7. Dibutakan Amarah

Fanfiction Series 177

“KRAK!!!!!”
“Aaaaarggh!!!” Teriak Ranu kesakitan setelah vas bunga pecah di kepalanya. Ranu melepas cengkeramannya dan memegang kepalanya yang terasa mau pecah. Darah mengalir di wajah hingga dadanya yang telanjang. Kesempatan itu Hana gunakan untuk menggulingkan badanya dan menjatuhkan diri ke lantai. Ia duduk meringkuk sembari menutup mulutnya sendiri saat menyadari siapa yang datang. Tubuh Ranu ditarik dengan kasar hingga terpelanting ke dinding kamar itu. Darah mengalir hingga menutupi ke dua matanya, membuat Ranu tak bisa dengan jelas mengenali sosok yang baru saja membantingnya itu.
Ranu menggosok-gosokkan matanya. Namun saat itu juga ia menerima pukulan dan tendangan bertubi-tubi. Tak sanggup menahan sakit terus menerus, Ranu berpura-pura pingsan. Sesuai perkiraannya. Melihat lawannya pingsan pria itu menghentikan aksinya. Setelah yakin pria itu menjauhinya. Ranu mencoba mengintip. Samar-samar ia melihat sosok Baek Hyun. Tapi ia sendiri ragu. Apakah itu benar-benar Baek Hyun atau hanya mirip saja. Andai saja ia bersuara, ia bisa memastikan itu Baek Hyun atau bukan.
Pria itu tampak mengambil handphone dari saku jaketnya. Baek Hyun memang ingin menghubungi polisi. Tapi niat itu tiba-tiba ia urungkan. Menghubungi polisi sama saja menyulitkan Hana. Jika berita ini tersebar, sama saja dengan menyebarkan aib Hana sendiri. Ia akan diperbincangkan dimana-mana. Bagaimana kalau penggemar-penggemar Ranu justru membela Ranu dan menyerang Hana. Andai Ranu bukanlah seorang artis. Kemungkinan besar ia akan membuat Ranu dijebloskan ke penjara malam itu juga.
Saat Baek Hyun berada dalam kebimbangan, saat itulah Ranu bangun dan melarikan diri dari tempat itu. Baek Hyun membiarkannya begitu saja tanpa menoleh sedikit pun. Wajah dan matanya memerah. Ia menatap Hana dengan sorot mata yang memancarkan kepedihan, marah, dan kecewa. Tanpa sanggup ditahan, air matanya tumpah di pipinya. Ia beranjak dari tempat itu tanpa mengatakan apa pun.
“Baek ...” susah payah Hana bangun, dan berlari mencegah kepergian Baek Hyun. Namun setelah keluar dari kamar itu, pintu itu ditutup dan dikunci dari luar.
“Baek ...” Hana berteriak menggedor-gedor pintu kamarnya sembari menangis.
Perasaannya masih takut dan terguncang akibat kejadian tadi, dan kini pria itu justru meninggalkannya dengan perasaan kecewa. Tubuh Hana merosot dan jatuh di lantai. Gadis itu memejamkan matanya sembari merangkul tubuhnya sendiri yang mulai memanas. Perasaan ganjil dan tak senonoh mulai terasa. Jijik dengan keadaannya sendiri, Hana beranjak ke kamar mandi, menyalakan shower lalu duduk di bawah guyuran air. Ia kembali menangis di sana.
***
Ranu berlari sekencang-kencangnya keluar dari rumah itu. Untung saja ia meninggalkan kunci mobilnya di atas meja ruang tamu Hana. Hingga ia bisa pulang tanpa harus bertelanjangan sepanjang jalan. Ranu juga sempat menarik taplak meja untuk menutupi sebagian tubuhnya.
“SIAL! SIAL! SIAL!” Teriaknya setelah berhasil masuk ke dalam mobil yang ia parkirkan di depan pagar.
Pria itu cepat-cepat menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu. Rencananya benar-benar gagal dan buruknya lagi ia menerima pukulan yang hampir saja meremukkan tengkorak kepalanya.
“Apakah pria itu benar-benar Baek Hyun, artis yang sangat terkenal saat ini? atau mereka hanya mirip saja. Tapi bagaimana mungkin bisa semirip itu. Wajah rambut bahkan postur tubuhnya. Tapi, kenapa pria itu ada di sana? Apakah mungkin itu adalah kekasih Hana yang ia ceritakan itu? Tapi itu lebih tidak masuk akal lagi. Bagaimana mungkin seorang Baek Hyun mengenal apalagi berpacaran dengan gadis biasa seperti Hana ... Akh! SIAL!” Umpatnya lagi.
Ranu terpaksa mencari jalur yang sepi dan aman. Setelah merasa menemukan tempat itu, Ranu membersihkan tubuhnya dari darah yang mulai mengering dengan air mineral yang tersedia di dalam mobilnya. Ranu mencoba mencari pakaian ganti di dalam mobil itu. Untungnya memang ada, karena manajer Ranu memang selalu menyediakannya sebagai persiapan di lokasi syuting.
“Apa yang harus kulakukan dengan keadaanku yang sekarang. Tidak mungkin aku keluar dengan keadaanku yang seperti ini,” ujarnya dalam hati sembari meraba-raba wajahnya yang mulai membengkak akibat pukulan tadi. Parahnya obat yang ia minum tadi mulai bereaksi di tubuhnya. “SIAL!!”
***
Hari itu, malam di mana kejadian buruk menimpa Hana. Lagu ciptaannya yang ia siapkan untuk album solo pertamanya ditolak perusahaan. Mereka beranggapan konsepnya tidak sesuai dengan apa yang diminati pasar musik saat ini. Perusahaan memintanya menciptakan ulang lagu yang sesuai dengan konsep dan genre yang tengah ramai saat ini. Tujuannya agar Baek Hyun bisa bersaing dengan artis lain yang mengusung konsep yang sama.
Perusahaan sangat yakin, Baek Hyun yang sedang berada di puncak popularitas saat ini bisa mengalahkan artis saingannya. Sayangnya Baek Hyun tidak sependapat dengan rencana perusahaan. Ia ingin menunjukkan kreativitasnya sendiri, tapi perusahaan tidak menerimanya. Merasa lelah dengan situasinya saat ini, Baek Hyun memutuskan mampir ke rumah Hana untuk menenangkan dirinya. Namun setiba di sana, ia menemukan mobil asing terparkir di depan pintu pagar. Anehnya, pagar itu terkunci rapat dari dalam. Baek Hyun mencoba menghubungi Hana. Tapi perempuan itu tak juga menjawab panggilan teleponnya. Dengan terpaksa ia meloncati pagar. Setibanya di depan rumah. Ia menemukan pintu tak dikunci sama sekali. Ia pun masuk dan menemukan tas Hana tergeletak begitu saja di lantai. Perasan Baek mulai tak nyaman. Samar-samar ia mendengar jerit tangis Hana dari arah kamar. Baek Hyun segera bergegas ke kamar dan membuka pintu.
***
Malam itu, Hana benar-benar tak bisa tidur. Rasa takut, trauma, dan jijik terus-terusan membayangi dirinya. Keesokan harinya, seseorang yang tak dikenalnya tiba-tiba datang ke rumah itu.
“Maaf, Anda siapa?” Tanyanya.
“Aku putri pemilik rumah ini, dan ini suamiku. Kami baru saja datang dari luar negeri dan kembali ke sini. Apa kau putri angkat almarhum ibu dan ayahku?” Tanyanya.
“Iya ... masuklah,” silah Hana.
“Namaku Hana.” Hana memperkenalkan dirinya setelah mereka berada di dalam.
“Aku Celen, dan ini suamiku Zian Li. Selama ini Aku bekerja di Cina, dan baru bisa kembali sekarang. Maaf, jika kedatangan kami tiba-tiba. Kami berencana tinggal di sini dan memulai hidup baru. Oh ya, terima kasih sudah merawat orang tua kami selama ini. Aku sungguh menyesal tak bisa menemani mereka di masa-masa terakhir.”
Hana mengangguk. Ia merasa lega. Setidaknya ada orang lain yang menemaninya di rumah itu. Ia tak perlu takut dan trauma lagi setelah kejadian semalam. Namun, saat tatapan matanya bertemu dengan suami perempuan itu, perasaan Hana kembali tak nyaman. Mungkinkah itu hanya perasaannya saja?
“Silakan istirahat. Aku juga harus pergi bekerja. Oh ya ... karena ini rumahmu sendiri, jadi berbuatlah sesukamu. Kamar ayah dan ibu juga selalu kubersihkan. Jadi jika kalian suka, kalian bisa langsung menempatinya.”
“Baiklah ... terima kasih Hana.”
***
Sudah berkali-kali Hana mencoba menghubungi Baek Hyun, namun Baek Hyun sama sekali tak pernah menjawab panggilannya. Pesan singkat Hana juga tak dibalas sama sekali. Pria itu seakan sengaja menutup diri darinya. Pada akhirnya Hana sama sekali tidak bisa menghubungi Baek Hyun. Sepertinya ia sudah menonaktifkan nomornya sendiri.
Hana gelisah. Ia memutuskan untuk menemui Baek Hyun ke apartemennya. Hana menekan kode password apartemen itu, namun gagal. Hana mencoba menekan bel, tak ada jawaban juga. Berkali-kali Hana mencoba melakukan hal yang sama di hari-hari berikutnya. Hal yang sama tetap terjadi. Sampai suatu ketika ...
“Pergilah ... aku tidak ingin menemuimu lagi.” Suara Baek Hyun terdengar datar dari intercom apartemennya.
“Baek, aku minta maaf. Aku sama sekali tidak ...”
“Kita akhiri saja semua ini. Kau sendiri pernah mengatakan itu bukan? Jika aku ingin mengakhiri, aku tinggal mengatakannya padamu. Kita putus saja. Jangan datang padaku, dan aku pun tidak akan datang padamu. Kita tidak perlu punya hubungan apa pun, termasuk itu sebagai idola dan penggemar. Ah... tidak, kau masih punya hak jadi apa pun yang kau mau. Tapi bagiku kau bukan siapa-siapa lagi. Jadi pergilah.”
“Bip” Baek Hyun mematikan sambungan intercomnya.
Hana tak bisa mengatakan apa pun, itulah kelemahannya. Ia tak mampu mengatakan apa pun, membujuk, apalagi merayu. Hana akan menjadi orang bodoh bila berhadapan dengan situasi seperti ini. Gadis itu menyandarkan kepalanya di pintu. Air matanya semakin deras mengalir. Tubuh merosot ke lantai dan tangisnya makin menjadi-jadi.
Chanyoel yang menatapnya sedari tadi hanya terdiam di tempat. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Ia tak pernah mengadu akan apa yang pernah ia temukan pada Hana dan Ranu di lantai atap malam itu. Pada akhirnya Baek Hyun tahu sendiri bahwa Hana tak sebaik yang selama ini ia kira.
***
Rencana untuk album solo Baek Hyun gagal total, dan itu keputusan Baek Hyun sendiri. Ia tak bisa menuliskan lirik apa pun seperti konsep yang diinginkan perusahaan. Pikiran dan perasaannya dipenuhi kecewa dan amarah. Terkecuali perusahaan, rekan-rekannya grupnya mengetahui permasalahan yang Baek Hyun hadapi. Chanyoellah yang memberitahukan member lain tentang apa yang ia saksikan di depan apartemen Baek Hyun saat itu, juga kejadian yang ia lihat di atas atap. Mereka tak bisa berbuat banyak, selain berupaya menghibur sahabat mereka itu.
*
“Apa kau benar-benar yakin dengan keputusanmu? Lebih dari setengah kehidupanmu kau lalui bersamanya. Apa mungkin kau akhiri hubunganmu begitu saja.” Suho mencoba mengingatkan Baek Hyun.
“Kau berkata seperti itu karena kau tidak mengalami apa yang kualami,” jawab Baek Hyun tanpa menatap lawan bicaranya.
“Tapi bukannya keputusanmu ini terlalu cepat. Bagaimana kalau dia benar-benar menghilang dari kehidupanmu?”
“Aku tidak peduli! Sudah kubilang aku membencinya sekarang!”
“Itu sekarang! Bagaimana nantinya!?”
“Aku sudah memikirnya matang-matang selama hampir sebulan ini. Aku benci perempuan yang sudah disentuh pria lain seperti itu! Setiap kali bayangan Ranu yang telanjang bulat sedang berada di atas tubuhnya dan hampir menciumnya. Saat itu juga aku merasa muak dan benci! Mungkin saja sebelumnya Ranu sudah menciumnya. Bisa juga sebenarnya hubungan mereka sudah lebih dari itu. Jangankan menyentuhnya seperti itu, menciumnya saja aku tidak pernah! Tapi, ia sudah memberikan semuanya pada orang lain!”
Suho menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar perkataan sahabatnya itu. Ia berada di antara menahan emosi juga tawanya. Ia sendiri memang tak pernah berciuman, karena Suho memang belum pernah pacaran. Tapi mendengar bagaimana Baek Hyun menjaga kehormatan perempuan sampai seperti itu, membuat Suho kagum juga merasa geli. Sepolos itukah pikiran Baek Hyun pada Hana? Di masa kini, ternyata pria seperti itu masih bisa ditemukan satu di dekatnya sekarang.
“Baek ... aku rasa cemburu itu tak berlangsung lama. Kau hanya terbawa emosimu saat ini. Jangan mengambil keputusan yang akan membuatmu menyesal kelak.”
“Apakah aku hanya bisa cemburu setelah melihat kekasihku hampir tidur dengan pria lain?”
“Aku memang tidak mengenal Hana sepenuhnya. Aku hanya mengingatkanmu. Jangan sampai kau menyesal nantinya.” Suho berlalu dari tempat itu. Meninggalkan Baek Hyun yang masih larut dalam emosinya.
***
Di suatu acara, Baek Hyun dan Ruri yang belakangan diberitakan memiliki hubungan spesial tampil bersama di atas panggung. Saat itu EXO tampil di penutupan acara. Gadis yang sebenarnya menaruh hati pada Baek Hyun itu tiba-tiba muncul memberinya kejutan. Member lainnya pun spontan memberi tempat bagi keduanya untuk tampil menyanyi bersama. Sorak-sorai penonton terdengar begitu membahana menyambut penampilan keduanya. Namun terjadi insiden tak terduga di tengah penampilan keduanya. Lampu gantung yang menghiasi langit-langit panggung itu tiba-tiba putus dan hampir mengenai keduanya. Untung saja Baek Hyun sempat sadar, dan segera menarik Ruri untuk menghindar. Gerakan Baek Hyun yang tiba-tiba dan tanpa perhitungan itu membuat keduanya jatuh bersamaan ke lantai. Lampu hias itu pecah berderai di dekat keduanya. Kening Baek Hyun tergores pecahan lampu yang berserakan di lantai, sementara Ruri tampak tak sadarkan diri. Acara seketika dihentikan karena suasana berubah heboh dan panik.
“Ruri ...” panggil Baek Hyun, cemas.
Pria itu berusaha membangunkan Ruri yang sebenarnya berpura-pura pingsan itu. Staf acara dengan segera berlarian ke atas panggung menghampiri keduanya sembari membereskan pecahan lampu tadi. Baek Hyun pun langsung menggotong tubuh perempuan mungil itu dan membawanya keluar dari panggung. Aksi heroik Baek Hyun tentu tak luput dari penonton dan media. Berita itu langsung menyebar dan semakin memperkuat isu kencan antara keduanya. Benarkah Baek Hyun menaruh hati pada Ruri?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience