Michelle dingin, Scarlett menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum mengejek.

"Aku? Aku hanya ingin Blue Sapphire yang kau miliki." jawab Scarlett dengan tak tahu malunya. Michelle menatapnya dingin lalu tertawa mengejek.

"Barusan itu..., kau mengemis?" sindir Michelle. Scarlett mendelik marah, ia menampar Michelle dengan kuat hingga sudut bibir Michelle berdarah.

"Harusnya aku yang mendapatkan Blue Sapphire itu!" teriak Scarlett. Michelle tertawa sinis sambil mengelap darah dibibirnya. Ia menatap seorang pria yang berdiri tak jauh darinya, Michelle memberi kode lewat mata pada pria itu. Ia seakan berkata, ’Tunggu aku di mobil’. Si pria pergi setelah mengangguk patuh, Michelle menatap Scarlett lalu mengambil sesuatu di balik jas merahnya. Blue Sapphire.

"Ini yang kau inginkan, bukan?" tanya Michelle dingin, Scarlett tak mengangguk, tapi terlihat jelas bahwa ia ingin sekali memiliki kalung itu. Michelle menatapnya dingin, ia berjalan meninggalkan Scarlett yang geram akan kelakuannya.

"Ambil kalau kau bisa." tantang Michelle, Scarlett yang menyukai tantangan segera mengejar Michelle. Michelle masuk ke dalam mobilnya, di sampingnya ada pria yang tadi.

"Jalan, Alejandro." perintah Michelle, Alejandro mengangguk. Mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, di belakangnya ada mobil Scarlett yang mengikuti. Michelle tersenyum licik kemudian mengeluarkan tangannya lewat jendela dan mengayunkan kalung safir itu. Scarlett menggeram, ia menambah kecepatan mobilnya.

Hari sudah gelap, Alejandro menghentikan mobil di depan sebuah gedung tua. Michelle turun dan menatap licik pada Scarlett, ia kemudian masuk ke dalam gedung itu. Scarlett ikut masuk menyusul Michelle, ia mencari keberadaan Michelle, namun tak kunjung di temukannya.

Tiba-tiba, sebuah pukulan mendarat ditengkuknya. Scarlett pingsan seketika.

*

Scarlett terbangun karena merasakan dingin pada tubuhnya, ia merasa tak mengenakan apapun sekarang. Dan semuanya seakan terbalik, sebuah pintu terbuka. Terlihat sosok berjubah merah melangkah mendekat, di tangannya ada pisau tajam. 
Scarlett menyadari bahwa dirinya dalam keadaan tergantung terbalik, dan ia sama sekali tak berpakaian.

Sosok itu mendongakkan wajahnya, Scarlett terhenyak, Michelle? 
"Yeah, it’s me. Michelle Sergeant. Why?" tanya Michelle sinis, ia memainkan pisaunya sambil berjalan memutari Scarlett. Scarlett menahan napas saat dinginnya pisau itu menyentuh kulitnya.

"Apa yang kau mau?!" teriak Scarlett, Michelle menaikkan sebelah alisnya kemudian tertawa penuh ejekan. Bagaimana bisa ada manusia sesombong itu yang masih bisa berteriak angkuh, saat kematian perlahan mendekatinya.

"Aku hanya ingin..., your soul." jawab Michelle, rahang Scarlett mengeras mendengarnya. Dengan tangan bebas, ia menarik rambut Michelle, yang perlu kau ketahui adalah..., Michelle benci seseorang yang menyentuh bagian tubuhnya, terutama rambut.

Michelle melepaskan jambakan di rambutnya dengan cara mematahkan jari-jari Scarlett yang langsung berteriak keras. 
"Dasar kau jalang!" teriak Scarlett sambil menangis menahan sakit pada jari-jarinya yang kini membengkok. Michelle tersenyum iblis, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Scarlett.

"Aku bukan jalang, aku adalah..., psikopat." bisik Michelle. Scarlett terbelalak, Michelle mundur satu langkah. Ia kembali memainkan pisaunya sambil (kembali) berjalan memutari Scarlett.

"Ahh, kau tak tahu siapa aku sebenarnya, bukan? Biar kujelaskan siapa aku, apa pekerjaanku, dan apa hobiku. Pertama, namaku adalah Michelle Aldith Sergeant, kedua, pekerjaanku ada dua, pianis dan psikopat. Umm-- lalu ketiga, hobiku adalah menyiksa seseorang. Kau harus tahu apa julukanku dalam dunia psikopat, Devil Knight. Kau tentu pernah mendengarnya." ujar Michelle sambil terkekeh sinis.

Scarlett menggeleng tak percaya mendengarnya, ia menatap tajam pada Michelle. Michelle merogoh sesuatu ke dalam saku jasnya, kemudian mengeluarkannya. Sebuah gunting. 
"Apakah kau masih belum percaya? Hmm, apa yang harus kulakukan agar kau percaya Scarlett Jung?" tanya Michelle sambil menggoreskan pisau ke punggung Scarlett membentuk sebuah lambang kupu-kupu dan pedang. Scarlett menjerit keras, Michelle yang membenci suara teriakan pun menusuk punggung Scarlett dan menarik pisaunya kearah leher Scarlett hingga daging punggung Scarlett terlihat.

"Dan yeahh, aku membenci suara teriakan. Bagaimana jika kita berganti mainan? Hmm gunting ini rasanya cocok," Michelle menunjukkan gunting tajam ditangannya. 
Scarlett mulai ketakutan, ia menggeleng perlahan.

 "Jangan, kumohon." mohonnya.

Michelle tak mempedulikannya, ia menggunting rambut Scarlett kemudian menggunting telinga Scarlett. 
"Aaaarrrgghh!" jerit Scarlett saat merasakan perih pada telinganya yang terputus, Scarlett menangis sesegukan sambil memegangi telinganya.

"Darahmu cukup manis, hmm--kurasa." ucap Michelle pelan, ia mengecapi rasa darah Scarlett. Selain psikopat, ternyata wanita itu kanibal.

"Aku memang menyukai rasa darah, tapi aku tak suka memakan daging manusia. Aku pun tak sembarangan menyicipi darah manusia," Michelle menyahuti suara pikiran Scarlett. Scarlett mendelik terkejut, perih pada punggung dan telinganya semakin berdenyut nyeri.

"Nah, aku mulai bosan. Bagaimana jika kita mulai sekarang," itu bukanlah pertanyaan, Scarlett menggeleng pelan saat melihat gunting tajam itu di depan matanya. Michelle menyeringai saat melihat wajah Scarlett yang memancarkan suatu ekspresi. Ekspresi yang sering ia lihat sebelum korbannya mati ia bunuh.

Michelle menusukkan gunting itu ke mata Scarlett lalu menggerakannya dengan gerakan menggunting benda. Scarlett berteriak keras, darah mengalir deras dari kedua matanya. Michelle mencabut gunting itu kemudian kembali menusukkannya. 
Michelle berjalan menjauh lalu mengambil bor listrik, ia menyalakan bor listrik itu kemudian mengarahkannya pada dada Scarlett. Scarlett kembali berteriak saat bor listrik itu melukai dadanya, dengan marah Michelle membanting bor listrik kemudian mengambil pisau dan menusuk dada Scarlett tepat di jantungnya.

Teriakan Scarlett tertahan saat dengan kejam Michelle menggunting lidahnya. Mulutnya dibanjiri darah, Michelle mengambil gergaji mesin lalu memotong tangan Scarlett dan membuangnya sembarangan. Setelah memotong kedua tangannya, Michelle menggergaji perut Scarlett hingga organ dalam Scarlett terburai keluar dan jatuh berceceran dilantai.

"Alejandro!" teriak Michelle, Alejandro masuk dan meringis pelan saat melihat organ-organ dalam tubuh Scarlett yang terpotong. "Ya nona?" tanya Alejandro.

"Foto mayatnya, lalu kita buang jasadnya." perintah Michelle. Alejandro mengangguk lalu mulai memfoto mayat Scarlett. Tak lama, ia memberikan hasil fotonya pada Michelle, Michelle tersenyum senang lalu menjilat darah yang menempel pada sarung tangan kulitnya.

Mereka pergi membawa mayat Scarlett ke tengah kota. Di depan sebuah restauran, Michelle menghentikan mobilnya. Ia memakai topengnya lalu keluar dari mobil. Alejandro melakukan hal yang sama, ia menyeret kantung jenazah Scarlett dan membantingnya ke jalan. Michelle mengambil organ dalam tubuh Scarlett dan melemparnya ke depan pintu restauran. Kemudian mengambil kapak dan memotong kepala Scarlett dan kembali melemparnya ke depan pintu restauran.

Setelah puas, mereka pun pergi. Kembali ke markas mereka setelah Michelle menusukkan belati perak ke mayat Scarlett.

***

Michelle Aldith Sergeant
Julukan : Devil Knight
Cara membunuh dan senjata : 
Michelle membunuh korbannya dengan senjata-senjata listrik. Contohnya bor listrik, ia suka menikmati darah korbannya. Seakan darah adalah minuman terlezat di dunia. Ia lebih suka menyiksa teman-teman terdekatnya, karena menurutnya teman adalah... Musuh terdekat.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience