Menguji Cintanya

Drama Completed 780

Sudah beberapa hari ini Leon terlihat menghindarinya. Jika bertemu dengan dirinya selalu melihat kearah lain. Gwen berusaha untuk tidak memikirkannya,tetapi tetap saja masih ada yang lolos dari pikirannya. Saat ini Gwen sedang berada di kelas bersama dengan temannya. Mery. Dia sedang sakit dan dirinya menawarkan untuk menemani temannya itu. Karena bukan hanya untuk menemani temannya saja,tetapi untuk menghindar dari pelajaran olahraga.

Gwen tersenyum senang. Ia sedang membalas pesan dari Adi. Akhir-akhir ini Adi sering menghubunginya lewat chat atau nelpon. Aneh. Entah apa yang sedang dipikirkan cowo itu. Gwen sunggu pusing jika memikirkan soal cowo. Mahluk yang paling sulit dimengerti.

Adi dan dirinya memiliki umur yang sama. Dan berada di jurusan yang sama. Sebenarnya adiknya juga berada di jurusan IPA sama seperti Adi,namun berbeda tingkatan. Selama mengenal cowo itu,Gwen dapat menyimpulkan bahwa dirinya dengan Adi memiliki sikap yang sama. Gwen senang jika ada orang yang memiliki kegilaan yang sama persis dengan dirinya. Gila dalam belajar,gila dalam membaca,ataupun gila dalam berpikir.

Satu jalur dan satu frekuensi yang sama. Sebenarnya bukan hanya Adi yang sering menghubunginya. Tetapi kak Edo juga sering menghubunginya. Itu membuat Gwen terheran-heran. Sebenarnya ada apa dengan mereka ini. Kadang ada juga chat dari adik kelas atau kakak kelas,tapi Gwen berusaha untuk tidak mengubrisnya. Kadang ada juga yang menyapanya tanpa Gwen tahu orangnya siapa. Alias tidak kenal. Gwen hanya dapat menggelengkan kepalanya dengan heran.

Ia meringis melihat foto Leon bersama dengan cewe lain. Lagi-lagi foto ini. Sudah sering dirinya mendapat foto seperti ini. Sebenarnya bukan dari personal pribadi,tetapi dari grup. Semua foto itu disebarkan di grup. Tentu saja semua dari Windy. Gwen tertawa melihat keributan di grup chatnya.
“ Lu kenapa,Wen? “ tanya Mery dengan suara serak.

Gwen menoleh “ Ini,ada info dari grup. Pada ribut. Lucu.”

Mery berdeham dan melihat handhphonenya. Alisnya terangkat naik melihatnya.

“ Gila. Dia benar-benar playboy banget ” pekik Mery dengan suara tinggi.

Gwen terkekeh pelan “ Iya,ya..”

“ Adik lu tahu ga nih? “

“ Mm,gua juga ga tahu “

“ Wah,gila,bisa ngamuk adik lu lihat ini.”

Alis Gwen mengkerut “ Sepertinya iya..”

“ Gua juga denger dari orang katanya Leon jalan sama cewe kelas 10. Mereka di wc,loh..lama lagi..katanya mereka ciuman di wc..”

“ Tahu dari mana? “

“ Ada yang lihat “

Gwen terdiam.

Mery mengamati wajah Gwen “ Lu udah ga suka sama dia,kan? “

“ Bohong kalau engga..”

Mery membuang nafasnya “ Lu harus bisa lepasin dia. Jangan harepin dia lagi,Wen,bisa sakit hati,loh..”

“ Iya,gua tahu..”

Mery terdiam. Ia seperti sedang berpikir tentang sesuatu. Gwen yang melihat wajah Mery memilih diam dan menunggu.

“ Kok gua perhatiin dia menghindar dari lu,ya..”

“ Mm,kayanya..”

“ Tapi bagus sih dia ngehindarin lu,tapi gua pernah lihat dia ngeliatin lu terus,loh..aneh..”

“ Masa? “

“ Iya. waktu di kantin,pas lu jalan,sama pas lu olahraga “

Gwen terduduk kaku “ Pas olahraga? “

“ Iya. apalagi pas lu lagi ngejar bola,disitu gua lihat kak Leon ketawa. “

“ Mungkin aja dia lihat yang lain “

Mery nampak berpikir “ Ga,kok..benar dia lihat lu,gua yakin..”

Gwen terdiam.

Mery mencodongkan wajahnya untuk mendekat “ Lu udah putus hubungan sama kak Leon,kan? “

“ Udah “ jawab Gwen dengan anggukan kepala.

“ Jangan mau sama dia lagi,Wen..lu harus pikirin adik lu..”

“ Iya,gua tahu..”

“ Jadi sekarang lu deket sama siapa nih? “

“ Ga ada “

Mery menyenggol lengan Gwen “ Jangan bohong. Lu akhir-akhir ini dekat sama kak Edo,kan? Gua lihat kak Edo kayanya suka sama lu deh..”

“ Ga ah,ga mungkin..”

“ Ga ada yang tahu kedepannya gimana..” gumam Mery pelan.

***

Leon bingung dengan dirinya sendiri. Lagi-lagi ia berdiri di tempat yang sama. Di balkon depan kelasnya. Ia sedang mengamati kelas IPA-2 sedang olahraga. Mata Leon terfokus pada seorang gadis yang sedang melimpir ke pinggir lapangan. Gadis itu menguncir rambutnya dengan asal dan itu membuat dirinya semakin menarik. Leon mengerutkan kening.

“ Lu lagi liat apa? “ tanya Zico di sebelahnya.

Leon melirik Zico dengan tatapan sinis “ Ngapain lu disini? “

Zico nyengir lebar “ Emang ga boleh? “

Leon mendengus dan kembali menatap pemandangan di depannya. Zico mengikuti arah pandangan Leon dan tersenyum tipis.

“ Lu liat atas sekolah? Emang menarik? Mending liat Gwen aja,Le..kelas dia lagi olahraga loh..tuh dia lagi duduk..” Zico menunjuk bawahnya karena kelas mereka berada di lantai 3.

“ Gua udah tahu “

“ Oh,udah tahu..” Zico menaik turunkan alisnya dengan senyum liciknya.

Leon terdiam menyadari bahwa dirinya sudah kelepasan berbicara. Bodoh,runtuknya dalam hati.

“ Gua dapat nomornya Gwen,dia ternyata baik,dan perhatian loh..”

“ Oh..”

“ Gua juga mau ngajak dia pergi. Lu inget ulang tahun Ellen,kan? Nah,gua mau ngajak dia nanti.”

Leon mengatupkan rahangnya.

“ Lu ajak Sisil,kan? Nah gua ajak kakaknya..” Zico sengaja menekan kata kakaknya dengan suara keras.

Leon merasa dirinya ingin meledak dan langsung berdiri. Ia menatap tajam Zico tanpa berkata-kata.

“ Kenapa? lu cemburu? “ balas Zico.

Leon mendengus “ Mimpi! “

“ Kalau gitu,ya udah,gua deketin dia ya,Le..gua kayanya suka sama mantan lu itu..Bye..” Zico ikut berdiri dan berjalan membelakangi Leon.

Leon lagi-lagi melakukan kegiatan yang sama. Ia sedang mengamati Gwen berolahraga. Jika melihat gadis itu menggerakkan badan rasanya Leon ingin tertawa. Semuanya. Gerakkannya,wajahnya,ekpresinya,dan tatapan frustasi itu membuat Leon tidak tahan untuk melihat ekspresi lain dari Gwen.

Leon mengamati Gwen yang sedang menghindari bola volley yang sedang terbang kearahnya. Ketika menghindar ternyata temannya yang berada di belakangnya terkena bola itu. Alhasil temannya itu menangis dan ekspresi Gwen menampilkan wajah ngeri. Temannya mimisin. Gwen berusaha meminta maaf kepada temannya itu,tetapi teman-teman yang lain berusaha menjauhkan Gwen dari temannya itu. Gwen menampakkan wajah frustasi. Wow. Menurut Leon ekspresi itu sangat baru baginya. Lagi-lagi hatinya bergetar melihat wajah Gwen.

Di hari yang sama pula Leon juga mengamati Gwen yang sedang makan. Dan lagi-lagi dirinya harus menahan tawanya keluar. Sekarang Gwen sedang memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya dalam jumlah yang besar. Sepertinya dia sedang lapar sekali,pikir Leon dalam hati.

Kegiatannya harus berhenti ketika teman sebangku Gwen mendapati dirinya yang sedang menatap temannya itu. Leon segera memalingkan muka dan berpura-pura sibuk dengan minumannya. Sesekali Leon melirik dari ekor matanya. Teman sebangku Gwen masih menatap dirinya. Ia bisa merasakan tatapan itu. Leon berdehem dan meninggalkan kantin dengan gugup.

Leon merasa dirinya bodoh. Leon sudah memutuskan untuk menghindari Gwen dan berjanji pada dirinya untuk setia. Ia sangat suka kepada Sisil. Itu terbukti ketika ia menunggu selama 5 tahun untuk mendapatkan cinta dari Sisil dan sekarang ia sudah mendapatkan hati Sisil lalu kenapa dirinya malah memikirkan soal lain. Seolah hatinya ini terbagi dua. Ini sunggu buruk buat hatinya.

Leon mendesah pelan dan menatap murid-murid kelas IPS-3. Banyak yang meliriknya,namun Leon tidak mengacuhkannya. Leon membalikkan badan dan mencoba mengalihkan perhatiannya kepada lapangan yang berada di bawah. Pelan-pelan Leon menutup matanya dan merasakan angin yang berhembus melewati wajahnya.

“ Kak Stephen,kakak bawa pesanan Carla,engga? “

Leon segera membuka matanya dan membalikkan badan. Matanya meloto lebar. Gwen sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya.

“ Oh,kamu teman Carla? “

“ Iya. Carla lagi ada urusan sama guru. Dia suruh nitip ke aku aja katanya.”

“ Oh,bentar ya..” Stephen kembali ke kelasnya dan muncul kembali dengan membawa kado berukuran besar.

“ Ya udah,aku balik dulu ya,kak,makasih,kak..”

Gwen melewati Leon. Seketika Leon menahan nafasnya dan menatap Gwen sampai Gwen belok kearah tangga.

***

Leon mengajak adik kelas untuk ke wc. Adik kelas yang ia bawa adalah cewe yang menyatakan suka kepadanya dan dengan berani mengungkapkan perasaannya di depan teman-teman sekelasnya. Menurut perkenalannya tadi,adik kelas itu bernama Putri. Leon mengunci tubuh Putri dengan kedua tangannya.

“ Lu bilang lu suka sama gua,kan? “

Putri mengangguk cepat “ Iya “

“ Kalau gitu coba cium gua “

Putri terkejut “ A-a-pa? “ tanya Putri dengan takut.

“ Cium bibir gua “

Putri mengedarkan matanya kesegala arah. Putri ketakutan.

Leon tersenyum licik “ Kalau lu ga mau ciuman,berarti lu ga suka sama gua.”

Putri terpekik kaget ketika wajah Leon mendekat “ Kak,kakak mau ngapain? “

“ Sssttt,diamlah,coba lu meremin mata lu,gua jamin cuma sebentar doang..”

Putri menahan nafasnya dan menutup matanya. Leon mendekat dan mendaratkan bibirnya dengan tepat. Leon berusaha merasakan bibir itu dengan segenap hatinya. Namun segalanya terasa berbeda. Leon memundurkan wajahnya.

“ Lu jangan sekali-kali deketin gua lagi. Karena gua ga suka sama lu. Ngerti? “

Putri terkejut “ Kak,ka-kakak udah punya pacar? “ tatap Putri dengan gemeter.

“ Iya. “

“ Lalu kenapa kakak cium aku? “ tuntut Putri dengan berani.

“ Lu berani juga,ya? Oke,kalau begitu..” Leon tersenyum licik dan menarik tangan Putri lalu membisikkan tepat di telinganya “ Jangan main-main sama gua. Gua bisa bertindak kejam sama adik kelas. Inget itu.”

Leon melepas Putri dan membalikkan badan. Putri menahan tangisnya untuk keluar. Putri merasa malu dengan tingkahnya,namun Putri harus pantang mundur untuk mendapatkan Leon. Dengan langkah cepat Putri menahan tangan Leon.

“ Lalu kenapa kakak cium aku? “

Leon tersenyum dan membalikkan badan “ Gua cuma mau memastikan diri gua sendiri. Antara lu sama dia apakah beda atau tidak. “

“ Dia? “

“ Ya. Pacar gua.”

Putri melotot “ Ka-kakak udah punya pacar? “

“ Ya “

Putri melepas tangan Leon. Lututnya terasa lemas. Dengan wajah sedih Putri jatuh ke lantai.

***

Sisil membulatkan matanya dengan terkejut “ Apa? kamu bilang apa tadi? “

Leon dengan santai menatap Sisil “ Ayo,kita ciuman.”

Sisil melongo dan langsung memukul bahu Leon “ Kamu. Kenapa sih? Gila.”

Leon menahan tangan Sisil “ Aku serius. Kalau kita saling mencintai tidak ada masalah,kan? “

“ Tapi ga boleh. Kita aja belum nikah.”

“ Jaman sekarang banyak orang yang melakukan hal semacam ini tanpa merasa berdosa. Jadi buat apa kamu mikirin itu.”

Sisil mendengus tidak percaya “ Gila. Aku ga mau. Udah sana pulang. Aku risih tahu.”

“ Cuma bentar doang,aku mohon..”

Sisil menaikkan alisnya “ Kenapa? emang kenapa harus ciuman? Apa kamu lagi taruhan sama teman kamu? “

Leon menggelengkan kepalanya “ Engga. Engga ada hubungannya sama teman aku. Kalau kamu ga mau,biarin aku cium kamu aja. Kamu cukup merem aja.”

“ Cium bibir doang,kan? ”

“ Emang kamu mau aku cium apa lagi? “

Sisil mendengus keras “ Enak aja. Jangan sembarangan.”

Leon terkekeh pelan “ Iya. Cuma cium bibir doang. Aku aja yang cium kamu. Kamu tinggal merem. Kalau aku kelewatan kamu bisa pukul aku.”

Sisil masih ragu tetapi melihat kesungguhan Leon akhirnya Sisil mengangguk juga. Dirinya setuju jika itu hanya sebatas cium bibir.

Wajah Leon mendekat dan sontak Sisil menutup matanya. Sisil dapat merasakan bibirnya di cium oleh Leon. Sisil mendadak kaku. Leon merasakan bahwa jantungnya berdebar ketika mencium Sisil. Dan Leon bernafas lega ketika menyadari bahwa hatinya masih ada untuk Sisil. Namun ketika merasakan bibir itu,Leon tidak dapat merasakan apa-apa lagi. Jantungnya memang berdebar kencang namun untuk sementara. Jantungnya kembali berdebar normal.

Leon memundurkan wajahnya dan mengamati bibir Sisil. Dan ketika mendongak ia terkejut. Gwen sedang berdiri memandangi dirinya dengan Sisil. Rasa bersalah kembali melanda dirinya. Gwen tersenyum kearahnya. Dan seketika tempat Leon berdiri seolah luluh lantak. Ia tidak tahu tempat ia berdiri kembali. Wajah gadis itu terlihat sedih. Leon sungguh menyesal telah menyakiti gadis itu. Seharusnya ia tidak pernah melakukan rencana itu. Membuat Gwen menjauh darinya. Dan membuat Gwen menangis. Leon meringis pahit. Lagi-lagi perasaan ini muncul.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience