1. Black Rose

Mystery & Detective Series 2795

Gadis itu melangkah dengan anggun menuju sebuah ruangan, suara langkah kakinya terdengar menggema di lorong gelap itu. Ia berhenti di depan sebuah pintu berkarat, dari dalam terdengar isakan kecil beberapa orang.

Perlahan, ia membuka pintu berkarat itu, dan masuk setelah pintu terbuka lebar dengan suara berderit dari engselnya yang berkarat.  Seketika keheningan tercipta setelah masuknya gadis itu. "Kenapa kalian diam? Kalian menahan tangis agar tak terdengar?" tanya gadis itu dingin. Wajahnya tak menunjukkan keramahan apalagi kelembutan. Yang ada hanya wajah dingin, penuh ancaman dan kekejaman.

Hening..., Tak ada yang menjawab pertanyaannya, gadis itu menggeram lalu menendang salah satu pintu penjara. Ya, ia berada di ruang bawah tanah, sebuah tempat yang digunakan untuk mengurung para tawanan dan tempat untuk eksekusi.

Seorang pria berjalan mendekat ke arah gadis itu, ia terlihat sama dinginnya dengan si gadis. 
"Nona Jasmine? Master ingin bertemu dengan Anda. Ada sesuatu yang penting yang ingin beliau bicarakan." ucapnya sopan.

Gadis itu, Jasmine, menoleh ke si pria dengan tatapan dinginnya. 
"Aku tidak mau bertemu dengan pria itu." tolak Jasmine, pria itu membuka mulutnya seakan ingin mengeluarkan kata-kata, namun ia kembali menutup mulutnya.

Omongan Jasmine tidak boleh dibantah, tidak boleh dipotong, apalagi jika kau mengajukan protes. Yang pria itu tahu adalah, Jasmine tak akan segan untuk melukai orang yang melanggar perintahnya dan mengabaikan ucapannya. 
"Kau tak akan membantahku, benar bukan? Sekarang pergilah! Aku harus menyelesaikan urusanku." usir Jasmine.

Pria itu mengangguk hormat lalu pergi, Jasmine menatap ke setiap pintu sel. Tangannya memainkan pisau yang baru saja diasah. Jasmine berjalan sambil melongok ke dalam setiap ruang sel. Rata-rata penghuni sel adalah wanita, hanya segelintir pria yang berada di dalam sel. Dan jika dilihat dari pakaian yang mereka kenakan, jelas mereka bukan dari kalangan bawah.

Mereka rata-rata adalah seorang pengusaha, model, artis dan banyak lagi. Penyebab mereka ada di dalam sel itu adalah (karena) mereka berbuat suatu kesalahan atau kejahatan. 
Jasmine berhenti di depan pintu salah satu sel penjara, di dalamnya ada seorang wanita bertubuh ringkih sedang menangis ketakutan.

Jasmine memutar kunci pintu sel kemudian masuk dan mengunci pintu. Tatapan dinginnya terasa begitu menusuk. Ia berjalan mendekati si wanita lalu sedikit berjongkok. Ia memperhatikan wajah wanita itu yang tampak kusam. 
"Apa kau takut padaku?" tanya Jasmine.

Wanita itu meringkuk ketakutan saat jari-jari Jasmine menyentuh pipinya kemudian mencengkramnya. 
Wanita itu semakin ketakutan dan terisak, ia tak tahu bagaimana ia mati. Tapi yang jelas bukan harapannya mati di tangan Jasmine.
"Kau takut padaku rupanya," ucap Jasmine pelan. Ia menampik dengan kasar wajah wanita itu kemudian berdiri.

"Alejandro! Siapkan kantung mayat untuk wanita ini!" teriak Jasmine, tak lama datang pria tadi sambil membawa kantung jenazah. Alejandro menunggu di depan pintu sel.

"Baiklah, kita mulai dari... Ah! Bagaimana jika aku menghapus tato di punggungmu terlebih dahulu?" tanya Jasmine. Wanita itu menggeleng sambil mundur menjauh.

"Terus saja kau mundur hingga menabrak dinding, toh kau juga tak bisa kabur dariku." kata Jasmine tenang. Ia mengeluarkan pisaunya lalu berjalan mendekat.

"Namamu adalah Kaelyn White. Seorang penyanyi terkenal yang katanya memiliki suara emas dan berbakat dalam bidang seni lukis. Kau adalah puteri dari pengusaha kaya yang terkenal dalam bidang Properti." jeda sesaat.

"Kaelyn White isteri dari Ackerley White, yang juga sama seorang pengusaha terkenal. Kaelyn White pernah melakukan pembunuhan yang ’katanya’ kecil pada salah satu temannya, demi memenangkan audisi menyanyi. Tapi sayang, pembunuhan itu dirahasiakan." Jasmine menyeringai.

Kaelyn terkejut, yang tahu pembunuhan itu hanya dirinya, tak ada yang mengetahuinya selain Kaelyn. "Kau terkejut? Aku bukan dirimu, yang tak bisa menyimpan rahasiaku sendiri." kata Jasmine sambil menusukkan pisaunya tepat di samping telinga Kaelyn.

Wanita itu menjerit terkejut, Jasmine menatap wanita itu marah. Ia mencengkram kembali pipi Kaelyn dengan kuat. "Kau bisa saja berteriak, tapi bukan di depan wajahku, bodoh!" bentak Jasmine sambil menyayat pipi Kaelyn dengan pisaunya.

Kaelyn menahan jeritannya agar tak keluar, ia merasakan perih dan sakit di pipinya yang kini mengeluarkan banyak darah. 
"Korbanmu adalah Stacylla Wynter, yang kau bunuh dengan cara memasukkan berbagai macam obat dan lotion ke dalam minumannya. Am I right?" tanya Jasmine.

Kaelyn terkejut mendengarnya, padahal ia memasukkan semua racun itu saat tak ada orang sama sekali. 
"B-bagai-mana kau tahu?" tanya Kaelyn.

"Mudah, aku bisa melihat masa lalu." jawab Jasmine santai. Kaelyn kembali terkejut, ia merasakan sesuatu yang tajam sedang mengoyak perutnya. Air matanya menetes saat tahu apa yang sedang terjadi.

"Yang perlu kau tahu adalah, aku tak suka berbasa-basi. Pekerjaan akan lebih baik jika dikerjakan dengan cepat bukan?" tanya Jasmine. Kaelyn ingin menjerit, Jasmine semakin mengoyak perutnya.

Sebuah jeritan lolos dari mulutnya, Jasmine merasa kesal. Ia langsung menebas kepala Kaelyn, terdengar bunyi tulang patah dan jeritan yang terhenti seiring dengan terlepasnya kepala Kaelyn.

"Wanita kurang ajar! Beraninya kau berteriak di depan wajahku!" maki Jasmine lalu menginjak tubuh Kaelyn yang sudah tewas.

"Alejandro! Buka pintunya!" teriak Jasmine, Alejandro menggapai kunci yang masih menggantung dilubang kunci dan membuka pintu.

"Bawa mayat wanita itu ke tengah kota!" perintah Jasmine, Alejandro mengangguk lalu memasukkan jasad Kaelyn ke dalam kantung jenazah.

Setelah jasad beserta kepala Kaelyn masuk ke dalam kantung, Alejandro menyeret kantung itu ke luar. Sementara Jasmine sudah keluar lebih dulu. Isak tangis kembali terdengar, Jasmine membenci suara tangisan mereka. Matanya berkilat marah, lalu kakinya menendang pintu sel tahanan Kaelyn hingga menimbulkan suara yang keras. Seketika hening, tak ada lagi isakkan tangis.

"Jika aku mendengar suara kalian, maka aku akan membakar kalian hidup-hidup!" ancam Jasmine dingin. 
Ia berjalan keluar dari ruang tahanan, lalu memakai topengnya, Alejandro memasukkan kantung jenazah Kaelyn ke dalam mobil. Ia kemudian duduk di belakang kemudi, Jasmine masuk ke dalam mobil dan duduk di samping kemudi.

"Jalan!" perintah Jasmine dingin. Alejandro mengangguk lalu melajukan mobilnya menuju tengah kota.

Sesampainya di tengah kota, Jasmine turun dari mobil dan berdiri tegap sambil menatap bangunan mewah di hadapannya. Sebuah perusahaan besar milik suami Kaelyn yang tampak kosong karena sudah malam.
"Bawa mayatnya!" suruh Jasmine, Alejandro hanya bisa menganggukkan kepalanya lalu mengeluarkan jasad Kaelyn dari dalam mobil.

"Alejandro? Buka dan biarkan tubuh wanita itu terbaring di jalan."

Alejandro menurut lalu membuka resleting kantung jenazah itu dan mengeluarkan jasad Kaelyn dari dalamnya. 
"Kau tunggu saja di mobil, aku akan selesaikan ini." kata Jasmine, Alejandro lalu masuk ke dalam mobil.

"Ck! Menyusahkan sekali kau!" hardik Jasmine sambil menendang mayat Kaelyn. 
Jasmine mengambil sesuatu dari saku jas-nya, sebuah bunga mawar hitam, lalu menaruhnya di atas mayat Kaelyn. 
Jasmine mengangkat pedang kecilnya tinggi-tinggi kemudian menusukkannya tepat di dada Kaelyn dan menariknya hingga batas pusar. Setelah itu Jasmine mendongak menatap kamera CCTV yang terpasang dan mengarah padanya saat ini.

Jasmine melambaikan tangannya lalu masuk ke dalam mobil.
"Jalan, Ale." perintah Jasmine, mobil melaju dengan kecepatan sedang, meninggalkan mayat Kaelyn yang dingin di depan bangunan itu.

*** 

Jasmine menatap pantulan dirinya di depan kaca, ia melepas topengnya kemudian melemparnya ke atas meja. 
"Sampai kapan?" tanya Jasmine pada dirinya sendiri. Ia menghela napas lalu menatap sebuah kertas yang menempel di dinding kamarnya. 

Kasus pembunuhan sepasang suami isteri keluarga Haynsworth.

Pembunuhan ini terjadi di kasawasan rumah elite ’Sparks Street’, Mr. Harry Haynsworth dan Mrs. Angelina Haynsworth tewas dibunuh oleh orang tak dikenal. Korban tewas secara mengenaskan, kepolisian sedang mencari dalang dibalik pembunuhan ini. 

"Membunuh itu..., menyenangkan." kata Jasmine sambil tersenyum iblis. Ia mengambil sebilah pisau lalu menusukkannya ke kertas tersebut sambil tersenyum dingin. 

"Selamat tidur mom, dad." ucap Jasmine dingin, ia mengambil ponselnya lalu menelpon seseorang. 

"Sudah kau dapatkan alamatnya, Alejandro?" tanya Jasmine. 

"Sudah Nona, aku akan mengirimkan alamatnya ke Email Anda." jawab Alejandro, Jasmine menyeringai sambil memainkan pisaunya. 

"Bagus, sekarang kirimkan padaku. Kau tetap di sana, awasi sekitarmu." kata Jasmine. 

"Baik, Nona!" jawab Alejandro, Jasmine mematikan sambungan kemudian memakai topengnya, ia mengambil pisau, belati, dan pedang kecil kesayangannya. 
Dan oh! Jangan lupakan kebanggaannya, mawar hitam. 

Jasmine masuk ke dalam garasi mobilnya, ia memilih salah satu mobilnya, Pagani Huayra merah. Setelah itu, ia pergi menuju alamat yang baru saja ia terima dari Alejandro. Sekitar 30 menit perjalanan, Jasmine sampai di lokasi yang dituju. 
Sebuah mansion mewah berdiri dengan megahnya, Jasmine turun dari mobilnya. Ia melihat seorang pria di balik pepohonan sedang menatapnya, Alejandro.

Dengan isyara tangan, Jasmine menyuruh Alejandro mengikutinya. Alejandro menurut, mereka berdua masuk ke mansion tersebut melewati gerbang belakang mansion. Jasmine cukup terkejut melihat ada tiga Pit Bull, dan dua German Shepherd. 
Kelima anjing itu menatap garang pada Jasmine dan Alejandro, Jasmine berusaha tenang. Ia mengeluarkan pistol yang sempat ia bawa, sebuah Electric Gun. 
"Hmm, lumayan juga." gumam Jasmine, ia mengarahkan pistolnya ke arah Pit Bull dan menembakkannya pada rantai di leher mereka.

Terlihat kilatan listrik, ketiga anjing itu pingsan setelah tersengat listrik yang lumayan tinggi. Lalu, pistol itu diarahkan ke German Shepherd, Jasmine menyeringai kemudian menembakkannya, hal yang sama terjadi. Kedua anjing itu pingsan setelah tersengat listrik.

Jasmine masuk ke dalam mansion, terlihat beberapa maid yang sedang memasak. Mereka menatap terkejut saat Jasmine masuk, dengan cepat Jasmine menembak mereka dengan Electric Gun sebelum mereka berteriak. 
"Hambatan dalam pekerjaan itu harus dibasmi." ucap Jasmine sambil tersenyum miring.

Ia berjalan santai diikuti Alejandro di belakangnya. Jasmine tersenyum miring saat melihat sebuah lukisan yang bergambar seorang wanita. 
"Aku datang..." kata Jasmine pelan.

Jasmine melirik ke arah sudut ruangan bagian atas, sebuah CCTV. Jasmine melambaikan tangannya seperti sedang menyapa. Lalu Jasmine menoleh kearah Alejandro yang masih setia di belakangnya. 
"Ale, cari emas-emas itu. Aku yang akan mengurusi wanita itu." kata Jasmine, Alejandro mengangguk, ia berjalan meninggalkan Jasmine untuk mencari brankas emas.

Sedangkan Jasmine, ia memasuki sebuah kamar. Jasmine melihat ada 3 pasang kaki dari balik selimut, Jasmine memutar bola matanya. Ia bertepuk tangan tiga kali untuk membangunkan ketiga orang di balik selimut. Tapi sama sekali tak ada reaksi, yang terdengar adalah dengkuran halus dari balik selimut.

Jasmine merasa geram, ia menyibak tirai kamar tersebut sehingga cahaya matahari masuk dan kamar terlihat terang. Setelah itu, Jasmine menarik selimut yang menutupi mereka. Dua orang pria dengan wanita di tengah mereka, tanpa pakaian. Jasmine memutar bola mata, salah satu pria menggeliat karena terkena silaunya cahaya matahari. Jasmine membuka topengnya, ia tahu bahwa kamar ini tak berkamera pengawas.

Si pria mengerang karena tak ada selimut, ia duduk dengan mata terpejam, lalu membuka matanya saat merasa ada yang sedang memperhatikannya. Ia terkejut melihat gadis cantik berdiri sambil menatapnya. Jasmine menatapnya dengan dingin, tapi si pria malah tercengir melihat Jasmine.

"Hmm, gadis cantik, siapa namamu?" tanya pria itu sambil bangkit berdiri, tak merasa malu bahwa ia sedang tak berbusana. 

Jasmine menatapnya datar. "Jasmine," jawabnya.

"Mengapa kau kemari, huh?" tanya si pria.

"Untuk..., membunuh." jawab Jasmine, pria itu mengangkat sebelah alisnya tak percaya, ia terkekeh lalu berjalan mendekat ke arah Jasmine, ketika tangan pria itu ingin menyentuh pipi Jasmine, Jasmine dengan cepat menusukkan belati kecilnya di ulu hati pria itu. Si pria berteriak, Jasmine mencabut belatinya. Pria dan wanita yang masih tidur, terbangun saat mendengar jeritan.

Mereka mengerjapkan mata kemudian melihat si pria yang memegangi ulu hatinya yang berdarah. Lalu mereka melihat Jasmine dengan tatapan ngeri, Jasmine mendekati si pria yang berjalan menjauhinya. Jasmine mengambil pedang kecilnya kemudian menggores, dan menusukkannya pada si pria. Pria itu mengerang kesakitan, tubuhnya bermandikan darah.

Sedangkan kedua manusia yang masih tercengang itu menjerit terkejut, Jasmine menoleh dengan gerakan slow motion sambil menyeringai. Ia menarik tangan si wanita kemudian menghantamkan kepala si wanita ke dinding dengan kuat. Jeritan si wanita menggema, sedangkan pria yang melihatnya berusaha menolong, tapi Jasmine menendangnya.

Darah mengalir dari pelipis si wanita, Jasmine tertawa kemudian mengambil kabel dan membelitkannya ke leher si wanita dengan kuat. Si wanita tercekik, tangannya berusaha mengambil vas di dekatnya, namun gagal saat Jasmine menarik tangannya dan mematahkan jarinya. Si wanita menjerit kesakitan, Jasmine menghantamkan kepala wanita itu ke kaca lalu ia mendorongnya ke pojok kamar.

Jasmine beralih ke si pria yang sedang membawa pemukul Baseball untuk melawan Jasmine. Jasmine hanya mengangkat sebelah alisnya, ia berjalan mendekat sambil membawa pedang ditangannya. Si pria melayangkang pemukul Baseball itu berusaha melawan. Tapi Jasmine dengan tangkas memotong tongkat itu. Si pria semakin gemetaran, ia melirik ke arah pria-temannya- yang kini terbaring sekarat akibat kehabisan darah.

Jasmine menghela napas, ia menatap si pria dengan tajam, tatapannya menusuk dan mengerikan. Jasmine memutar pedangnya lalu melemparkannya pada si pria yang langsung menancap di dada kiri si pria hingga tembus ke belakang. 
Si pria melotot, ia menatap pedang Jasmine dengan terkejut.

Nama ’Black Rose’ menghiasi gagang pedang yang terbuat dari emas. Pria itu terbatuk, batuk darah, lalu tak lama ia terjatuh dan mati. Jasmine berjalan mendekat dan menarik pedangnya dan mendekat ke arah pria satu lagi. 
"Masih hidup rupanya, baiklah, sentuhan terakhir dan kau bisa menyusul temanmu." ucap Jasmine lalu memenggal kepala si pria, tapi tidak sampai putus.

Terdengar jeritan keras dari si wanita, ia terkejut melihat aksi Jasmine. Kening Jasmine berkerut tak senang saat mendengar jeritan si wanita yang terdengar seperti tikus. Ia berjalan menghampiri si wanita lalu menampar pipi si wanita dengan kuat. Si wanita menangis kesakitan dan ketakutan, ia berjongkok. Jasmine menjambak rambut si wanita dan menariknya keatas.

Jasmine mengangkat pedangnya kemudian memotong rambut si wanita secara asal. Rambut panjang si wanita menjadi pendek dan tak rapi. Si wanita menangis tersedu, Jasmine menjambak rambut si wanita dan menariknya untuk berdiri. Jasmine mengeratkan lilitan kabel iti di leher si wanita membuat wanita itu menjerit. Jasmine dengan geram menusuk perut si wanita.

"Jangan. Berteriak. Di depan. Wajahku!" tekan Jasmine. Si wanita mengangguk ketakutan, ia tahu bahwa ini adalah akhir dari hidupnya. Jasmine menyeringai, ia kembali menusukkan pedang itu ke si wanita dan mendorongnya kuat ke arah jendela hingga jendela itu pecah dan si wanita terjatuh.

Tapi ia tak terjatuh ke tanah, melainkan menggantung dan mati tercekik oleh lilitan kabel. Mansion itu memiliki tiga lantai, dan kamar si wanita berada di lantai paling atas. Ia tergantung di ketinggian lebih dari 10 meter di atas tanah. Jasmine menyeringai kemudian mengambil mawar hitam dari balik saku jas nya.

Jasmine keluar dari kamar si wanita setelah memakai topengnya dan turun ke lantai satu. Ia melihat Alejandro yang baru keluar dari ruang brankas dan membawa kantung berisi emas. 
"Ayo!" ajak Jasmine, Alejandro mengangguk kemudian mereka pergi meninggalkan mansion itu.

***

"Terjadi pembunuhan di Mansion Ainhoa, pemiliknya ditemukan tergantung bersama ditemukannya dua mayat pria. Pelakunya diduga adalah Black Rose. Hingga kini pelaku belum ditemukan, tak ada sidik jari satupun. Para polisi sedang melacak melalui kamera CCTV, semoga pelaku segera ditemukan. Bee Peazzer dari NY News melaporkan."

"Membunuh itu mudah bukan? Hanya perlu skill, keterampilan, ketangkasan, dan kecepatan dalam melarikan diri." ucap Jasmine sambil menatap layar TV. Ia mengganti Channel TV, tapi semua berita sama saja. Berita tentang kasus pembunuhan dan perampokan yang beberapa jam lalu ia lakukan.

"Sebenarnya, untuk apa mereka repot-repot untuk mencari untuk menangkapku, jika pada akhirnya mereka tak bisa menemukanku? Lagipula, aku ini hanya menjalankan tugas, sama seperti mereka yang menjalankan tugas untuk mencariku. Bodohnya mereka!" cibir Jasmine. Ia mematikan TV dan beranjak pergi ke kamarnya, Jasmine membaringkan tubuhnya kemudian terlelap. 

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience