~Arga~
Gue bukannya enggak senang Papa , Mama dan adik Gue yang cuma satu - satunya itu kembali ke rumah Gue . Kok jadi rumah Gue sih , iyalah ini rumah Gue yang sengaja Mama beliin khusus buat Gue dan sudah di sertifikat atas nama Gue . Balik lagi ke topik awal jadi Gue itu bukanya enggak senang keluarga Gue kembali berkumpul bersama hanya saja Gue paling enggak suka karena kebersamaan kami ini sangatlah singkat , kerjaan Papa Gue yang mengharuskannya untuk jarang bisa menetap di satu tempat untuk waktu lama dan karena Mama adalah istrinya maka mau enggak mau Mama harus ikut kemanapun Papa Gue pergi kalau adek Gue jan di tanya sudah pasti dia akan milih ikut ortu Gue dari pada memilih untuk tinggal bareng Gue alasannya sangatlah klise "phobia sama kucing Gue" dasar cewek manja sama kucing aja takut .
" Gimana kuliah kamu Ga lancar??" tanya Mama Gue sambil menaruh paha ayam goreng di piring nasi Gue.
"Huum "
" Ohh iya gimana kabar temen kamu Rara ? Masih sering jalan sama dia ?"
"Huum "
"ARRRRRRRGAAAAAAA!!!!!!!!!!!!! LOOO TAROHH SEMPAK DI TAS GUE LAGI . SINI LOO BEGOO!!!!! " Rara mendobrak masuk ke dalam rumah Gue dengan membawa serta sempak berwarna merah cabe - cabean di tenteng menggunakan penjepit besi .
Papa dan Mama Gue cuma bisa melongo shyok mendengar teriakan Rara.
"Uhukkkkk uhukkkkk" Gue hampir mati tersedak paha ayam yang Gue gigit. Elaahhhh enggak pas banget deh mana lagi ada ortu Gue di rumah, Rara malah teriak bahas SEMPAK yang Gue sengaja titipin di tasnya. Gue sudah bilang kok sama Rara kalo Gue nitip SEMPAK bekas Gue pake olahraga tadi di kampus tapi Gue bilangnya dalam hati hehehehe cerdas banget kan otak Gue.
"Tante om kok kalian ada di...... si...ni" Rara terkejut melihat kehadiran orang tua Gue di rumah . Teriakan 8 oktafnya kini berubah jadi 2 oktaf.
"Argaaaaaa, apa yang sudah kamu lakukan selama kami enggak ada haaa" Mama menjewer kuping Gue sumpah ini sakit banget meski enggak berdarah.
"Ma ma maa ampun Mahh ini enggak seperti yang Mama pikir "
"Sini kamu jelaskan semuanya pada kami" Mama narik kuping Gue .
"Kamu juga" Mama mendelik pada Rara yang masih shyok bercampur malu penyebabnya enggak lain dan enggak bukan adalah sempak Gue.
Papa , Mama dan Safira adik Gue duduk di sofa menunggu penjelasan yang masuk akal dari Gue . Sementara Gue dan Rara sudah mirip narapidana di atas kursi pesakitan.
"Sekarang kamu jelaskan kenapa sempak kamu bisa ada di tas Rara ? " Alamak jang ini kenapa ya Mama Gue tumben - tumbenan to the points dan bisa seserius ini .
"Anu Tante enggggg" .
" Anu apa Ra ? Jangan bilang kalau kalian sudahhhh......" Mama Gue enggan untuk melanjutkan kalimatnya.
"Jadi beneran Ga kamu sudah..." Kini giliran Papa Gue bicara dengan 2 jari tangan membentuk tanda kutip .
"Seriusan Bang, Lo....?? Waaahhh daebakkkkk, adek pikir Abang belok sejak lahir taunya udahh.." semua mata kini pindah menatap Safira adik Gue. Parah banget adek Gue masa Gue di kira belok sejak lahir ya enggak kali , Gue emang sudah jomblo sejak lahir, Gue juga enggak pernah pacaran apalagi mainin cewe bukan berarti Gue suka kaum berbatang juga. Gue masih suka cewek kok suka banget malah nih buktinya dari sejak Gue kecil gue sudah jatuh cinta awalnya sih cinta monyet gitu ehh lama-lama Gue yakin pasti ini Gue cintanya beneran dan sungguh - sungguh meskipun cuma baru Gue saja yang tau , ceileh sok melo banget Gue padahal aslinya mah Gue bingung mau bilang cinta tapi takut kehilangan , kalau terus di pendam bisa jadi penyakit liver apalagi kalau keduluan orang haduuhhh bisa remuk redam nih hati potek - potek dah ahhh hati Gue.
Papa dan Mama kembali menatap Gue dan Rara bergantian menanti jawaban yang cukup logis dari Gue dan Rara.
"Jadi gini Mah Pah , tadi siang itu Arga main basket di kampus terus " Gue ambil nafas dulu sekalian siapin diri kuatin body kuatin hati dan kuatin batin karena sebentar lagi pasti kena tampol dari Rara dan Mama Gue.
"Terus.....???" ucap Mama dan Papa Gue berbarengan , penasaran sama jawaban Gue.
"Terus Arga selipin itu sempaknya di tas Rara Om, Tante, kebiasaan banget nih orang joroknya sudah enggak tertolong" satu pukulan melayang di bahu Gue , pasrah deh mau di apain aja asal jangan di suruh buang kucing Gue saja. Gue enggak sanggup jauh dari spike sama seperti Gue enggak bisa jauh dari Rara iyain .
"Bener itu Ga? " Mama sedikit kurang yakin kok bisa - bisanya anak cowok satu - satunya di keluarga punya kebiasaan selipin sempak bekas pakai di dalam tas cewek adudududu, Gue rasa setelah ini Gue bakalan di coret dari daftar kartu keluarga .
Gue cuma mengangguk pasrah mengiyakan .
Setelah melihat jawaban Gue Papa langsung menyalakan tv dan pura - pura sibuk nonton .
"Dek bantuin Mama di dapur Mama lupa belum masak buat makan malam " Mama dan adek Gue langsung pergi ke dapur saking malunya mengakui Gue sebagai anak dan sebagai kakak.
"Ya udah kamu santai - santai aja ya Ra Tante mau ke belakang dulu anggap saja rumah sendiri . Terserah kamu mau apain tuh anak Tante , Tante rela"
"Maaaakkkkk teganya kauuuu maakkkkk" teriak Gue sok terzolimi padahal iya .
Gue kembali melirik ke arah Rara sudah memasang wajah demonnya siap - siap remuk redam body keceh Gue kena tabok egen .
"ArgggaaaAA.."
"Aauuhhhh ampun Ra AMPUNNNN MAAPIN GUEEE!!! MAkkkk TULUNGGG MAKKKKK TULUNGGGG"
"Biarin Ga Mama enggak mau nolongin biar nyahoo kamu tehh, terusin aja Ra terusin " masaAllohh emak Gue kejem bener dahh anaknya lagi terzolimi malah suruh di terusin .
Share this novel