Pertemuan

Drama Completed 780

Leon membuang rokoknya dan menginjaknya. Leon melihat ke kiri dan ke kanan. Temannya belum datang. Mereka sebenarnya sudah janjian di lapangan sejak 10 menit yang lalu,namun sampai sekarang Leon menunggu belum terlihat batang hidungnya. Leon mengacak rambutnya dan menyenderkan badannya ke bangku.

“ Oi,sori,gua datang terlambat..”

Leon menoleh dan menatap tajam temannya itu “ Kenapa lu bisa datang terlambat? “

Zico nyengir lebar “ Tadi gua ngapel dulu ke kelas sepuluh..”

Leon mendengus dan membiarkan temannya itu duduk di sebelahnya. Zico menyalakan rokoknya dan menghembuskannya.

“ Kemana si Edo? “ tanya Leon dengan malas.

“ Biasa. Berantem dulu sama anak kelas sebelas.”

“ Masih belum kapok juga mereka? “

“ Belum. Malah makin jadi tiap hari.”

Leon menegakkan punggungnya “ Gimana soal Sisil? “

Zico melirik Leon dengan takut “ Lu beneran mau tahu beritanya? “

“ Ya “

“ Dia beneran pacaran sama Adi “

Leon melihat kakinya “ Lalu lu ada contact sama Ria? “

“ Ada. Katanya mereka sudah jalan bareng sejak lu putus hubungan dengan Sisil.”

Leon mendengus kasar “ Gua bahkan belum pacaran sama dia.”

“ Jadi gimana rencana lu selanjutnya? Ga mungkin lu serang mereka lagi,kan? Waktu itu lu berhasil sih,tapi berkat itu..“

“ Iya,gua tahu..”

“ Lalu? “

“ Gua akan lihat mereka dulu.”

Zico menghembuskan nafas panjang “ Kenapa lu ga lepasin dia aja sih? “

“ Karena gua sayang sama dia “

Zico terdiam sesaat dan ketika menjawabnya suaranya terdengar dari jauh “ Lalu gimana dengan adik lu? “

Leon menoleh “ Lu masih peduli sama adik gua? “

Zico terkejut mendengar nada suara dari Leon “ Maksud lu apa? “

“ Dia bilang lu udah ga sayang sama dia “ jawab Leon sambil mengangkat bahunya.

“ Dia salah paham “

“ Kalau begitu jelasin “

“ Lu ngomong enak “

Leon berdiri dari tempat duduknya dan memandang Zico dengan tatapan yang tajam “ Kalau lu cuma ngelukain adik gua,lebih baik lu pergi dari kehidupannya.”

Zico meneguk air ludahnya dan menatap tatapan tajam itu dengan takut. Leon pergi meninggalkan Zico sendirian di lapangan. Dia sudah sangat kesal sekarang. Dia harus pergi ke tempat dimana dia bisa menghibur diri.

Ketika ingin melangkah ke kelasnya,tiba-tiba dia menabrak siswi berkacamata. Leon menatapnya dengan marah. Siswi itu menatap dirinya dengan takut. Seketika Leon merasa terhibur dengan pandangan gadis ini. Entah kenapa dirinya ingin tertawa melihatnya. Namun ia menahannya. Gadis yang masih berseragam sekolah itu berdiri dan membungkukkan badannya.

“ Maaf,kak..”

Leon yang merasa ingin tertawa segera pergi melewati siswi itu. Gadis yang di tabraknya hanya melihat kepergian dari lelaki itu.

***

Gwen menatap pantulan dirinya di cermin. Kurasa sudah cukup bercermin,pikirnya. Dengan langkah tegas dia berjalan ke pintu depan wc. Ia harus kembali ke kelas. Jam pelajaran ketiga akan di mulai sebentar lagi. Dirinya tidak boleh ketinggalan pelajaran.

Gwen sangat berhati-hati dalam berjalan,namun sepertinya dirinya sangat tidak beruntung. Dia harus bertabrakan dengan seorang lelaki. Sepertinya dirinya adalah kakak kelas. Gwen meneguk air ludahnya untuk mengurangi kegugupan dirinya. Gwen sudah sangat gugup melihat pandangan tajam dari kakak kelas ini. Gwen sadar diri untuk menyadari kesalahannya. Ia berdiri dan membungkukkan badan.

“ Maaf,kak..”

Gwen memberanikan diri untuk menatap mata yang sedari tadi menatapnya dengan tajam. Namun sepertinya kali ini dirinya selamat. Lelaki itu sudah pergi meninggalkannya. Gwen menatap punggung lelaki itu dengan dahi berkerut.

Sepertinya dirinya pernah melihatnya entah dimana..

Sisil mendatangi kakaknya yang sedang membaca buku itu. Dengan langkah tergesa-gesa dia memeluk kakaknya itu dengan erat.

“ Kakak!!! “

Gwen mencoba melepaskan pelukan di lehernya itu “ Lepas..”

Sisil nyengir dengan lebar dan duduk di sebelah kakaknya itu “ Kak,aku senang sekali..”

“ Apa karena pacarmu itu? “

“ Hehehe,kakak tahu saja..”

Gwen menggelengkan kepalanya dengan raut pasrah “ Nanti ketahuan mama loh..”

“ Jangan bilang sama mama,awas ya kakak..” ancam Sisil dengan mengepalkan tangannya seolah ingin menonjok dirinya.

“ Oke,oke..gua pergi dulu ke kamar..”

“ Oke,kak..”

***

Gwen menatap dirinya di cermin. Ya,dia dan adiknya sangat berbeda. Sisil adalah gadis periang,cantik,dan rambutnya sedikit pirang,itu karena mengikuti warna rambut dari mamanya tercinta. Sedangkan dirinya berwarna hitam mengikuti papanya tercinta. Sungguh lucu jika membandingkan dia dengan adiknya itu. Adiknya sangat popular di kalangan para lelaki,sedangkan dirinya tidak terlalu popular di kalangan pria. Yang pria tahu bahwa dirinya adalah murid pintar dan bisa di manfaatkan untuk mengerjakan soal-soal ujian ketika sedang ulangan. Gwen sudah terbiasa dengan itu. Namun tetap saja dirinya merasa berbeda. Tidak menarik. Dan tidak cantik.

Gwen menghembuskan nafas dengan kesal dan berjalan menjauhi cermin. Dia memutuskan untuk belajar kali ini. Bukan karena ada ulangan. Tetapi karena dirinya sangat suka membaca buku. Apapun bukunya yang menurutnya menarik pasti dia akan baca.

Bunyi handphone membuatnya terkejut. Gwen mengambil handphone nya dan menjawab panggilan itu.

“ Ya? “

“ Gwen? Apakah kamu sudah bikin pr? “

Gwen langsung bangun dari duduknya “ Pr? Pr apa? “

Terdengar suara ketawa di ujung telepon “ Gua cuma bercanda..”

Gwen mendengus “ Lu ya..”

“ Oke,oke,gua minta maaf,jadi gimana lu lagi belajar? Kapan keluar lagi? “

Gwen menghela nafas “ Gua emang lagi belajar..kenapa emangnya? “

“ Ga keluar ? “

“ Lu ngajak gua? “

“ Engga “

“ Terus kenapa lu nelpon gua dan tanyain soal itu? “ kesal Gwen dengan suara berapi-api.

Orang itu tertawa keras “ Gua cuma bercanda,jangan marah,lagian kalau gua ajak lu juga ga pernah mau,iya kan? “

“ Iya. Emang gua ga mau.”

“ Nah itu tahu.”

Mereka terdiam sesaat. Dan terdengar suara berdeham dari ujung teleponnya. Gwen kembali focus dengan handphone nya.

“ Gimana sekolah lu? Bisa? “

“ Bisa.”

“ Temannya baik-baik,kan? “

“ Alah kaya biasa ajah..”

Suara tertawa terdengar kembali, “ Jadi gimana? Apakah semua masih aman? “

“ Aman.”

“ Hm,oke deh,gua tutup dulu. Besok mau gua jemput? “

“ Iya “

“ Oke,jangan tidur malam-malam,good night..”

Gwen mematikan handphone nya. Ia menghembuskan nafas panjang. Jantungnya berdebar-debar sejak menjawab handphone Dion. Dion adalah teman semasa kecilnya. Mereka cukup dekat. Bahkan banyak yang mengira bahwa mereka pacaran. Namun semua itu salah. Dion sudah memiliki pacar dan Gwen sendiri harus pindah sekolah dengannya. bukan untuk menghindarinya,namun lebih untuk tidak mau satu sekolah dengan adiknya sendiri. Ia tidak mau di bandingkan lagi dengan adiknya itu.

“ Semoga besok menjadi hari yang indah..amin..” gumam Gwen dengan pelan.

Leon sedang menatap kosong kearah lapangan. Di sebelahnya sudah ada Zico dan Edo. Hari ini ia sudah bolos pelajaran selama 2 kali. Dan itu membuat Leon merasa senang. Namun kesadarannya mulai pulih kembali ketika melihat sesosok yang membuatnya tidak bisa berhenti tertawa. Gadis berkacamata yang kemarin. Leon mengamati penampilan gadis itu. Sangat buruk.

“ Gwen,hati-hati!!!” seru teman-temannya itu.

Gwen langsung menoleh dan melihat bola basket sedang datang kearahnya. Dengan cepat Gwen menunduk.

BRRRRAAAAAAAKKKKKK!!!!

Gwen melihat guru olahraga sedang terjengkang di kursinya. Semua murid tertawa. Namun dirinya menahan tawanya dan menyadari kesialan berikutnya.

“ Gwen,kamu ambil semua bola ini. Sekarang juga! “

Gwen menghembuskan nafasnya dan menunduk pasrah. Sejak dulu dirinya dengan bola memang tidak bersahabat. Ketika ada pelajaran olahraga Gwen merasa paling bodoh. Dia tidak bisa apa-apa. Bermain bola apapun ia tidak bisa diandalkan.

Sementara itu Leon yang melihat kejadian itu hanya tertawa kecil. Melihat wajah gadis itu membuat hati Leon tergelitik. Tidak tahu dari mana perasaan ini,namun Leon sangat menikmatinya.

“ Lu lagi lihat apa? “ tanya Zico sambil mengikuti arah pandangan Leon.

“ Ga lihat apa-apa “ balas Leon.

“ Loh,itu kan..” tunjuk Edo kearah Gwen.

“ Apa? “ tanya Leon dengan tidak sabar.

“ Dia kakak dari Sisil “ jelas Edo.

“ Lu yakin? “ tanya Zico dengan wajah penasaran.

“ Iya. Gua pernah lihat dia serumah dengan Sisil. Dan Sisil mengakui bahwa dia adalah kakaknya.”

Seketika Leon mendapat ide. Dia tersenyum licik. Kali ini rencananya pasti akan berhasil. Leon percaya itu.
Gwen mengucek matanya berulang kali. Ia ingin memastikan bahwa dirinya tidak salah lihat. Kakak kelas yang ditabraknya waktu itu sedang melihatnya. Tentu saja,Gwen mengenalinya. Karena tatapan tajam itu membuat Gwen jadi salah tingkah dan ketakutan. Disebelahnya terdapat temannya yang sedang melihat kearah yang sama.

“ Gwen,kok Leon ngeliat lu mulu sih? “

Gwen menoleh “ Leon? Dia? “

“ Iya. Dia itu orang popular loh,tapi ya gitu..”

“ Ya gitu apanya? “

“ Banyak masalah. Suka tawuran.”

Gwen melihat sedotan di mejanya “ Hm,kayanya dia dendam sama gua deh..”

“ Hah? Kok bisa? “

Gwen mulai menjelaskan sejak awal dia bertemu dengan Leon. Temannya itu seketika menarik nafasnya.

“ Lu nabrak dia? “

“ Iya “

“ Wah,hati-hati,gua takut nanti lu ditandai ma dia “

Gwen melirik temannya “ Tandai apa? “

“ Dia itu sering kerjain adik kelas,ya,kaya kita ini lah..”

Gwen menarik nafasnya “ Oh..”

Mereka sama-sama sibuk dengan pikirannya sendiri. Sehingga tidak menyadari bahwa Leon sudah mendatangi tempat Gwen. Ketika Leon sudah duduk disampingnya barulah Gwen tercekat.

“ Hai..” sapa Leon dengan senyum ramah.

Gwen melirik temannya itu. Salah tingkah.

“ Kalian pesan apa nih? ” tanya Leon sambil melirik kearah makanan diatas meja.

Gwen menatap temannya. Dirinya bingung harus menjawab apa. Dan tanda besar mulai mendera di hatinya. Kenapa bisa seorang Leon tertarik untuk satu meja dengan mereka?

“ Kok ga jawab? “

“ Iya,kak? “ tanya Gwen dengan wajah takut.

Leon menatap Gwen dengan senyum di bibirnya “ Makan apa kamu? “

Gwen terkejut dengan nada lembut dari Leon. Ia bingung. Kenapa bisa jadi begini.

“ Kita makan siomay,kak..” jawab temannya.

Leon melirik sekilas kearah temannya itu,dan beralih kembali ke Gwen,” Kamu anak IPA-2,kan? “

“ Iya.” sahut Gwen pelan.

Leon mengangguk pelan “ Kalau gitu,kita beda jurusan,ya? “

“ Emang kakak IPS? “

“ Lebih tepatnya IPS-3 “

Gwen mengangguk. Dia melirik temannya yang duduk di depannya. Temannya masih menatap Gwen dengan wajah pasrah. Seolah mengatakan bahwa mereka harus berdiam dulu disini. Tanpa melakukan apa-apa.

“ Aku anter kamu ke kelas,boleh? “

Gwen terkejut “ Siapa kak? “

“ Kamu “

Gwen menatap Leon dengan takut dan melirik temannya lagi. Temannya sedang menggelengkan kepalanya.

“ Ga usah,kak..”

“ Ga papa. Yuk,udah mau bel masuk loh..”

Gwen melirik temannya. Namun tanpa peringatan apapun Leon langsung menarik tangan Gwen sehingga berdiri.

“ Yuk “ tarik Leon.

Gwen awalnya terkejut. Dia ingin melepaskan tangannya,namun sepertinya itu hal yang mustahil. Genggaman Leon sungguh erat. Sudah pasti Gwen tidak bisa melepasnya.

Seisi kelas mulai membicarakan soal Leon dan Gwen. Dan berulang kali juga Gwen berusaha menjelaskan kepada teman-temannya ini. Bahwa mereka salah paham. Gwen sama sekali tidak ada hubungannya dengan Leon. Tidak sama sekali.

Mery teman sebangku Gwen juga ikut bertanya dengan wajah terkejut,” Lu beneran pacaran sama kak Leon? “

Gwen menarik nafas “ Ga. Gua udah bilang berulang kali kalau gua ga pacaran sama dia.”

“ Tapi kok bisa lu jalan berdua? “ tanya Carla di depannya.

“ Ketemu di kantin. Gua juga ga tahu.”

“ Wah,kayanya dia suka sama lu deh..” sahut Windy.

“ Ga mungkin “ balas Gwen dengan wajah malas.

“ Kali aja. Jodoh kan ga ada yang tahu “ sahut Mery sambil menaikkan alis matanya.

“  Kalian semua..” Gwen menggelengkan kepalanya dengan wajah pusing. Kenapa dia harus terjebak dengan teman-teman yang seperti ini.

“ Yo,semua,ada mau pesen nasi uduk,kaga nih? “ teriak Ucup dari belakang.

“ Gua mau satu,Cup “ jawab Mery sambil mengangkat tangannya.

“ Yoi,ada lagi,kaga nih? “

“ Gua boleh pesen satu yang gratis ga? “ tanya Ivan di sebelah Ucup.

“ Boleh-boleh ajah,tapi sisa kemaren ya..”

Ivan hanya merengut saja mendengarnya. Dan mulai terdengar pesenan-pesenan dari teman-teman sekelasnya ini.

“ Kenapa sih lu orang pada mau makanan kampung gitu? “ cibir Gea dengan suara keras.

Sontak semua orang melihat kearah Gea dan Ucup. Ucup yang mendengarnya pun menjadi merah wajahnya. Namun Ucup memilih diam.

“ Gua pesen yang ada kerupuknya yang banyak,ya..”

Ucup melihat Gwen. Gwen memang sedang berdiri sehingga sangat mudah melihat wajahnya. Ucup yang melihat itu akhirnya nyengir lebar dan mengacungkan jempolnya.

“ Siap! “

Gea yang sedang memperhatikan Gwen pun menjadi kesal. Karena kejadian tadi dirinya merasa iri dengan Gwen. Apalagi bukan rahasia umum bahwa dia menyukai Leon sejak masih duduk di bangku SMP. Dan banyak yang tahu soal itu.

Gea melihat kepergian Gwen dengan marah. Kali ini dia tidak membiarkan siapapun untuk merebut Leon dari tangannya. Tidak lagi.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience