10. Zhen Wa ...

Fanfiction Series 177

Baek Hyun tertunduk diam di ruang tengah dorm dengan wajah tanpa ekspresi. Rasa perih di tangannya yang diobati Chen tidak mempengaruhinya sama sekali. Tubuh Baek Hyun seakan membeku. Di tengah kesunyian itu, manajer Eight tiba-tiba datang.
“Bagaimana keadaan Ranu?” Chanyoel menyambut kehadiran manajer Eight dengan sebuah pertanyaan.
“Aku juga belum tahu pasti. Manajernya juga sudah di sana. Pak Alex juga menghubungiku tadi. Dia meminta kita menyelesaikan ini sendiri.”
“Dia juga menghubungiku. Jika kita tidak bisa menyelesaikan ini, dia akan menyelesaikannya dengan caranya sendiri,” timpal Suho
“Dia hanya bisa mengancam kita.” D.O yang semenjak tadi diam mengeluarkan pendapatnya.
“Tapi dari nada bicaranya, tidak seperti sedang mengancam. Suaranya terdengar tenang. Sepertinya dia sudah merencanakan sesuatu.”
“Mungkinkah Ranu dan manajernya akan melaporkan masalah ini ke polisi?” Tanya Chen sambil menatap Suho.
“Aku rasa itu tidak akan terjadi. Itu akan jadi masalah bagi mereka, jika mereka melaporkannya.”
“Ah, iya ... perempuan itu. Di mana ia sekarang? Kita harus menghubunginya,” ujar manajer Eight sembari mengambil handphonenya.
***
Ranu baru sadar dari pingsannya. Pria itu mencoba bangun dan duduk sambil memijit-mijit keningnya yang terasa sakit.
“Bagaimana keadaanmu? Polisi sebentar lagi akan ke sini. Ceritakan padaku bagaimana semua ini bisa terjadi?”
“APA MAKSUDMU?! POLISI?! Kenapa kau melaporkannya ke polisi tanpa menanyakan pendapatku terlebih dahulu!” Tanya Ranu Emosi.
“Aku juga tidak tahu siapa yang melaporkannya. Berita tentangmu juga sudah menyebar!”
“Bagaimana bisa?!”
“Mana aku tahu! Lalu apa yang kau lakukan di gedung itu!? Kenapa kau ada di sana!?”
“Ah ... apa yang harus kulakukan.” Ranu tak menjawab pertanyaan manajernya.
“Apa ini berhubungan dengan perempuan lagi?!”
“Ah, iya! Perempuan itu! Aku harus menghubunginya.”
***
“Aku mengakui, kalau aku telah melakukan pemukulan terhadap Ranu yang membuatnya dirawat di rumah sakit. Ranu mencoba melecehkan staf kami. Aku hanya berusaha melindunginya,” jelas Baek Hyun di hadapan wartawan yang meminta konfirmasi dari pihak agensi.
“Aku meminta maaf telah membuat kekhawatiran di mana-mana. Jika pihak kepolisian memanggilku atas kejadian itu, aku siap bertanggung jawab.” Baek Hyun mengakhiri konfirmasinya.
***
“Sepertinya ini akan menjadi masalah besar bagi Ranu, dan keuntungan sendiri bagi Baek Hyun. Aku dengar dia mendapat dukungan dan simpati dari berbagai kalangan, dan kita sebagai member juga kecipratan hal itu,” kata Sehun bangga.
“Untunglah Yumi bersedia melaporkan hal itu ke polisi. Jika tidak, apa yang Baek Hyun lakukan untuknya akan sia-sia. Bahkan hal itu bisa saja akan menjadi bumerang bagi Baek Hyun sendiri,” timpal Kai.
“Tunggu! Bukannya Hana pernah dekat dengan Ranu? Aku rasa itulah penyebab dari retaknya hubungan mereka berdua. Baek Hyun mungkin tahu Hana dan Ranu pernah melakukan itu,” Xiumin berbisik di kalimat terakhirnya.
“Jika itu demi melindungi staf. Kenapa Baek Hyun sampai semarah itu? Baek Hyun pasti mengetahui sesuatu dari mereka bukan?” Tanya Xiumin sembari menatap Suho yang sedang melamun.
Suho tidak menyadarinya. Sampai suasana mendadak hening dan para member itu menatap ke arahnya. Seperti dikejutkan sesuatu, Suho tersadar dan terheran mendapati sahabat-sahabatnya itu sedang menatap ke arahnya.
“Ada apa?” Tanyanya heran.
“Aaaaaahhhh ...” Para member itu serempak mengeluarkan keluhannya karena sang leader justru menikmati lamunannya di saat mereka sedang berbicara serius.
“Ayo makan ... semuanya sudah siap.” D.O muncul mengingatkan sahabat-sahabatnya. Sehun, Kai, dan Xiumin beranjak bangun terlebih dahulu, meninggalkan Suho yang menyusul kemudian.
“Aku berharap tidak terjadi apa-apa terkait hal ini. Biasanya setelah terangkat tinggi, jatuhnya akan sakit sekali.” Sehun berkata sambil berjalan menuju meja makan di balkon dorm itu.
“Shiiiiiit ...” Chen mendesis dengan telunjuk di bibirnya. Ia mengingatkan sahabatnya itu agar berhenti berbicara, karena orang yang mereka bicarakan berada tak jauh dari mereka.
***
“Aku mengenalnya 3 bulan ini. Kami memang menjalin hubungan secara diam-diam karena Ranu harus menjaga privasinya sebagai artis. Dia terlihat begitu serius padaku, karena itu aku mempercayainya. Aku pernah menyelidikinya diam-diam. Ternyata ia juga memperlakukan gadis lain sama seperti ia memperlakukanku. Aku berusaha mempercayainya, dan hubungan kami terus bertahan. Sebenarnya setelah dekat beberapa minggu. Ia sudah mulai merayuku melakukan hubungan tak senonoh itu. Tapi aku menolaknya. Aku juga terlalu sibuk dengan pekerjaanku hingga kami juga jarang bertemu. Tapi 3 bulan terakhir, malam itu. Dia mendatangiku diam-diam ke perusahaan. Kami berjanji bertemu di lantai atap itu agar tidak diketahui orang lain. Dia membawaku minuman yang sudah diberi obat. Aku meminumnya tanpa curiga. Dan ... dan ia menyeretku ke sudut gelap itu. Ia memaksaku melakukan itu di sana.” Yumi tak sanggup menahan air matanya.
“Sebenarnya aku juga tidak begitu berharap padanya, karena itu aku berusaha menjaga diri. Aku minta maaf ... aku benar-benar meminta maaf ... aku siap melanjutkan laporan ini, kecuali ... kecuali ... jika Ranu meminta maaf dan mengakui perbuatannya,” Yumi mengakhiri konferensi persnya.
*
“Yumi ... terima kasih sudah melakukan itu,” ujar manajer Eight seusai Yumi melakukan konferensi persnya.
Gadis itu hanya tertunduk. Sebenarnya ia tak berniat melaporkan Ranu ke polisi. Ia dan Ranu bisa saja menutupinya karena kejadian itu juga tidak akan diketahui siapa pun selain member EXO. Baek Hyun bisa saja seolah-olah tak terlibat dalam kasus pemukulan itu dan ia juga tak perlu melaporkan diri ke polisi. Tapi perusahaan menekannya untuk bertindak sebelum Ranu dan manajernya bertindak lebih dahulu. Selain itu, agensi ingin membuat kepopuleran Ranu meredup dan tak lagi menjadi saingan mereka. Secara tidak langsung pula, kepopuleran Baek Hyun dan EXO akan bertahan bahkan makin meningkat karena kasus itu. Perusahaan juga akan mendapat keuntungan karena artisnya makin populer.
Penyesalan Yumi tak berlangsung lama. Beberapa hari setelah konferensi persnya, satu demi satu gadis-gadis yang pernah menjadi korban Ranu menampakkan diri. Sebagian besar di antara mereka adalah penggemarnya sendiri. Sebagiannya lagi staf di perusahaannya, bahkan sebenarnya ada dari trainee, artis pendatang baru, juga artis senior. Namun tak satu pun dari antara mereka yang berani mengakui itu karena sama saja membongkar aib mereka sendiri. Mereka cukup tahu saja, bahwa mereka hanya salah satu dari sekian banyak wanita mainan Ranu.
Korban Ranu, baik yang benar-benar korban maupun yang mengaku-ngaku korban terus bermunculan. Melihat dari begitu banyaknya korban, terungkaplah bahwa tabiat buruk Ranu sudah berlangsung semenjak 7 tahun yang lalu, sebelum ia menjadi terkenal seperti sekarang. Terungkap pula, bahwa Ranu pernah melenyapkan gadis-gadis yang pernah mengancam akan membocorkan hubungan mereka ke media. Ia membuat mereka seakan-akan mati bunuh diri. Di tahun ke 7, berakhirlah petualangan cinta dan kepopuleran Ranu sebagai artis kecintaan kaum hawa.
***
“Jadi, kau menghajar Ranu sampai membabi buta itu bukan hanya karena Ranu ingin mengejar Yumi?” Sehun tercengang. “Aku sudah menduga itu.”
“Tapi Hana tidak melakukan itu padanya.” Baek Hyun membelokkan pikiran negatif Sehun dan member lainnya.
“Itu memang hampir terjadi karena Ranu memaksanya. Aku sempat datang menolongnya. Awalnya aku berpikir kalau Hana sendirilah yang membuka jalan bagi Ranu. Tapi ternyata tidak. Ranulah yang diam-diam mengikutinya lalu memaksanya.
“Maaf jika kami sempat berpikiran negatif sebelumnya. Kami sempat berpikir bahwa masalah itulah yang membuatmu mengakhiri hubunganmu dengannya,” jelas Chen.
“Maaf aku tidak memberitahumu sebelumnya. Sebenarnya, dahulu aku pernah mendapati Ranu yang berusaha memaksa Hana di lantai atap. Tapi aku sempat mencegahnya. Aku membanting Ranu, lalu membawa Hana pergi. Jadi, sama sekali tak sempat terjadi apa pun saat itu. Ranu bahkan tak sempat melihatku.
“Kenapa kau merahasiakannya dariku?”
“Aku tahu kau mencintainya. Aku tidak ingin merusak perasaanmu.”
“Ini sudah terjadi. Kita tak perlu membahasnya.” Suho menenangkan suasana.
“Lalu di mana Hana sekarang?” Tanya Chen.
Baek Hyun terdiam sejenak ...
“Aku juga tidak tahu. Dia menghilang 2 tahun ini. Dahulu aku pernah berpikir untuk datang padanya lagi. Tapi saat itu. Saat aku mengamati rumah Hana dari luar. Aku melihat pria lain keluar dari rumah itu. Saat itu pula aku memutuskan untuk melupakan Hana selamanya. Setelah 2 tahun aku baru mengetahui kalau pria itu merupakan suami dari kakak angkatnya Hana. Aku menanyakan keberadaan Hana dengan mereka, tapi mereka juga tidak mengetahui apa pun. Hana menghilang setelah meninggalkan rumah itu.”
“Apa kau sudah mencoba bertanya pada rekan kerjanya di kafe itu?” Tanya Suho.
Baek Hyun mengangguk. “Mereka juga kehilangan kontak dengan Hana.”
“Tidak ada gunanya menyesali semua. Jika kau masih menganggapnya berharga, sebaiknya kau segera menemukannya kembali,” Chen memberi saran.
Sehun tiba-tiba mengakat tangan. Kini semua orang dalam ruangan itu memandang ke arahnya. Dari ekspresinya jelas kalau Sehun juga menyembunyikan sesuatu, dan kini ia akan jujur tentang itu.
“Aku juga pernah bertemu dengannya 2 tahun yang lalu.”
“Kapan?” Tanya Kai.
“Kau juga menyembunyikan sesuatu tentang Hana dariku?” Baek Hyun bertanya tak percaya.
“Ia melarangku memberitahumu. Katanya kau akan semakin marah jika ketahuan muncul di depanmu. Dia menonton konser kita. Aku tak sengaja bertemu dengannya saat mencari angin di luar.”
“Ah ...” semua orang dalam ruangan itu nampak tak habis pikir dengan pola pikir Sehun. Terlebih Baek Hyun sendiri. Bagaimana mungkin kedua orang itu (Hana dan Sehun) bisa sepikir dan sejalan seperti itu. Hana sebegitu takut ketahuan muncul di depannya, dan Sehun malah mendukungnya. Parahnya Sehun lebih memilih merahasiakan hal itu darinya demi melindungi Hana darinya.
“Siapa sebenarnya sahabatmu?” Tanya Baek Hyun tanpa marah sama sekali.
“Kenapa kau menanyakannya? Andai kau tahu saat itu. Apakah hubunganmu akan kembali baik-baik saja? Ah ... dia juga meminta berfoto denganku. Kau ingin melihatnya?” Sehun menghampiri Baek Hyun.
Baek Hyun tersenyum melihat beberapa foto di handphone Sehun. Lagi-lagi Hana tampak kaku di sana.
“Bukankah ini di jalan dekat gedung itu?”
“Aku bertemu Hana di dalam gedung. Kami kedapatan oleh petugas keamanan. Sebelum aku ketahuan, aku membawanya lari hingga keluar.”
“Haa haa Haa ...”
Para member itu tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Sehun. Bagaimana mungkin artis yang punya acara justru dikejar petugas keamanannya.
“Sekarang kalian menertawakanku?” Protesnya.
***
“Aku terpaksa menekanmu kemarin karena aku tahu seperti apa Ranu yang sesungguhnya sejak lama. Aku juga tahu hubungan kalian tidak hanya 3 bulan saja, tapi sudah hampir setahun ini. Kau mulai menolaknya setelah tahu Ranu melakukan hal yang sama pada perempuan lain bukan? Namun kau tetap bertahan karena kau lemah dan mudah dirayu. Jika aku tidak melakukan itu, mungkin kasus besar ini tidak akan pernah terungkap. Orang yang menolongmu bisa saja menjadi korban, dan wanita-wanita yang menjadi korbannya Ranu akan semakin bertambah. Setidaknya ... melalui tindakanmu sendiri, kau jadi tahu siapa Ranu sesungguhnya,” ujar Alex sembari mendorong sebuah amplop tebal ke hadapan Yumi.
“Dan sepertinya ... kau sudah tidak menyesal lagi dengan tindakanmu?”
Yumi mengangguk.
“Orang yang membelamu bisa saja menjadi korban bila aku tak segera mengambil tindakan. Dia adalah berlianku yang berharga. Aku juga harus melindunginya. Berlian yang berharga itu juga mengorbankan hal lain demi perusahaan ini. Karena itu, sungguh wajar jika aku ikut campur sampai sejauh ini untuk menjaganya tetap bersinar.”
***
“Apa kau akan mengambil lembur lagi?”
Zhen mengangguk. “Mereka akan datang ke sini 3 bulan lagi. Aku harus menabung uang untuk mendapatkan tiket konser mereka. Aku harus berada di VVIP agar bisa melihat mereka lebih dekat,” jawab Zhen bersemangat.
“Aku memang penggemar EXO, tapi aku tak segila dirimu.”
“Aku rasa ada banyak yang segila diriku di luar sana.”
“Baiklah, semoga berhasil. Semoga kau bisa berjumpa dengan idolamu itu. Kau menyukai Baek Hyun bukan? Apa yang kau lakukan bila bertemu dengannya?”
Zhen tersenyum malu. “Aku akan memeluknya.”
***
Dua setengah tahun yang lalu ...
Hana susah payah mengejar bis yang terlanjur berangkat meninggalkannya. Tasnya tertukar dengan salah satu penumpang yang ada di sana. Hana membuka tas tadi dan menemukan kartu tanda pengenalnya.
“Zhen Wa ...? Wa apa?” Dahi Hana mengerut saat berusaha membaca identitas pemilik tas situ. Tulisannya tak jelas sama sekali, bahkan foto KTPnya juga rusak. Saat dirinya lengah di jalan yang sepi itu, sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi menabraknya. Seketika Hana jatuh tak sadarkan diri.
2 bulan berlalu. Hana terbangun dari komanya. Tapi gadis itu tak ingat apa yang terjadi dan siapa dirinya. Orang-orang yang merawatnya di rumah sakit itu memanggilnya dengan nama Zhen. Zhen sudah berupaya mencari jati dirinya di media sosial, tapi ia tak menemukan jejak apa pun tentang Zhen. Dan kini Zhen bekerja di rumah sakit tempat ia dirawat sebagai petugas kebersihan.
***
Lobi bandara ramai dan sesak oleh penggemar yang sebagian besar adalah kaum hawa. Zhen ada di antara mereka, di baris paling depan. Zhen sengaja datang lebih awal demi bisa menyambut kehadiran Baek Hyun dan kawan-kawannya. Suara riuh teriakan penggemar langsung terdengar saat member EXO itu muncul di sana. Tak seperti yang lainnya, Zhen tak ikut berteriak. Suaranya tertahan oleh perasaan berdebar yang tiba-tiba menyerangnya. Bahkan sampai member EXO yang berjalan begitu cepat itu berlalu melewatinya. Zhen hanya bisa menatapnya sembari memasang kamera handphonenya.
“Bruukk!”
Tubuh Zhen terdorong dan terjebab di lantai. Tubuhnya tertindih bahkan terinjak penggemar lain yang tidak menyadari kejadian itu. Perempuan itu terbaring di lantai dalam keadaan tak sadarkan diri.
*
Zhen duduk termenung di salah satu ranjang rumah sakit. Dia baru sadar dari pingsannya beberapa jam yang lalu. Wajah gadis itu tampak sangat muram. Bagaimana tidak, tiket masuk satu-satunya yang ia beli dengan harga yang sangat mahal itu kini hilang dari tasnya. Sekarang ia sama sekali tidak punya kesempatan untuk menonton penampilan artis idolanya itu.
“Nona Anda sudah sadar?”
Zhen menoleh dengan wajah memerah dan tiba-tiba ...
“Huaaaaaa ...” tangis gadis itu pecah.
*
“Anda tetap bisa menonton konser EXO sebagai santunan dari kami atas kejadian yang menimpamu. Datanglah esok dan bawa kartu ini. Kami pastikan Anda mendapatkan posisi terbaik saat konser nanti.”
“Baik ... terima kasih, terima kasih,” ujar Zhen seraya membungkuk berkali-kali. Staf EXO mengetahui kejadian yang menimpa Zhen di bandara. Biar bagaimana pun, kejadian itu adalah ulah sesama penggemar, dan Zhen menjadi korbannya.
***
Konser besar itu baru saja selesai. Diam-diam Zhen membuntuti mobil yang membawa member EXO itu dengan motornya. Pengamanan sepanjang jalan memang begitu ketat. Tapi sepertinya, keberuntungan berpihak pada Zhen. Gadis itu berhasil menyelinap bahkan sampai ke hotel tempat mereka menginap. Jantung Zhen berdegup kencang saat melihat grup idolanya itu sedang melangkah menuju sebuah lift. Kesempatan yang terlihat mustahil itu membuat Zhen harus hati-hati menggunakan akalnya. Ia bersikap seakan dirinya adalah tamu hotel di sana.
“Sedikit lagi, sedikit lagi,” ujar Zhen dalam hati.
Di depannya ada beberapa bodyguart yang terlihat tak begitu waspada. Karena yakin tempat itu cukup aman, para bodyguart yang tidak menyadari kehadiran Zhen hanya mengawal para member dari jarak yang tak begitu dekat. Saat melihat para member itu memasuki lift, Zhen berlari, menyelinap di antara para bodyguart.
“Baek ... Baek ...” Zhen yang berhasil melewati barisan bodyguard di depannya, berteriak.
Member yang sudah berada di dalam lift menatap ke arah suara, terutama Suho dan Baek Hyun yang merasa tak asing dengan suara itu.
“Ayo lekas masuk!” Seru manajer Eight pada ke 8 member itu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience