Mengejar

Drama Completed 780

Gwen merasa dahinya di pegang oleh tangan yang sama. Samar-samar ia juga dapat mendengar suara adiknya dan mamanya. Dan kali ini suara yang berada di dekatnya itu membuatnya tersadar. Matanya berusaha untuk melihat namun pandangan kabur masih menyambutnya. Ia menoleh dan melihat seseorang sedang melihatnya. Gwen mengulurkan tangannya untuk meraih bayangan hitam itu dan berhasil. Tangannya sedang di genggam oleh bayangan hitam itu. Dan bayangan hitam itu semakin mendekat dan Gwen merasa dahinya di cium. Gwen berusaha untuk memfokuskan matanya untuk melihat agar lebih jelas. Namun kepalanya terasa sakit sekali. Gwen memejamkan matanya untuk mengurangi sakitnya.

Kepalanya di sentuh secara perlahan dan Gwen merasa jauh lebih tenang. Suara langkah kaki kembali terdengar.

“ Gimana keadaan kakak? “

“ Masih panas.”

“ Mama udah panggilin dokter. Sebentar lagi sampai.”

“ Ya,semoga cepat sampai kesini.”

“ Hei,tenang saja. Tadi mama udah kasih obat juga. Jangan khawatir.”

“ Tapi badannya panas sekali..”

“ Aku tahu..”

“  Dia kelihatan kesakitan “

“ Orang sakit mana mungkin tidak merasa kesakitan “

Leon membuang nafasnya “ Aku tidak tega melihatnya sakit. Jika melihatnya kesakitan seperti ini..aku ikut merasa sakit..” Leon mengelus pipi Gwen dan menggenggam tangan itu semakin erat.

“ Apa dulu lu juga begitu sama gua? “

“ Apanya? “

“ Merasa sakit “

“ Engga. Ini berbeda sekali.”

“ Kok gua jadi iri,ya..”

Leon mendengus keras “ Emang lu mau gua di hajar sama Adi? “

“ Mungkin itu perlu dipertimbangkan..”

Leon mendengus keras “ Lebih baik lu jangan ganggu gua sama kakak lu lagi.”

“ Sejak kapan gua ganggu? “

“ Sejak tadi “

“ Kalau gua ga jaga lu,bisa-bisa lu cium kakak lagi.”

Leon tertawa pelan “ Justru itu. Lebih baik lu pergi.”
“ Lu ga bisa sopan sedikit sama kakak gua? “

“ Engga. Kalau berhubungan sama kakak lu,indra gua semua mampet.”

“ Apa hubungannya dengan indra? Otak lu emang kotor tahu! “

“ Karena kakak lu “

“ Sebelum-sebelum ini? “

“ Ga pernah “

“ Ga salah lagi? “

“ Emang ga pernah “

Sisil mendengus keras sekali “ Bohong. Gua tahu lu kaya apa.”

“ Emang apa yang lu tahu? “

“ Lu otak mesum dan punya banyak cewe di luar sana.”

“ Itu menurut lu “

“ Gua akan bilang sama kakak gua. Biar lu putus.”

“ Gua ga akan pernah lepasin kakak lu lagi. Gua ga mau putus lagi.”

“ Tinggal kakak gua yang putusin lu “

“ Gua tolak “

Sisil mengggeleng “ Lu bener-bener ya..emang sikap lu yang pemaksa itu ga pernah berubah..”

Leon tersenyum sambil meraih sehelai rambut Gwen “ Itu baru lu benar “

“ Gila. Gua jadi kasihan sama kakak gua. Kok bisa ya terlibat sama cowo kaya lu.”

“ Karena lu “ Leon mencium rambut itu dan tersenyum.

“ Emang lu beneran suka sama kakak gua? “

Leon menaruh kembali helaian rambut itu dan menoleh “ Gua bukan suka aja. Tapi gua udah cinta sama kakak lu.”

Sisil melongo. Telinganya tidak salah dengar,kan?

***

Gwen menatap Leon dengan risih. Leon terkekeh pelan dan mencubit pipi Gwen dengan gemas. Gwen melotot kesal. Leon tertawa keras.

“ Kakak,ngapain sih kesini? “ tanya Gwen kesal.

Leon mengelus pipi Gwen yang tadi di cubitnya “ Kamu lucu.”

Gwen mendesis kesal “ Sana pulang! “

“ Kenapa? kamu ga suka aku disini? “ Leon menghentikan gerakan tangannya di pipi Gwen.

“ Ga “

“ Kenapa? “

Gwen menghembuskan nafasnya dan memejamkan matanya “ Kenapa kakak disini? “ tanyanya sambil membuka mata.

“ Jagain kamu “

“ Emang aku kenapa? “

“ Kamu kan sakit “

Gwen memandang Leon dengan sengit “ Kak,pulang sana! Aku mau tidur.”

“ Tidur aja.”

“ Ga mau.”

“ Kenapa? karena ada aku? “

Gwen menyipitkan mata “ Kakak pulang sana. Kakak ganggu aja.”

Leon mengangkat bahunya “ Ga mau. Aku mau disini. Lagian aku pacar kamu.”

Gwen melotot kaget “ Kapan? Emang aku bilang iya? “

“ Waktu kita ciuman.”

Gwen melotot dan memandang Leon dengan tatapan kebencian. Leon seolah tidak peduli dengan tatapan itu dan kembali mengelus pipi Gwen. Gwen menepis tangan itu dan mendesis kesal.

“ Kak,pulang aja. Aku mau istirahat.”

“ Coba kamu panggil aku Leon “

“ Ga mau “

“ Panggil aku Leon.”

“ Ga “

Leon mendesah “ Kenapa kamu ga mau nurut sama aku sih? Sekali aja..”

“ Ogah “ Gwen mengerucutkan bibirnya.

Leon tersenyum lebar “ Kamu ngapain manyunin bibir kamu? Mau dicium lagi,ya? “ tanya Leon sambil menarik bibir Gwen dengan gemas. Leon sepertinya sudah tergoda dengan bibir Gwen. Melihat bibir gadis itu saja sudah membuatnya senang. Dan ketika membayangkan bagaimana rasanya,Leon semakin senang. Jujur saja bibir gadis itu sungguh manis. Lebih manis setiap saat. Awalnya ia tidak percaya,makanya ia berusaha mencari tahu dengan mencium beberapa cewe,namun sepertinya hanya bibir gadis itu yang membuat ingin dan ingin lagi. Seperti ada magnet yang membuat bibirnya tidak bisa berpisah. Leon tersenyum. Kenapa dirinya jadi mesum begini?.

“ Kak,pulang,aku mau tidur..”

“ Tidur aja. Aku ga ganggu,kok..”

Gwen menghela nafas dan membaringkan tubuhnya dengan membelakangi Leon. Gwen sudah menyerah untuk mengusir cowo itu. Tetap saja,semakin Gwen mengusir,semakin Leon berusaha untuk tinggal. Padahal sudah dari pagi cowo itu menunggunya,tetapi kenapa tidak ada cape-capenya.

Leon melihat punggung Gwen lalu ia menghampiri gadis itu dan melihat wajah gadis itu. Gwen sudah tertidur. Leon tanpa sadar tersenyum. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi gadis itu dengan jari-jarinya. Dengan perlahan Leon mendekatkan wajahnya dan mencium dahi Gwen dan turun kearah bibirnya. Cukup lama bibirnya mencium bibir yang membuatnya ketagihan itu hingga akhirnya Leon menjauhkan wajahnya dan menyentuh bibir itu dengan lembut seolah takut melukai bibir gadis itu.

“ Aku suka kamu,Gwen..” Leon tersenyum pahit dan kembali mendaratkan ciumannya di bibir Gwen dengan sangat perlahan.

“ Jangan pergi dari aku lagi,Gwen..”

   

Gwen melempar bolanya dengan asal. Ini sudah 5 kali ia melempar namun sama sekali tidak ada niat untuk memasukkannya. Pikirannya sedang melalang buana kearah lain. Pagi ini ia sudah di jemput oleh Leon. Dan pulangnya harus diantar oleh Leon lagi. Jika dirinya pulang duluan,maka dirinya akan di hukum. Dan ketika Gwen bertanya apa hukumannya,Leon dengan nada menggoda menjawab dia akan mencium bibirnya ini. Hukuman macam apa itu. Menyebalkan. Gwen merengut memandangi bola di tangannya. Ia melempar bola itu ke tengah lapangan.

Leon mengambil bola itu “ Kok ga maen lagi? “

“ Kenapa kakak disini? “ tanya Gwen dengan wajah kesal.

“ Kenapa? kamu ga seneng? “ Leon menatap Gwen dengan wajah menantang.

“ Iya “

“ Mm,kalau begitu,gimana kalau kamu ambil bola ini dari tangan aku? Kalau kamu bisa,aku akan pergi dari sini. Tapi,kalau kamu ga bisa,kamu harus jadi pembantu aku,gimana? “

Tawaran macam apa itu?,kesal Gwen dalam hati. Gwen mendengus dan berjalan melewati Leon. Tanpa menghiraukan keberadaan cowo itu.

Leon mengangkat alisnya dan menarik tangan gadis itu “ Ayo,ambil bola ini. Emang kamu ga penasaran apakah kamu bisa ngalahin aku atau engga? Ayo,aku ga main kasar,kok..”

Gwen mendengus dan mengambil bola itu. Namun Leon mengangkat tangannya keatas. Gwen menyipitkan matanya dan merengut.

“ Ayo,kamu pasti bisa ambil,kok..”

Gwen mengambil bola itu dengan berjinjit,namun lagi-lagi Leon mengangkat tangannya lebih keatas. Tinggi Gwen hanya sebahu Leon dan tinggi Leon bisa di bilang cukup tinggi,karena Leon termasuk anak basket sehingga dibutuhkan tinggi yang cuku agar bisa mauk tim inti. Gwen merengut kesal dan memandang Leon dengan kesal.

“ Aku mau balik aja! “ pekik Gwen dengan kesal.

Leon menarik tangan Gwen “ Ga boleh, Kamu ambil bolanya dulu.”

Gwen mengeram dan menarik tangan Leon agar turun,namun Leon semakin menaikkannya keatas. Gwen semakin kesal dan tanpa bisa ditahannya lagi ia menjatuhkan tubuh Leon. Gwen ikut jatuh diatas Leon. Leon tersentak kaget. Dia melihat mata Gwen. Sejenak mereka terhanyut dengan pikiran masing-masing. Gwen tersadar dan meraih bola itu dengan duduk di dada Leon.

“ Dapat! Dan itu artinya..kakak harus pergi dari sini.”

Gwen bangun dan mencoba untuk tidak menghiraukan tatapan orang-orang yang melihat kejadian itu. Gea yang melihat itu hanya menatap penuh kebencian kepada Gwen.

***

Gwen tersentak kaget melihat kedatangan Gea di toilet. Gwen menelan ludahnya dan menatap pintu. Sedang memikirkan cara bagaimana ia kabur dari sini. Gea yang melihat arah tatapan itu tersenyum geli. Dia semakin menghalangi arah pandangan Gwen. Gwen tersentak dan menahan nafasnya.

“ Lu kenapa bisa deket lagi sama Leon? “ tanya Gea sambil melihat kukunya.

Gwen menelan ludahnya “ Gua juga ga tahu.”

Gea menyeringai “ Ga tahu? Bukannya lu yang godain dia? Iya kan? “

“ Engga,kok..”

Gea mendengus keras “ Lu emang cewe murahan! Jadi..gimana kalau kita..buktikan itu..” Gea mendekat dan mengurung tubuh Gwen. Gwen terkesiap mundur.

“ Kenapa? lu takut? Lucu..lu godain Leon,tetapi lu takut gua apa-apain..” Gea tertawa mengejek.

“ Kalau lu suka sama kak Leon,lu boleh ambil dia kok..” Gwen menatap Gea dengan takut. Tubuh Gwen sudah menyentuh dinding.

“ Ambil? Lu bilang ambil? Emang lu pikir apaan,hah?! “ bentak Gea sambil menarik rambut Gwen.

Gwen memegangi tangan Gea “ Gea,lu apa-apaan sih? Lepass…”

Gea menarik rambut Gwen semakin keras lalu menariknya ke wastafel. Gea menahan rambutnya sambil menyalakan air keran. Gea membawa sebuah botol minuman dan mengisinya. Gwen menahan air matanya agar tidak jatuh. Rasa sakit semakin di rasa oleh Gwen. Gwen mencoba melepaskan rambutnya dari genggaman tangan Gea,namun tidak berhasil.

“ Lu harus di kasih pelajaran! “ begitu mengatakan itu Gea melempar air ke tubuh Gwen setelah melepas tarikan pada rambutnya.

Gwen mengatur nafasnya dan memandang Gea dengan penuh kemarahan. Gea melihat itu hanya menyunggingkan senyumnya.

“ Kita lihat dalamnya..” Gea tersenyem misterius.

“ L-lu..mau apa? “ tanya Gwen sambil berjalan mundur.

Gea mendekat dan mencengkram bagian depan seragam Gwen dan menariknya sangat keras. Gwen terkejut dan mendorong tangan Gwen.

“ Lu apa-apaan sih?! Lu mau apa? kalau lu suka sama kak Leon,lu ambil,Ge!! “ teriak gwen dengan nafas terengah-engah.

“ Lu emang ga pantes buat dia! Ngaca dong lu! “ Gea semakin mendekat dan menatap penuh kebencian kepada Gwen. Ada kilatan kemarahan di matanya.

Gwen berusaha untuk tidak mundur dan membalas tatapan itu dengan jantung yang semakin menggila. Gwen merasa takut,tetapi dia berusaha untuk tetap tenang dan tidak menampilkan ketakutan di wajahnya.

Gwen mengangkat dagunya “ Lu kenapa sih? Lu ga bisa kaya gini ke gua,Ge..kalau lu ada masalah sama gua,kita selesaiin baik-baik..jangan kaya gini..” suara Gwen bergetar karena berusaha untuk tidak menangis.

“ Itulah alasannya. Karena percuma gua berusaha. Gua ga bisa ngambil hatinya Leon. Apapun yang gua lakukan,apapun yang gua katakan,semua percuma. Dia ga bisa lihat gua sedikitpun. Dan itu semua karena lu! “

“ Lu salah. Kak Leon itu suka sama adik gua.”

Gea melotot kaget “ Apa maksud lu? “

Gwen tersenyum pahit “ Kak Leon deketin gua karena dia mau deketin adik gua.”

Otak Gea terasa buntu. Apa katanya tadi? Deketin adiknya? Jadi..

“ Jadi Leon cuma manfaatin lu doang? “

“ Iya “

Gea menggeleng “ Ga mungkin. Itu ga bener. Lu bohong! “

Gwen menatap Gea dengan wajah serius “ Adik gua itu cinta pertama kak Leon.”

Gea tersentak. Cinta pertama katanya?

BRAAAAAAAKKKKK!!!!!!!!!!

Pintu terbuka lebar. Leon masuk dan langsung melihat Gwen. Gwen terkejut dan sontak mundur. Leon melihat seragam Gwen yang setengah basah dan bagian dadanya tercetak jelas. Leon menggeram.

“ Gea..”

Gea mundur ketakutan. Dia merasa ketakutan melihat tatapan Leon. Leon maju selangkah demi selangkah.

“ Lu apain pacar gua? “ tanya Leon dengan suara pelan.

Gea meneguk air ludahnya. Leon semakin maju dan menatap Gea dengan sorot kemarahan yang begitu nyata. Gwen yang melihat itu juga ikut ketakutan. Ini pertama kalinya ia melihat Leon marah. Memang ia pernah melihatnya waktu di restoran kemarin itu,tetapi sekarang jauh lebih menyeramkan dai pada waktu itu.

“ Lu apain dia,Gea? “ Leon mengurung tubuh Gea dan menundukkan wajahnya. Gea tersentak kaget. Ia menutup matanya. Gea tidak berani untuk melihat wajah Leon.

“ Lu akan tahu akibatnya,Ge..” bisik Leon dan menarik gea dalam bilik wc.

Gwen terkejut dan berdiri kaku. Tubuhnya menegang ketika mendengar suara tertahan dari Gea. Dan begitu pintu wc itu terbuka tubuh Gea sudah basah dan Gea langsung terjatuh di lantai dengan setengah tersadar. Leon menghampiri Gwen. Gwen terkesiap dan berjalan mundur.

Leon berhenti seketika melihat tubuh Gwen yang gemetar ketakutan. Hati Leon menjadi sakit melihatnya. Dengan perlahan Leon maju. Gwen menahan tangisnya keluar walaupun percuma. Air matanya sudah turun ke pipinya. Gwen mundur ketakutan dan menatap tubuh Gea yang tengah duduk di lantai.

“ Kamu takut sama aku? “ tanya Leon dengan suara lembut.

Gwen menelan ludahnya. Ia tidak berani untuk melihat mata Leon. Ia masih takut dengan kemarahan Leon yang bisa saja datang kapan saja.

“ Kamu jangan takut. Aku ga akan nyakitin kamu,Gwen..” Leon berdiri di depan Gwen dan mengulurkan tangannya untuk memeluk Gwen. Gwen sontak mundur. Leon terkejut.

“ Jaangann..jangann kesini..” Gwen gemetar ketakutan. Air matanya sudah turun deras di pipinya.

Leon panik malihatnya dan langsung memeluk Gwen dengan erat “ Jangan nangis..aku mohon..”

Gwen terisak keras “ Jaanggan..” Gwen semakin gemetar ketakutan.

Leon mengetatkan pelukannya “ Aku ga bakal nyakitin kamu,Gwen..aku mohon jangan nagis..kalau ngeliat kamu kaya gini,aku ikut merasakan sakit..jangan nangis aku mohon..”

Gwen menahan tangisnya untuk keluar. Leon semakin membenamkan wajah Gwen di dadanya.

“ Aku sayang sama kamu,makanya aku lakuin ini..” Leon mendorong tubuh Gwen dan mengangkat wajah Gwen dengan kedua tangannya. Leon dapat melihat ketakutan di mata gadis itu dan seketika menyesal. Kenapa dia harus memperlihatkan kemarahannya pada Gwen. Seharusnya ia mengantar Gwen dulu baru melampiaskan kemarahannya pada Gea. Gea. Mengatakan nama itu saja sudah membuat darah Leon naik. Tadi dia sudah mencari Gwen kemana-kemana dan jujur saja Leon merasa khawatir. Dan ketika temannya Gwen mengatakan bahwa Gwen sedang ke toilet barulah Leon menyusul. Dari luar Leon sudah mendengar suara Gwen. Dan tanpa bisa di tahannya Leon membuka pintu itu. Darah Leon meninggi melihat Gwen. Bagaimana tidak. Seragam Gwen setengah basah dan siapa saja dapat melihat di balik seragam itu. Sangat kelihatan sekali.

Leon mengatur nafasnya. Jangan sampai ia lepas kendali seperti tadi. Ia tidak mau Gwen semakin menjauh darinya. Sudah cukup Gwen ketakutan melihatnya tadi. Jangan sampai Gwen merasa ketakutan lagi.

“ Ayo,kita pergi. Nanti aku suruh temannya itu jemput dia. Kamu jangan nangis lagi,ya? “ Leon mengangkat dagunya kearah Gea ketika menyebut dia.

Gwen mengerjapkan matanya. Air matanya jatuh dan langsung di hapus oleh Leon. Leon tersenyum lembut.

“ Kita pergi dari sini,ya? “

Gwen menatap Leon dan mengangguk lemah. Leon tersenyum lebar. Ia menggenggam tangan Gwen dan menuntunnya ke pintu. Namun Leon segera menghentikan langkahnya.

“ Bentar “ Leon melepas jaketnya dan menaruhnya di depan dada Gwen” Kamu pake itu.”

Gwen mengangguk dan langsung memakainya. Leon tersenyum geli melihat penampilan Gwen yang sedang membetulkan posisi jaketnya yang memang kebesaran di tubuhnya. Leon berdeham pelan.

“ Ayo.”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience