Janji Untuk Masa Depan Bersama

Drama Completed 780

Leon mengepulkan asap rokoknya. Entah sudah berapa bungkus rokok yang telah ia habiskan. Dirinya sungguh tidak peduli. Pikirannya sedang berkelana dengan kejadian-kejadian masa lalunya dan Gwen. Leon menghembuskan nafasnya dan menatap langit kota Jakarta. Zico memperhatikan Leon dan memutuskan mendatangi temannya itu. Ia menepuk bahu Leon.

“ Lu kenapa? “

Leon melirik sekilas “ Lu ngapain disini? “

“ Lu juga ngapain disini? “ balas Zico sambil membuka bungkus rokoknya.

Leon tidak menjawab.

“ Lu lagi ada masalah sama Gwen? “

Leon memalingkan muka “ Bukan urusan lu! “

“ Gua dengar dia lagi sakit “

Tubuh Leon menegang. Kabar ini sungguh baru baginya. Karena sudah 3 hari Leon tidak bertemu dengan Gwen. Seketika hati Leon berdenyut.

“ Kayanya cukup parah deh..”

Rahang Leon mengeras. Zico diam-diam memperhatikan ekspresi Leon dan seketika dirinya tertawa geli. Leon melirik.

“ Kenapa? “

“ Gua heran sama lu. Lu suka tapi lu nyakitin dia.”

Leon sangat mengerti ucapan itu. Dia memandangi rokoknya.

“ Dia mau pergi,kan? “

Leon menoleh dengan cepat “ Darimana lu tahu? “ tanyanya penuh curiga.

Zico mendengus geli “ Waktu lu bolos,Gwen nyariin lu,dia nangis loh waktu itu..”

Leon terdiam. Tangannya sudah terkepal begitu erat. Ia tidak bisa menahan hatinya lagi. Ia harus tahu keadaan gadis itu.

“ Dia cerita semuanya? “

“ Iya. Dia cerita kalau lu putusin dia. Dan dia juga pamit ma gua,dia mau pergi nemenin papanya ke Singapura.”

Leon terdiam. Ia menatap asap rokoknya dengan tatapan kosong.

“ Dia bilang dia suka sama lu “

Rahang Leon mengeras. Hatinya berdenyut sakit sekali. Leon mengingat wajah Gwen yang menangis dan tersenyum secara bersamaan. Tanpa bisa dicegah hatinya merindukan Gwen. Leon tertawa.

“ Lu kenapa? “

Leon tertawa namun ada air mata yang turun dari pipinya “ Gua udah nyakitin dia terus. Gua ga pantes buat dia. Gua emang orang brengsek.”

“ Mungkin lu benar. Tapi yang bisa mutusin lu ga baik adalah orang yang lu sayangi. Dialah yang bisa menilai perasaan lu. Jadi tidak ada kata terlambat buat perasaan seseorang.”

Leon mencerna perkataan Zico.

“ Jadi kejar dia,Le,sebelum semuanya terlambat..”

***

Leon mengetuk pintu dengan tidak sabar. Mata Leon terbalak kaget ketika yang membukakkan pintu adalah mamanya Gwen dan Sisil. Leon menunduk malu.

“ Maaf,tante..saya kesini untuk menengok Gwen..Gwennya ada,tante? “

Tante Wulan menilai penampilan Leon dari atas sampai bawah. Alisnya menyatu. Leon tetap menunduk tidak berani untuk menatap langsung. Akhirnya tante Wulan membuang nafas dan menggeser tubuhnya ke samping.

“ Gwen ada. Tadi lagi tidur,abis minum obat,kamu keatas aja,ada Sisil juga dan teman Gwen..”

Leon mengkerutkan kening. Temannya Gwen? Siapa?

Leon menunduk hormat dan tersenyum kaku. Ia melangkahkan kakinya kearah tangga dan menaikinya. Kamar Gwen terletak tepat didepan tangga sehingga ketika sudah sampai undakan terakhir kamar Gwen sudah terpampang di matanya. Leon membuka pintunya.

“ Oh,lu..” Edo tersenyum miring melihat Leon.

Leon tersentak kaget. Mulutnya tertutup rapat. Rahangnya mengeras. Edo berdiri dan pindah tempat duduk kearah sofa panjang yang berhadapan dengan ranjang. Leon mengepalkan tangannya.

“ Lu ga mau duduk? “ tanya Sisil dengan alis terangkat.

Leon seolah tersadar dan dia langsung menghampiri ranjang Gwen. Gwen masih duduk kaku diatas ranjang. Begitu Leon sudah berada di depannya,tanpa sadar Gwen menahan nafasnya. Gwen merasa jantungnya berdebar dengan kencang.

“ Aku dengar kamu sakit,keadaan kamu gimana? Udah sehat? “ tanya Leon sambil menatap Gwen lembut.

Gwen tersentak dan menunduk. Leon mengambil nafas dan membuangnya. Leon menatap Edo dengan tajam.

“ Bisa biarin gua ngomong sama Gwen? “

Edo membalas tatapan itu dengan wajah menantang “ Oh,mau ngapain? Bukannya lu udah putus? “

Leon sontak berdiri “ Lu sendiri ngapain disini? Dia masih cewe gua!! “ teriak Leon marah.

Edo menaikkan salah satu alisnya dan menoleh kearah Gwen. Leon mengikuti arah pandangan itu lalu dirinya menyesal. Gwen sedang menatap dirinya dengan wajah ketakutan dan seperti ingin menangis. Lagi-lagi hati Leon berdenyut sakit. Leon segera menghampiri Gwen.

“ Jangan mendekat!!! “ Gwen mengangkat kedua tangannya seperti ingin melindungi dirinya.

Leon terluka melihat perilaku Gwen. Ia menghela nafas dan mendekati Gwen semakin berani.

“ Aku seharusnya jelasin ke kamu alasan aku marah waktu itu. Bukan karena aku hanya maen-maen sama kamu,Gwen..aku beneran serius sama kamu,tetapi ketika kamu mutusin pergi dari aku,aku kembali mengingat kejadian saat papa aku pergi dari aku..aku pikir kamu akan seperti papa aku,maafin aku..” Leon berlutut sambil menunduk. Air matanya sudah turun dari pipinya.

Gwen melotot kaget lalu menghampiri Leon dan ikut berlutut di depannya. Gwen sungguh tidak tega melihat Leon seperti ini. Terlihat lemah di hadapannya. Bukan seperti Leon yang ia kenal.

“ Lalu kenapa kamu putusin aku? Kamu ga suka sama aku,kan kak? Jawab jujur sama aku,kak..kakak ga tahu kalau selama ini aku udah suka sama kakak,aku tahu aku ga cantik kaya adik aku,aku tahu aku ga menarik,aku tahu aku ini gelap sedangkan adik aku terang seperti malaikat,aku juga bukan orang..”

Leon segera memeluk gadis itu “ Aku ini beneran serius sama kamu,Gwen..kenapa kamu ga bisa lihat keseriusan aku? Aku cinta sama kamu..aku sayang kamu,bahkan aku merasa nyaman dan bahagia sama kamu melebihi gadis-gadis yang pernah aku deketin,bahkan sama adik kamu aja aku ga kaya gini,apa kamu tahu itu? rasanya ga enak,Gwen..benar-benar ga enak..”

Gwen terpaku mendengar perkataan Leon. Leon semaki erat memeluk Gwen dan menghirup dalam-dalam wangi dari rambut gadis itu. Wangi yang membuat dirinya rindu. Dan semakin jatuh cinta.

“ Kamu masih inget soal aku bilang bahwa aku akan mati jika kamu ninggalin aku? Aku rasa itu benar. Jiwa aku kosong,Gwen..kamu tahu kenapa? karena kamu. Karena kamu ga ada di samping aku. Hari-hari yang aku lewati terasa berat “ Leon menghela nafas dengan berat,” Aku benar-benar jatuh cinta sama kamu,Gwen..bukan sekedar cinta main-main,tetapi aku benar-benar serius sama kamu..”

Leon melepas Gwen dan menatapnya lembut “ Kamu mau nerima aku yang penuh kekurangan ini,yang selalu nyakitin kamu,yang hanya bisa buat kamu nangis karena aku,aku memang cowo brengsek,tapi aku mau berubah..aku mau jadi cowo yang pantas buat kamu,yang bisa membahagiakan kamu..apa kamu mau melihat perubahan aku di samping aku,Gwen? “

Hati Gwen berdesir. Hatinya menghangat. Dirinya merasa terharu mendengar perkataan Leon. Ia dapat melihat kesungguhan di mata lelaki itu. Gwen tersenyum dan memeluk leher Leon.

“ Iya. Aku mau.”

Leon merasa sangat bahagia. Bukan karena pelukan Gwen,tetapi karena gadis itu mau berada di sampingnya lagi dan menerimanya kembali di hidupnya. Leon membalas pelukan itu.

“ Kalau begini kita harus cepat-cepat nikah nih..” gumamnya pelan sehingga Edo maupun Sisil tidak dapat mendengarnya.

Gwen kaget dan ingin menarik tangannya dari leher Leon namun segera di tahan. Leon tertawa geli.

“ Setelah kamu balik kesini,kita harus nikah,Gwen,bisa-bisa jebol nanti..”

Gwen tersentak kaget. Pipinya sudah merona. Gwen mendengus kesal dan memukul bahu Leon dengan keras. Leon mengaduh namun tertawa keras.

Sisil melihat kejadian itu dengan wajah kaget dan merasa tidak percaya. Dia melirik Edo. Lelaki itu juga sama kagetnya dengan dirinya. Sisil menggelengkan kepalanya. Sungguh tidak dapat dipercaya. Seorang Leon bisa seperti ini. seharusnya Sisil merekam kejadian itu dan mengabadikannya. Itu bisa menjadi sejarah terbaru bagi Leon.

Sisil memandangi kakaknya dan Leon. Syukurlah,akhirnya mereka bisa bersama lagi. Sisil tersenyum senang.

Angin bertiup menerbangkan helaian rambut Gwen. Gadis itu sedang mengikuti langkah Leon. Tadi siang Leon mengajak dirinya untuk pergi ke suatu tempat. Gwen menatap depan dengan ragu. Ia menoleh Leon.

“ Kak,ngapain kita kesini? “ tanya Gwen begitu tiba di bukit. Di depannya sudah ada pohon besar yang tinggi menjulang diantara yang lain. Leon menghampiri pohon itu lalu memegangnya.

“ Dulu aku sering main kesini. waktu itu sibuk kerja,sehingga aku harus main kesini. Ga ada teman yang bisa diajak ngomong. Dan..tempat ini bisa dibilang sebagai tempat bersejarah bagi aku..”

Gwen menghampiri Leon dan menatapnya “ Apa itu? “

Leon tersenyum samar “ Disinilah tempat mama sama papa baikkan. Itulah waktu yang paling membahagiakan bagi aku.”

Gwen menggenggam tangan Leon “ Kakak ga usah merasa sendiri lagi,ada aku disini..”

Leon terkekeh geli “ Benar juga. Tapi kamu kan akan pergi..” balas Leon sambil membalas genggaman itu.

“ Maaf..”

“ Jangan minta maaf,kamu juga ga salah,justru disini cinta kita diuji,apa aku bisa nungguin kamu atau tidak.”

Gwen menaikkan salah satu alisnya “ Kakak mau ninggalin aku? “

“ Engga “

“ Terus? “

Leon memeluk Gwen “ Aku cinta kamu..”

“ Me too..”

Hati Leon menghangat. Ia menghembuskan nafasnya dan melepas pelukannya. Ia menatap Gwen dengan dalam.

“ Ketika kamu pulang,jangan lupakan tempat ini,Gwen..”

“ Iya “ Gwen merasa bingung “ Emang kenapa,kak? “

“ Karena aku akan nungguin kamu terus disini..”

Gwen melotot kaget “ Apa?! “ pekiknya keras.

Leon mengelus pipi Gwen lembut “ Aku akan nungguin kamu disini sampai kamu pulang..”

“ Serius? “

“ Iya.”

“ Sampai kapanpun? “

“ Iya “

“ Bahkan sampai ratusan tahun? “

“ Ya,jangan begitu juga..”

Gwen tertawa geli “ Kalau begitu ga nungguin dong..”

Leon merengut kesal “ Aku akan tetap nungguin kamu..sampai kapanpun,sampai maut memisahkan kita..”

Gwen mencubit pipi Leon dengan kesal “ Lebay! “

“ AHHH!!! “ teriak Leon kesakitan.

Gwen panik dan mengangkat wajah Leon dengan kedua tangannya “ Sakit,ya? “

Leon melihat mata Gwen dan tersenyum senang “ Kamu tahu ga kenapa aku bisa berpikiran aku suka sama adik kamu? “

Gwen bingung dengan arah pembicaraan Leon. Dia menatap Leon dengan bingung.

“ Adik kamu care sama aku. Waktu aku nangis,adik kamu hibur aku,disitulah aku merasa adik kamu itu malaikat,tetapi kayanya sekarang aku balik arah deh..”

Gwen mendengus keras “ Emang tol..”

Leon terkekeh geli “ Karena kamulah yang jadi malaikat buat aku sekarang. Kamulah cinta sejati aku.”

“ Terlalu dini bilang begitu..”

“ Kalau kamu balik,kita nikah,yuk? “

Gwen memukul kepala Leon dengan kesal “ Masih sekolah udah pikiran nikah aja.”

Leon menangkap tangan itu “ Kan aku udah mau lulus.”

“ Emang kakak pikir aku ga sekolah? “

“ Coba panggil aku Leon..”

“ Ogah “

“ Sekali aja..” Leon mengatupkan tangannya seperti sedang memohon. Gwen yang melihat itu menjadi tidak tega. Leon sangat mengerti dirinya bahwa ia mudah kasihan dengan orang lain. Apalagi memohon seperti ini. Baiklah,untuk sekali ini saja.

“ Leon..”

Hati Leon berdegup kencang. Entah kenapa Leon merasa senang dengan panggilan yang diucapkan oleh Gwen. Padahal banyak yang memanggil namanya itu,tetapi entah kenapa ketika Gwen memanggil namanya,Leon merasa suka dan ringan.

“ Aku cinta kamu..”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience