Rencana yang Jahat

Drama Completed 780

Leon menganggukkan kepalanya setelah memikirkan rencananya yang akan ia laksanakan hari ini. Memang sedikit jahat namun rencana ini setidaknya bisa membuat hatinya terasa lega dan senang. Leon menelpon Gwen. Satu kali tidak diangkat,dua kali masih tidak diangkat,dan ketiga kali baru diangkat oleh Gwen. Leon sudah merasa kesal ketika telepon nya tidak diangkat-angkat. Namun ia menarik nafas lega ketika Gwen sudah mengangkat teleponnya.

“ Hai..”

“ Oh,iya,kak? “

“ Kamu ada acara hari ini? “

Gwen terdiam sesaat “ Ga ada.”

“ Mau jalan,ga? “

“ Sekarang? “

“ Iya “

“ Ini kan udah jam 8,kak..”

“ Tenang aja,nanti jam 9 aku anter lagi,kok..”

Gwen terdengar menarik nafasnya “ Iya deh..”

“ Aku jemput..”

Leon menutup teleponnya dan tersenyum licik “ Salahin adik lu,Gwen..semua karena cinta gua ke adik lu..” gumamnya pelan.

***

Gwen menatap curiga ke gedung yang tak terpakai di depannya. Ia melihat Leon dengan alis terangkat dan menatap Leon dengan tatapan seolah bertanya. Leon tersenyum dan menuntun Gwen untuk masuk ke dalam.

“ Kak,kok kita kesini? “

Leon tersenyum “ Sebentar aja,kok..”

Gwen menatap Leon dengan tatapan aneh dan akhirnya menurut juga. Ketika tiba di gedung itu ternyata ada tiga 5 orang lelaki yang sepanteran dengan Leon. Gwen mulai berpikir kemungkinan yang ada.

“ Ini cewe lu,Le? “

“ Wah,cantik..”

“ Bening..”

“ Ini beneran bisa kita pegang-pegang,Le? “

“ Beruntung banget kita..”

5 orang itu mendekati Gwen. Leon sudah berjalan menjauhi Gwen. Gwen hanya menatap Leon yang berdiri jauh darinya dengan tatapan aneh lagi.

Satu orang menangkap tangan Gwen dan satu orang lagi menangkap tangan Gwen satunya.  Satu orang lagi berusaha untuk memeluk tubuh Gwen dari belakang. Sontak tubuh Gwen menegang.

“ Lepas!!! “

“ Lihat,ngelawan juga nih cewe..”

Gwen berusaha meronta. Namun satu orang yang memamg sedang memandanginya dari tadi tiba-tiba menarik baju Gwen dengan paksa. Gwen terkejut. Dengan marah Gwen menendang orang itu dan berusaha untuk memelintir orang yang sedang memegang tangannya. Gwen berusaha mengingat jurus-jurus bela diri yang pernah di pelajarinya dulu. Dan itu berhasil. Gwen berhasil melepas mereka bertiga. Dan Gwen memandang Leon dengan tatapan tajam.

Leon terkesiap. Dia sebenarnya tidak tega melihat Gwen seperti itu. Namun karena dia sudah merencanakannya sejak lama,dia harus melaksanakan rencananya ini. Jika mereka sudah keterlaluan tentunya Leon sendiri yang akan turun tangan.

Gwen menghampiri Leon dan menampar Leon dengan keras. Leon terkejut. Mata Gwen berkaca-kaca menatap Leon. Dan Leon bisa melihat tatapan terluka di mata gadis itu.

Gwen berlari meninggalkan Leon. Ketika sudah sadar barulah Leon menyadari bahwa Gwen sudah pergi meninggalkan tempat ini. Leon segera mengejar Gwen. Namun terlambat. Keberadaan Gwen seolah menghilang dari tempat itu. Leon segera mengambil motornya dan mencoba mencari Gwen di jalan.

 

***

“ Hei!! Tunggu!! “ teriak Edo sambil menarik tangan Gwen.

Gwen berusaha meronta “ Lepasss..” suaranya terdengar bergetar dan airmata sudah turun dari pipinya.

“ Hai,tenang dulu,ini aku Edo,kamu kenal? Kamu inget,kan? “

Gwen tidak menghiraukan perkataan Edo lagi,ia menunduk menahan tangisnya keluar. Namun gagal. Gwen menangis dengan keras.

Edo panik melihatnya dan memeluk Gwen dengan erat “ Ga papa,semua akan baik-baik saja. ada gua disini. Ga papa. Jangan nangis lagi. Aku mohon.”

Gwen masih menangis dengan keras. Edo semakin panik. Dia memegang kedua pipi Gwen dan menatap matanya.

“ Jangan nangis. Ada aku disini. Aku akan lindungi kamu. Jangan nangis.”

Gwen mengerjapkan matanya dan mencoba menatap Edo. Edo membalas tatapan itu dengan lembut dan tersenyum.

“  Aku anter kamu pulang,ya? “

Gwen menahan isaknya dan mengangguk pelan. Edo mengangguk dan menuntun Gwen ke mobilnya.

Sisil hendak mengambil minuman di kulkas dan dirinya terkejut melihat keadaan kakaknya sendiri. Apalagi dia terkejut ketika Edo yang mengantar. Sisil dan Edo sudah saling kenal sejak SD jadi tidak heran mereka saling sapa ataupun tersenyum satu sama lain.

Sisil berlari menghampiri kakaknya itu dan memegang kedua bahunya “ Kak,kakak kenapa? “ tanyanya panik.

Edo menyentuh bahu Sisil “ Kita bicarain nanti aja,Sil,biarin kakak kamu istirahat,mama kamu ada di rumah? “ tanya Edo pelan.

Sisil mengangguk cepat “ Iya. kebetulan mama ga ada.Aku akan anter kakak ke kamar. Kak,ayo kita ke kamar..”

Edo membiarkan Sisil membawa Gwen ke kamarnya. Sedangkan dirinya duduk sofa di ruang tamu. Edo menunggu Sisil. Kedua tangannya ia eratkan satu sama lain.

“ Jadi,kenapa kakak? “

Edo mendongak dan langsung berdiri “ Ini karena Leon.”

“ Apa? “ pekik Sisil

“ Leon berusaha untuk..”

Sisil menyipitkan matanya “ Untuk apa? “

Edo menghela nafas panjang “ Menghancurkan kakak lu.”

“ Apa? bagaimana mungkin..” wajah Sisil seketika terkejut dan memandang Edo dengan wajah menyesal “ Ini semua karena gua..”

Edo menatap Sisil dengan wajah serius “ Iya. Dia ingin kakak lu yang nanggung semuanya.”

Sisil berjalan mondar mandir “ Tapi tidak bisa dipercaya..kenapa? dia..tega banget..”

“ Leon emang orangnya begitu. Emang lu ga tahu dia kaya apa? “

Sisil mendengus tidak percaya “ Gila. Dia benar-benar..sungguh gila! “

“ Sekarang lebih baik lu selesaikan urusan lu dengan Leon. Jangan sampai kakak lu yang menderita.”

Sisil membuang nafasnya dan berhenti melangkah lalu menatap Edo “ Gua udah putus dengan Adi “ katanya dengan suara bergetar.

“ Sudah gua duga “ Edo nyengir lebar.

Sisil cemberut “ Maksud lu apa? ”

“ Lu sama Leon sama. Lebih baik kalian bersama saja. Lu masih cinta sama Leon,kan? “

Sisil tiba-tiba menunduk “ Gua..ga tahu..”

“ Kalau cinta maka bilang cinta..jangan sampe menyesal..”

Sisil tertawa pelan dan menatap Edo dengan tatapan menghina “ Lalu bagaimana dengan diri lu sendiri? “

Edo terkejut “ Kenapa sama gua? “

“ Lu jatuh cinta dengan kakak gua sejak lama,kan? “

Edo salah tingkah “ Gua ga ngerti apa yang lu omongin..”

“ Lu pasti tahu.”

“ Gua pulang dulu. Besok gua kesini lagi.” Edo berusaha untuk keluar dan menuju pintu,tetapi langkahnya langsung terhenti ketika mendengar kalimat Sisil selanjutnya,

“ Lu lebih baik bilang secepatnya,nanti kakak gua keburu laku lagi! “

Edo mendengus keras mendengarnya. Ia menutup pintu dengan keras. Seharusnya dirinya tidak bilang perasaannya kepada adiknya itu. jika tidak Sisil tidak akan tahu. Inilah akibatnya kalau mulut tidak bisa dijaga. Semua menjadi bukan rahasia lagi.

Gua pasti lindungi lu,Wen..itu pasti..dan kali ini gua ga mau lu jauh lagi dari gua,batin Edo dalam hati.

***

Edo menghampiri Leon yang sedang duduk di kelasnya dnegan tatapan kosong. Edo menarik kerah baju Leon. Kebetulan hari ini kelas mereka ada jam olahraga. Tepat di jam ini.

“ Kenapa lu tega banget sama Gwen?! “ teriak Edo sambil menarik kerah itu semakin kuat.

Leon menatap Edo dengan sedih “ Lu yang anter dia pulang? “

Edo menatap Leon dengan tatapan tidak percaya “ Lu emang cowo banci! “ Edo memukul perut Leon dan melempar tubuh Leon ke lantai.

Leon mengaduh kesakitan dan memegang perutnya. Dia melihat Edo dengan matanya yang menyipit.

“ Kenapa lu nyakitin dia,Le? Gua udah bilang sama lu jangan sakitin dia,kan? “

Leon berusaha berdiri namun Edo menahannya dengan tubuhnya “ Lu mau apa? kenapa lu korbanin orang yang sama sekali ga tahu apa-apa soal lu sama Sisil? Lu salah,Le! “

Leon membiarkan tubuhnya ditindih oleh Edo. Ia mengaku bahwa dirinya salah. Seharusnya ia tidak boleh melakukan itu. Semalaman dirinya berusaha untuk menghubungi handphone Gwen namun tidak satupun diangkat atau di balas. Leon sudah hampir putus asa. Dan akhirnya ia menghubungi Sisil dan dirinya baru bisa bernafas lega ketika mendengar Gwen sudah sampai rumah. Dan Sisil juga memberitahu bahwa Edolah yang mengantar Gwen ke rumah. Ia sangat berterimakasih kepada Edo.

Leon memandang Edo dengan wajah sedih “ Gua salah. Gua ngaku gua salah,Do..”

Edo tertawa meremehkan “ Lu ngaku salah? Lu baru tahu lu salah? Darimana aja lu kemarin-kemarin? Lu lakuin rencana itu sungguh jahat,Le,gila lu! “

“ Gua mau minta maaf sama Gwen,Do..”

“ Ga usah! Ga perlu lu nemuin dia! Lu putusin dia,Le,Sisil juga udah putus dari Adi,bukannya lu mau Sisil balik sama lu? Lu balik mending sama Sisil. Jangan ganggu Gwen lagi,Le! “

Leon terkejut “ Sisil udah putus dari Adi? “

Edo mendengus dan berdiri “ Putusin dia,Le,lu bisa dapetin Sisil lagi,jadi jangan korbanin orang yang ga salah lagi,Le..”

Leon terdiam dan membiarkan temannya itu pergi. Dirinya masih terbaring di lantai. Dia mengangkat satu tangannya dan di letakkan diatas kepala. Dia memejamkan matanya. Bukankah berita itu bagus? Lalu kenapa hatinya bimbang. Ada apa dengan dirinya ini. Leon menghembuskan nafasnya dan menatap langit-langit kelas.

Seketika dirinya ingin tertawa namun tidak bisa. Bayangan Gwen yang menangis masih terbayang di otaknya. Rasa bersalah masih menyelimuti dirinya. Seolah sedang berperang dengan dirinya sendiri akhirnya ia memutuskan untuk ke rumah Gwen hari ini.

Leon segera berdiri dan mengambil tasnya lalu berjalan kearah pintu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience