Bab 5- Bayangan Kapal Lagendaris

Action Series 33

Bayangan Kapal Legendaris dan Pengkhianatan Tak Terduga

Fajar malam masih menyelimuti Selat Melaka dengan kabut tebal yang menjalar ke seluruh cakrawala. Ombak menghantam lambung kapal Amir dengan keras dan membuat dek bergetar hebat. Suara rantai jangkar berdentang setiap kali angin mendorongnya. Lampu kapal menembus kabut gelap dan memantul di permukaan air yang bergelombang. Cahaya itu seolah memberi isyarat samar bahwa bahaya mengintai di setiap sudut laut.

Amir berdiri di dek dengan jas hujan basah yang menempel di tubuhnya. Matanya tajam menembus kegelapan sambil menelusuri setiap gerakan yang mencurigakan. Farah menepuk lengan Amir dan menunduk ke layar drone bawah air yang menari di gelap. Dia menatap layar dengan tegang dan berkata, “Amir ada sesuatu di horizon.”

Amir menoleh dan mata tajamnya mengikuti arah pandang Farah. Di antara kabut muncul bayangan kapal besar. Lambungnya menyerupai Flor de la Mar tetapi terlihat lebih tua dan berkarat. Layar yang koyak bergerak mengikuti hembusan angin. Ombak dan deru angin membuat kapal itu tampak seperti hantu yang bergerak perlahan di laut. Kru menahan napas ketika melihat kapal itu. Sosok itu jelas bukan kapal biasa.

Haziq menempel erat di palang besi dan menatap gelap dengan mata menyala. “Kita tidak sendiri,” bisiknya serak dan penuh waspada. “Mereka tahu kita di sini dan mereka menunggu kesempatan.”

Keheningan sesaat dipecahkan oleh ledakan peluru kecil yang menghantam air dekat kapal Amir. Farah segera menyalakan drone bawah air dan mengawasi gerakan musuh. Drone menembus gelap sambil menciptakan pusaran kecil yang menahan pergerakan kapal lawan. Ombak tinggi membuat manuver kapal Amir menjadi sulit.

Tiba-tiba dari kedalaman muncul seorang penyelam asing. Tubuhnya tertutup wetsuit hitam dan helm canggih menutupi wajahnya sepenuhnya. Amir menahan napas dan menatapnya lama. Penyelam itu bergerak lincah seperti mengetahui setiap pusaran air dan arus yang ada. “Ini bukan musuh biasa,” ucap Amir pelan. Farah menargetkan penyelam dengan drone tetapi penyelam itu bergerak terlalu cepat dan tidak tertangkap kamera.

Kapal musuh mulai menembakkan meriam kecil ke arah mereka. Haziq berlari ke sisi dek dan menarik salah satu meriam portabel sambil menatap gelap penuh konsentrasi. “Jangan biarkan mereka mendekat,” teriaknya tegas. Amir memerintahkan manuver zig-zag dengan cepat untuk mengacaukan lawan. Drone bawah air menciptakan pusaran tambahan yang mempersulit gerakan musuh. Farah menembakkan senjata otomatis ke arah perahu kecil yang muncul dari kabut dan menahan napas setiap kali tembakan meleset.

Di bawah permukaan, mereka menemukan terowongan gua lain yang tidak ada di peta Portugis. Jalurnya sempit dan arusnya kuat tetapi aman untuk menyembunyikan artefak sementara. Amir memimpin tim masuk perlahan sambil mengukur setiap langkah agar tidak tergelincir.

Namun ada yang aneh. Sensor drone menunjukkan beberapa peralatan hilang dan peti artefak sedikit bergeser dari posisi awal. Amir menoleh ke kru dan wajahnya menegang. Farah ikut menatap peti dengan cemas. “Siapa yang mengambil itu?” Amir tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena seorang kru yang terlihat paling loyal diam-diam membawa artefak ke sisi lain gua. Amir menahan amarahnya dan menyadari bahwa mereka menghadapi pengkhianatan dari dalam tim.

Musuh memanfaatkan kesempatan itu. Penyelam misterius bergerak cepat ke arah artefak. Farah melancarkan drone untuk menciptakan pusaran yang menahan langkah penyelam itu. Haziq menahan napas sambil bersiap menghadang jika terjadi kontak fisik. Sosok berjubah putih muncul di kedalaman. Dia tidak menyerang tetapi menatap dengan dingin sehingga aura misteriusnya membuat musuh ragu.

Kru Amir melakukan manuver hit-and-run. Terowongan sempit membantu mereka menghilang dari pandangan penyelam. Arus yang deras menyeret mereka ke sisi lain gua dan membuat perjalanan semakin menegangkan. Farah menyalakan lampu sorot sambil memantau jalur keluar. Amir memastikan setiap orang selamat dan peti artefak tidak jatuh ke tangan musuh.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti jam, mereka berhasil mencapai permukaan. Ombak masih ganas dan kabut tetap tebal tetapi napas lega mengisi seluruh dek kapal. Amir menatap artefak dan dokumen dengan campur aduk perasaan. Mereka berhasil menyelamatkan sebagian besar harta tetapi pengkhianatan internal membuat kepercayaan satu sama lain mulai goyah.

Farah menunduk, wajahnya pucat. “Kita hampir kehilangan semuanya dan siapa pun yang mengkhianati kita ia tahu jalan kita ke harta berikutnya,” ucapnya dengan nada getir. Amir menulis di jurnal dengan tangan yang sedikit gemetar.

“Flor de la Mar bukan sekadar kapal dan harta. Ini teka-teki yang menuntut keberanian kecerdikan dan ketahanan. Sosok berjubah putih bukan sekadar pengawas ia menilai niat setiap manusia. Pengkhianatan bisa datang dari siapa saja bahkan dari mereka yang paling kita percayai,” tulis Amir.

Haziq menatap laut gelap dan berkata, “Mereka pasti akan kembali. Kita harus siap.” Amir mengangguk pelan sambil menelan ludah. Di kejauhan bayangan sosok berjubah putih muncul lagi berdiri di atas kapal hantu yang meniru Flor de la Mar. Sosok itu menatap mereka dari jauh seolah memberi kode bahwa harta berikutnya akan jauh lebih berbahaya.

Lampu sorot drone menari di permukaan air. Ombak masih ganas dan angin berdesir keras seperti suara bisikan. Kabut tetap menutupi laut dan menambah kesan misteri yang mencekam. Bab ini berakhir dengan ketegangan tinggi pengkhianatan yang belum terungkap sepenuhnya dan misteri sosok berjubah putih yang tetap menyelimuti petualangan mereka.

---

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience