Bab 4 - Perburuan Terbesar Flor De La Mar ( 1 )

Action Series 33

---

Bab 4– Perburuan Terbesar Flor de la Mar

Bagian 1: Awal Perjalanan dan Ketegangan di Laut.

---

Fajar yang Berat.

Kabut tebal menutupi Selat Melaka, membungkus kapal Amir dengan tirai abu-abu. Ombak menghantam lambung kapal seperti drum raksasa, membuat dek bergetar setiap kali benturan terjadi.

Amir berdiri di dek, jas hujan basah menempel di tubuhnya, wajahnya tegang namun fokus. Mata tajamnya menembus kabut, mencari bayangan musuh atau perubahan arus.

Pria berusia awal empat puluh tahun itu adalah pakar arkeologi maritim, namun pengalaman tempur di laut membuatnya waspada terhadap ancaman manusia maupun alam.

Farah, ahli drone bawah laut dan penyelam profesional, memeriksa peralatan. Rambut panjangnya diikat kencang, wajahnya serius.

“Kita tidak boleh lengah. Mereka bisa muncul kapan saja,” kata Farah.

Haziq, mantan marinir dengan pengalaman pertempuran laut, memantau arus dan gelombang. Tangannya menempel pada palang besi, siap menarik senjata bila diperlukan.

“Arus hari ini lebih berbahaya dari biasanya,” ucapnya singkat.

Kapten Salleh, komandan keamanan kapal, memeriksa peta laut sambil memberi instruksi.

“Tetap pada formasi. Jangan beri celah untuk musuh. Setiap titik kapal harus dijaga.”

Di ruang kontrol, telepon satelit berdering.

Pesan misterius muncul:

“Hentikan pencarianmu, atau hadapi konsekuensi fatal.”

Amir menatap layar, hatinya berdebar. Banyak pihak yang memburu harta Flor de la Mar, dari kolektor ilegal hingga sindikat internasional. Pesan itu menegaskan mereka tidak sendirian.

Amir menoleh ke Farah. “Kita harus tetap fokus. Ini bukan ancaman kosong.”

Farah menunduk, menyesuaikan posisi helm dan lampu sorot. “Benar, tapi kita tidak bisa mengabaikan psikologi musuh. Mereka bisa menyerang kapan saja, dan ini baru permulaan.”

Haziq menambahkan, “Dan laut ini… ia selalu bisa berubah menjadi musuh yang paling mematikan.”

---

Bayangan di Horizon.

Dari kabut, muncul siluet kapal hitam besar. Bentuknya terlihat menyeramkan, meriam portabel dan senjata otomatis jelas terlihat di dek. Ombak tinggi dan angin kencang membuat kapal Amir sulit bermanuver.

“Kita harus bertahan!” teriak Amir. “Jangan biarkan mereka mendekat!”

Kru segera menyiapkan senjata. Farah menyalakan drone bawah laut, memantau posisi musuh. Haziq memegang meriam portabel, mata tajam menelusuri setiap gerakan musuh. Kapten Salleh mengatur posisi awak lain, memastikan tiap sudut kapal siap menghadapi serangan.

Di kedalaman, sosok berjubah putih muncul, berdiri diam. Aura yang terpancar membuat kru musuh ragu, seakan mereka merasakan kehadiran sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

Amir menatap sosok itu, perasaan campur aduk muncul: takut, penasaran, dan rasa hormat. Ia tahu, sosok itu bukan manusia biasa. Sosok itu tampak mengawasi, menilai, dan seolah memberi peringatan kepada setiap pihak di laut.

---

Pertempuran Sengit.

Kapal musuh menembakkan meriam kecil. Ombak tinggi membuat peluru memantul, menciptakan percikan mematikan.

Drone bawah laut digunakan untuk mengecoh musuh, menciptakan pusaran kecil yang menahan pendekatan mereka.

Farah menembakkan senjata otomatis ke arah musuh, sambil mengamankan posisi drone. Haziq menjaga peti berharga di dek, memastikan tidak bergeser.

Suara teriakan kru bercampur dengan gemuruh ombak dan dentuman meriam, membentuk simfoni chaos yang menegangkan.

Amir mengarahkan strategi bertahan:

“Zig-zag! Gunakan pusaran untuk mengecoh! Jangan lengah!”

Kru bekerja sama dengan presisi, mengantisipasi setiap gerakan musuh. Sosok berjubah putih tetap diam di kedalaman, menambah tekanan psikologis bagi semua yang berada di atas kapal.

Kapten Salleh berteriak: “Fokus! Jangan biarkan satu kapal pun mendekat terlalu dekat! Kita harus lindungi peti!”

Waktu seakan melambat. Ombak yang menghantam kapal, angin kencang, suara peluru yang menembus kabut, semuanya terasa seperti pertunjukan dramatis yang menegangkan.

Farah berusaha tetap tenang, tapi keringat menetes di dahi. Haziq menggenggam erat rel besi, ototnya tegang.

Sosok berjubah putih tiba-tiba bergerak beberapa meter ke arah musuh, menciptakan pusaran air kecil.

Kapal musuh terguncang, beberapa awak mereka terlempar dan panik. Amir menyadari bahwa sosok itu tidak hanya simbolik; ia memiliki pengaruh nyata terhadap arus dan lingkungan di laut.

---

Manuver dan Strategi.

Amir memerintahkan manuver zig-zag. Drone bawah air menciptakan pusaran tambahan, menghalangi musuh mendekat.

Farah menembak target yang mencoba mendekat, sementara Haziq memastikan peti tetap aman.

Amir berpikir cepat. Setiap keputusan bisa menentukan hidup mati kru dan kelanjutan misi. Sosok berjubah putih terus menonton, menilai niat mereka.

Ia sadar, ini bukan sekadar pertempuran fisik, tapi ujian kecerdikan dan keberanian.

Setelah beberapa jam, kapal musuh mundur sementara. Kru mengambil napas lega, tapi ketegangan belum hilang.

Farah menunduk, wajahnya pucat. “Kita berhasil bertahan, tapi ini belum berakhir,” katanya.

Amir menatap laut yang tenang sementara matahari mulai terbenam. “Kita harus tetap fokus. Malam ini akan menentukan jalur selanjutnya.”

---

Persiapan Penyelaman Malam.

Kru mulai menyiapkan peralatan untuk penyelaman malam: lampu sorot, tabung oksigen cadangan, drone bawah air. Jalur aman menuju gua bawah laut yang sebelumnya ditemukan ditandai dengan GPS dan sonar.

Amir menginstruksikan:

“Setiap langkah harus terukur. Jangan ada yang mengambil risiko. Gua ini rapuh, dan arus bisa berubah setiap saat.”

Farah mengangguk, menyesuaikan lampu sorot. Haziq memeriksa selang dan regulator tabung oksigen. Kapten Salleh menegaskan protokol keamanan.

Sosok berjubah putih muncul di kedalaman, diam tapi menatap. Aura yang terpancar membuat seluruh kru merinding. Amir menyadari bahwa mereka baru memasuki fase paling berbahaya dari misi ini.

---

Kapal Amir berhasil bertahan dari serangan musuh

Sosok berjubah putih tetap misterius dan mengintai dari kedalaman

Kru menghadapi tekanan psikologis dan fisik

Persiapan untuk penyelaman malam yang akan mengungkap rahasia Flor de la Mar.

---

Gelapnya Laut Malam

Matahari telah tenggelam sepenuhnya, meninggalkan Selat Melaka dalam kegelapan yang pekat. Kabut malam menelan cakrawala, hanya diterangi lampu kapal yang memantul di permukaan air.

Ombak yang sebelumnya tenang kini mulai menunjukkan taringnya, bergulung lebih tinggi dari sebelumnya.

Amir berdiri di dek, memeriksa posisi setiap kru. “Semua siap?” tanyanya, matanya menyapu gelapnya laut.

Farah mengangguk. “Drone bawah air sudah diaktifkan. Jalur aman ke gua telah dipetakan.”

Haziq memeriksa tabung oksigen dan peralatan penyelaman lainnya. “Jika arus berubah, kita harus siap beradaptasi.”

Setiap kru merasakan ketegangan yang berbeda: Farah menahan napas setiap kali gelombang menampar dek, Haziq menahan tangan dari gemetar akibat dinginnya udara malam, sementara Amir mencoba tetap tenang, meski hatinya tidak bisa berhenti merasa waspada.

Di kedalaman, sosok berjubah putih muncul kembali. Tubuhnya berdiri tegak, seperti tidak terpengaruh arus atau gelombang. Aura yang terpancar membuat seluruh kru menahan napas.

Amir menatapnya lama. Sosok itu tampak menilai, mengukur, dan seolah memberi peringatan: “Ini bukan tempat untuk sembarangan.”

---

Memasuki Gua Rahasia

Kru mulai turun ke dalam air satu per satu. Lampu sorot bawah air memotong gelap, memantul di dinding karang yang kasar. Setiap gerakan harus hati-hati; arus yang kuat bisa menyeret mereka ke kedalaman.

Farah memimpin, drone bawah air di sampingnya memantau arus dan posisi jalur. Haziq mengikuti, membawa peralatan cadangan dan senjata jarak dekat.

Amir menutup barisan, mengawasi keseluruhan.

Mereka menemukan pintu masuk gua kecil yang tersembunyi di balik karang. Simbol kuno terpahat di dinding batu, sama seperti catatan sejarah Flor de la Mar.

Tangan Amir gemetar saat menyentuh simbol itu. “Ini… benar-benar nyata,” bisiknya.

Setiap langkah di dalam gua terasa seperti melangkah ke masa lalu. Air menetes dari stalaktit di langit-langit gua, suara tetesan bergema seperti gong di lorong bawah laut yang panjang.

---

Sub-Bagian 8: Pertemuan dengan Musuh di Kedalaman

Tiba-tiba, sonar drone mendeteksi bayangan. Musuh telah mengikuti mereka, menyelam dalam diam untuk menyerang di kedalaman gelap.

“Kita tidak sendirian,” teriak Haziq, matanya menyapu gelap di sekitar.

Pertarungan sengit terjadi di ruang sempit gua. Ombak dari luar membuat air berputar, mempengaruhi visibilitas.

Kru menggunakan senjata jarak dekat, memanfaatkan bebatuan sebagai perlindungan.

Farah menggunakan drone untuk mengalihkan perhatian musuh, menciptakan pusaran kecil yang menahan gerak mereka.

Amir memimpin manuver hit-and-run, melawan musuh yang lebih banyak dan lebih berpengalaman di kedalaman laut.

Sosok berjubah putih muncul, bergerak di antara mereka dengan tenang. Tidak menyerang, tapi aura misteriusnya membuat musuh ragu dan panik. Keberadaan sosok itu memberi sedikit keunggulan psikologis bagi kru Amir.

---

Penemuan Artefak dan Peta Rahasia

Setelah mengalahkan musuh sementara, kru menemukan peti besar yang tertutup lumut dan karang. Ukiran emas di peti memantulkan cahaya sorot, memperlihatkan simbol kuno yang sama dengan catatan sejarah Flor de la Mar.

Amir membuka peti. Di dalamnya terdapat:

Koin emas abad ke-16

Permata dan gading langka

Peta rahasia yang menuntun ke lokasi harta lain

Dokumen strategi Portugis yang hilang selama berabad-abad.

Farah menatap dokumen itu dengan kagum. “Ini lebih dari yang kita bayangkan. Ini bisa mengubah sejarah.”

Amir menyadari bahwa setiap penemuan membuka lebih banyak misteri. Sosok berjubah putih muncul di samping mereka, menatap penuh arti. Seolah mengatakan: “Rahasia ini dijaga. Hanya yang benar-benar pantas yang boleh membawanya.”

---

Sub-Bagian 10: Manuver Keluar dan Persiapan Selanjutnya 

Kru memutuskan untuk keluar dari gua sebelum musuh kembali. Menghadapi arus yang semakin kuat, setiap langkah harus presisi.

Drone bawah air memantau jalur keluar, sementara Amir memimpin barisan, memastikan tidak ada yang tertinggal.

Setelah berhasil mencapai permukaan, napas lega mengisi setiap dada kru.

Ombak yang tinggi dan kabut tebal masih menjadi ancaman, namun mereka berhasil membawa artefak dan dokumen ke kapal.

Amir menulis di jurnal:

“Flor de la Mar bukan sekadar kapal dan harta. Ini teka-teki yang menuntut keberanian, kecerdikan, dan ketahanan. Sosok berjubah putih adalah penjaga rahasia yang menilai setiap niat manusia.”

Farah menatap laut senja. “Ini baru permulaan. Masih banyak yang harus kita ungkap.”

Haziq menambahkan, “Dan musuh? Mereka pasti akan kembali. Kita harus siap.”

Amir mengangguk. Malam itu, mereka menyiapkan strategi untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi harta berikutnya, menyadari bahwa setiap langkah adalah ujian yang lebih berat daripada sebelumnya.

---

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience