Bagian 3: Ancaman dan Misteri dan Ketegangan
---
Ancaman di Permukaan
Pagi itu, Selat Melaka tampak tenang, namun kapal Amir tidak merasakan ketenangan. Telepon satelit terus berdering, tablet Amir menerima pesan misterius:
“Hentikan pencarianmu, atau hadapi konsekuensi yang tidak bisa kau bayangkan.”
Kapten Salleh menatap cakrawala dengan raut wajah tegang. “Mereka tahu posisi kita. Ada pihak lain yang mengincar peti itu. Kita harus tetap waspada.”
Amir menatap peti berukir emas di dek, menyadari bahwa harta ini lebih dari artefak sejarah; ia adalah kunci misteri yang telah tersembunyi selama berabad-abad. Farah berdiri di sampingnya, mata tajamnya menelusuri permukaan laut.
“Kita harus menyiapkan pengamanan ekstra,” kata Farah. “Setiap awak harus siaga. Mereka bisa datang dari laut atau darat.”
Mereka menyesuaikan rute kapal, menyiapkan radar jarak jauh, lampu sinyal, dan pengawasan drone bawah air. Tidak ada ruang untuk kesalahan.
---
Serangan Malam Hari Pertama
Malam itu, kapal Amir diserang. Beberapa kapal kecil muncul dari horison gelap, bergerak cepat membawa senjata otomatis. Ombak tinggi membuat cahaya tembakan berkilat seperti petir di tengah malam.
Amir, Farah, dan kru bersiap menghadapi kemungkinan penyelaman darurat. Kapten Salleh menembakkan meriam kecil sebagai peringatan. Drone bawah air menangkap bayangan sosok berjubah putih di kedalaman—diam, mengawasi, tidak agresif, tapi aura mistisnya menegangkan.
Farah menyelam untuk mengamankan peti jika serangan berlanjut. Ombak tinggi dan gelombang deras menambah tekanan fisik dan psikologis. Amir sadar bahwa mereka menghadapi ancaman manusia sekaligus misteri laut yang hidup.
---
Flashback Sejarah Flor de la Mar.
Amir membuka catatan sejarah Flor de la Mar secara rinci:
Kapal dibangun pada awal abad ke-16 sebagai simbol kekuatan Portugis di Asia Tenggara.
Mengangkut muatan emas, gading, permata, porselin, dan dokumen rahasia strategi kolonial.
Kapal karam dalam badai besar. Mateus, kelasi muda, melihat sosok berjubah putih yang misterius—diduga sebagai penjaga laut.
Legenda: siapa pun yang mencoba mengambil harta tanpa izin akan menghadapi kutukan laut dan bayangan masa lalu.
Amir menyadari sosok di kedalaman bukan sekadar mitos, tapi manifestasi nyata legenda.
---
Strategi dan Pertahanan
Setelah serangan malam pertama, Amir dan kru menyusun strategi ketat:
Peti diamankan di ruang bawah dek.
Drone bawah air dan kamera diposisikan di semua sisi kapal.
Lampu sinyal dan radar diaktifkan 24 jam.
Farah menekankan bahwa sosok berjubah putih harus dihormati. “Ia mungkin penjaga yang menjaga rahasia Flor de la Mar dari tangan manusia serakah.”
Mereka membuat protokol darurat: setiap kru tahu peran masing-masing, jalur pelarian bawah laut siap digunakan.
---
Pertarungan Fisik dan Psikologis
Serangan kedua terjadi saat peti dipindahkan ke ruang bawah dek. Kapal musuh membawa senjata otomatis. Ombak tinggi membuat gerakan sulit, peluru menimbulkan percikan air dan kilatan cahaya.
Farah dan Haziq membawa peti melalui lift manual. Drone bawah air memantau sosok berjubah putih yang tetap diam, tetapi kehadirannya menambah ketegangan psikologis.
Amir menegaskan: “Kita menghadapi dua ancaman sekaligus: manusia yang mengincar harta dan misteri yang mengawasi kita di laut.”
Pertarungan berlangsung berjam-jam dengan strategi bertahan, manuver kapal, dan pengawasan drone.
---
Penyelaman Rahasia dan Fenomena Bawah Laut
Amir memutuskan melakukan penyelaman malam untuk memantau posisi peti dan mengecek bayangan sosok berjubah putih. Air gelap, gelombang berputar, menciptakan pusaran misterius. Sosok itu bergerak pelan di kedalaman, seolah mengawasi mereka dengan kesadaran penuh.
Farah dan Haziq menyusul, membawa peralatan bawah laut untuk menjaga peti. Drone bawah air menyorot setiap gerakan. Fenomena aneh terjadi: bayangan di kedalaman seakan menuntun jalur mereka, menghindari bahaya dan menunjukkan titik aman.
Amir menyadari legenda Flor de la Mar bukan sekadar cerita, ada mekanisme alami dan misteri yang melindungi harta.
---
Malam Penuh Ketegangan dan Perencanaan Selanjutnya.
Peti berhasil diamankan di ruang bawah dek. Kapal berlayar menjauh dari pengejaran. Drone bawah air masih menangkap bayangan sosok berjubah putih, bergerak di kedalaman seolah menunggu atau mengawasi mereka.
Amir menulis di jurnal:
“Flor de la Mar bukan sekadar kapal. Ia adalah teka-teki yang menuntut keberanian, kecerdikan, dan ketahanan. Sosok yang menunggu di kedalaman bukan hanya legenda. Kita berada di persimpangan antara sejarah, harta, dan misteri yang belum terpecahkan.”
Farah menatap laut malam. “Jika kita berhenti sekarang, kita tidak akan pernah tahu kebenarannya.”
Amir mengangguk. Mereka sadar perjalanan baru dimulai. Ancaman dari manusia maupun misteri laut menunggu mereka, dan setiap langkah berikutnya harus dipersiapkan dengan cermat.
---
Gelombang Mengamuk dan Serangan Ketiga.
Hanya beberapa jam setelah pertempuran kedua, laut kembali mengamuk. Ombak setinggi delapan meter menghantam lambung kapal, mengguncang setiap peti yang tersimpan di dek bawah. Suara gemuruh air bercampur dengan teriakan kru.
“Pegang erat! Jangan biarkan peti bergeser!” teriak Haziq sambil menarik tali pengaman.
Drone bawah air terus memantau posisi musuh dan sosok berjubah putih. Bayangan itu tetap diam, namun aura yang memancar membuat semua awak merasa seperti diperhatikan makhluk gaib.
Dari horison, muncul kapal-kapal kecil yang lebih cepat dan lebih banyak. Mereka tampaknya telah belajar dari serangan sebelumnya. Kapten Salleh segera memerintahkan formasi bertahan.
“Gunakan meriam portabel dan laser jarak dekat! Jangan biarkan mereka mendekat!” tegasnya.
---
Ketegangan Psikologis Kru.
Kru mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Terombang-ambing ombak dan tembakan peluru membuat napas mereka tersengal.
Farah mencoba menenangkan awak:
“Kita harus tetap fokus. Sosok itu… mungkin penjaga laut, bukan musuh kita. Tapi manusia di luar sana jelas berniat jahat.”
Amir duduk sejenak di dek, menatap laut. Pikiran tentang Mateus, kelasi muda dari abad ke-16, terus menghantui. Sosok berjubah putih di kedalaman mungkin bukan hanya legenda, tapi entitas yang menilai niat manusia.
“Jika kita ceroboh, kita tidak hanya kehilangan harta. Kita mungkin kehilangan nyawa,” kata Amir pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh deru ombak.
---
Penyelaman dan Pemantauan Bawah Laut.
Amir memutuskan untuk melakukan penyelaman malam. Farah dan Haziq menemaninya dengan peralatan canggih. Air gelap dan dingin menusuk kulit, tapi setiap gerakan mereka presisi.
Sosok berjubah putih muncul beberapa meter dari mereka, berdiri tegak di dasar laut. Gelombang berputar di sekelilingnya, seolah tunduk di bawah kaki sosok itu. Cahaya dari drone memantul di permukaan baju putihnya, menciptakan bayangan yang menakjubkan sekaligus menegangkan.
Farah berbisik, “Lihat itu… ia… seakan menuntun jalur kita.”
Amir menyadari fenomena ini bukan kebetulan. Sosok itu seolah memberikan peringatan, atau mungkin petunjuk tentang jalur aman yang harus mereka tempuh.
--
Serangan Mendadak dari Manusia
Sementara penyelaman berlangsung, kapal di permukaan kembali diserang. Ombak tinggi membuat peluru sulit mengenai sasaran, tetapi kapal musuh berhasil menembakkan beberapa meriam kecil yang menghantam dek.
Haziq dan kru berlari mengamankan peti yang mulai bergeser. Farah mengaktifkan drone bawah air untuk memantau posisi kapal musuh. Sosok berjubah putih tetap diam, namun aura yang terpancar membuat semua terasa tegang.
Amir berteriak, “Kita harus mengamankan peti! Jangan biarkan mereka mengambilnya!”
Pertempuran berlangsung beberapa jam, dengan strategi bertahan dan manuver kapal yang presisi. Ombak tinggi, tembakan peluru, dan tekanan psikologis membuat kru hampir mencapai batasnya.
---
Penemuan Misterius di Kedalaman.
Setelah gelombang mulai mereda, Amir kembali menyelam untuk memeriksa dasar laut di sekitar peti. Drone bawah air menyorot cahaya ke arah bayangan besar yang menutupi harta.
Sosok berjubah putih tampak mengisyaratkan sesuatu, seperti mengarahkan mereka ke gua bawah laut yang sebelumnya tersembunyi. Amir melihat simbol kuno terukir di batu dasar laut—sama dengan catatan sejarah Flor de la Mar.
Farah mendekat, matanya membesar. “Ini… ini mungkin pintu masuk rahasia,” bisiknya.
Mereka menyadari bahwa legenda Flor de la Mar tidak hanya soal harta di kapal, tapi juga rahasia tersembunyi di dasar laut yang menunggu untuk ditemukan.
---
Persiapan untuk Klimaks Bab 3.
Amir kembali ke kapal dengan napas tersengal. Kru mulai menenangkan diri setelah serangan panjang. Mereka menyusun rencana baru:
Menandai lokasi gua bawah laut dengan GPS dan drone bawah air.
Mengatur pengamanan ekstra di dek untuk mengantisipasi serangan berikutnya.
Menyiapkan perlengkapan penyelaman untuk eksplorasi gua yang mungkin menyimpan lebih banyak rahasia.
Farah menatap laut malam yang tenang, namun penuh misteri. “Jika kita berhenti sekarang, kita tidak akan pernah tahu kebenarannya.”
Amir mengangguk, mengetahui bahwa perjalanan mereka baru saja memasuki fase paling berbahaya. Ancaman dari manusia dan misteri sosok berjubah putih akan terus mengikuti setiap langkah mereka.
---
Share this novel