Cemburu

Drama Completed 780

Angin tiba-tiba menerbangkan kertas yang dipegang oleh Gwen. Gwen berusaha untuk menangkap kertas itu dan ketika tangannya ingin meraih kertas yang berada di depannya tiba-tiba ada tangan yang ikut meraihnya. Tangannya seketika bersentuhan dengan tangan itu. Gwen mendongak untuk melihat siapa orang yang ikut membantunya. Kak Leon?

“ Ini. tadi gua lihat lu lagi kerepotan.” Leon menyerahkan beberapa lembar kertas yang tadi sudah di terbangkan oleh angina.

Gwen mengambilnya “ Makasih,kak..”

Leon membungkuk untuk mengambil kertas yang berada di bawah. Ketika mengambilnya ternyata Gwen juga tengah membungkuk. Wajahnya dengan wajah Gwen berdekatan. Dan Leon kembali mengingat kejadian ciuman waktu itu. Hatinya kembali berdesir.

“ Oh,makasih,kak..” Gwen segera sadar dan memundurkan tubuhnya.

“ Hm,ga papa..” Leon berdeham dan terlihat salah tingkah.

“ Kalau begitu saya permisi dulu.”

Leon menahan tangan Gwen “ Tunggu! “

Gwen tersentak dan membalikkan badan menghadap Leon “ Kenapa,kak? “

Leon menatap lurus-lurus kearah Gwen “ Nanti lu pulang sama siapa? “

“ Sendiri “ jawab Gwen kaget.

“ Mau pulang bareng,engga? “

Gwen menatap Leon dengan tatapan aneh “ Kenapa? “

Leon menganggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebenarnya dirinya juga tidak tahu kenapa ia meminta Gwen untuk pulang bersamanya. Yang ia tahu ketika melihat Gwen pergi,hatinya seolah tidak ikhlas melihat Gwen meninggalkannya. Perasaan ini pernah ia alami ketika dirinya masih berpacaran dengan Gwen dulu. Dan sekarang ia alami lagi. Dan perasaannya jauh lebih kuat dari sebelumnya.

“ Kenapa,kak? “ tanya Gwen sambil memperhatikan Leon,” Apa kakak lagi berantem sama Sisil? “ tanyanya lagi.

Leon tersadar dari lamunannya dan tersenyum “ Engga. Gua cuma bingung aja.”

“ Bingung? “

“ Gua ga tahu kenapa sama diri gua sendiri “

Gwen terlihat bingung “ Kenapa emangnya? “

Leon menatap Gwen dengan tatapan yang sulit diartikan “ Mungkin karena ada seseorang yang menganggu pikiran gua.”

“ Oh..”

“ Lu masih inget sama warung makan yang waktu itu? “

“ Inget “

“ Mau kesana? “

Gwen terlihat ragu. Dan Leon segera menjelaskannya.

“ Bu Anna nyariin lu. Lu mau ikut,kan? “

Gwen akhirnya mendesah “ Iya deh..”

Entah kenapa Leon merasa senang. Akhirnya ia bisa bersama lagi dengan Gwen. Membayangkan dirinya bersama dengan Gwen saja sudah membuatnya senang apalagi jika menghabiskan waktunya bersama dengan Gwen lagi. Pasti bisa membuat dirinya berteriak saking senangnya.

“ Kak? Kakak kenapa? “ tanya Gwen dengan wajah cemas sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Leon.

Leon mengambil tangan itu dan langsung menariknya “ Ayo,kalau terlalu siang bisa macet.” Leon tidak memperdulikan keberatan Gwen ketika dirinya berusaha menggenggam tangan itu. Leon merasa dirinya sudah melakukan hal yang benar.

***

“ Sudah kuduga kalian pasti akan datang bersama hari ini..” tukas Bu Anna dengan wajah berseri.

Gwen duduk di samping Leon dan mengambil sumpit. Bu Anna duduk di depannya dan tersenyum lebar.

“ Apa kalian tidak memperhatikan wajah kalian berdua? “

Leon melirik Gwen. Bu Anna nampak gembira sekali.

“ Kalian berdua sama. Mirip.”

Gwen tersedak. Leon langsung mengambil minuman kepada Gwen dan Gwen langsung meminumnya.

“ Kalian sweet banget…” puji bu Anna.

Gwen melihat bu Anna dengan tatapan tidak suka. Walaupun bu Anna terlihat tidak menyadarinya.

“ Sudah,jangan kamu ganggu mereka. Mereka lagi makan. Kamu mau mereka tersedak karena perkataanmu itu? mereka sangat terganggu denganmu disana.”

Bu Anna jengkel “ Mas,kenapa kamu ngomong begitu? “ ditatapnya pak Heri dengan wajah kesal.

Pak Heri mengepulkan asap rokoknya “ Biarin mereka makan dulu. Nanti setelah mereka selesai baru kamu ngomong. “

Bu Anna terlihat masih ingin membalas perkataan suaminya itu namun langsung di potong oleh pak Heri, “ Ada telepon buat kamu..”

“ Siapa? “

“ Ga tahu. Dia nyariin kamu tuh.”

Bu Anna langsung berlari ke kamar. Pak Heri menatap Leon lurus-lurus. Leon langsung berdeham dan berusaha untuk tidak menghiraukan tatapan itu.

“ Kalian masih pacaran? “

Leon dan Gwen terkejut. Mereka sontak saling berpandangan. Gwen menunggu Leon untuk menjawab pertanyaan itu.  

“ Kalian bukan benar-benar pacaran,kan? “ tanya pak Heri dengan tatapan yang sulit diartikan.

Gwen menyerngit mendengar pertanyaan itu. Jika di bilang tidak pacaran,ya pasti pacaran. Tidak mungkin mereka cuma acting atau kontrak pacaran. Kaya orang yang kurang kerjaan aja,pikir Gwen dengan kesal.

“ Kami beneran pacaran kok,om..” jawab Leon sambil membalas tatapan pak Heri.

“ Kalau begitu coba kamu cium pacar kamu “ sahut pak Heri enteng.

Leon terkejut. Dia menoleh kearah Gwen. Gwen juga terlihat terkejut. Apa-apaan ini? pikir Gwen.

“ Kalau orang pacaran biasanya ada cium pipi kiri dan pipi kanan. Coba kamu lakukan itu. katanya kalian beneran pacaran.”

Gwen melongo tidak percaya. Gila! Pekik Gwen dalam hati.

Leon menatap tajam pak Heri dan langsung menghembuskan nafasnya. Leon menutup matanya seolah sedang berpikir dan membuka matanya kembali setelah selesai berpikir. Leon menoleh kearah Gwen. Gwen tidak melihat kearahnya dan Leon merengut kesal lalu dia menarik tangan gadis itu dan mencium pipi kanannya. Gwen terduduk kaget. Matanya melotot lebar.

“ Mm,boleh juga..baiklah,kalian makanlah dulu,om mau kedalam dulu. Mau masak lagi.” Pak Heri berdiri dan mulai berjalan kearah pintu.

“ Kak..kok kakak main cium-cium begitu sih? “ kesal Gwen.

“ Mm..”

Gwen mendengus kesal dan langsung berdiri. Leon tersentak kaget “ Kamu mau kemana? “

“ Hah? Kamu? Perasaan tadi kakak pake bahasa gua lu deh..”

Leon menyadari itu dan langsung nyengir “ Spontan. Jadi kamu mau kemana? “

Gwen sudah pusing dengan tingkah laku Leon. Dia menggelengkan kepalanya untuk menepis tentang Leon. Jangan lagi ada Leon di pikirannya. Jangan lagi. Gwen mendengus kesal dan langsung ke toilet yang berada di sebelah kamar dan di samping dapur.

Leon menatap punggung Gwen dengan alis terangkat naik. Tanpa di sadari oleh Gwen,ketika Leon mencium pipi Gwen,hatinya benar-benar berdebar kencang seolah ingin melompat dari tubuhnya. Sebenarnya bukan hal pertama bagi Leon jika mencium pipi seorang gadis. Ia pernah melakukannya bersama gadis lain di luar sana. Tapi hanya sebatas cium pipi atau kening. Selebihnya ia tidak pernah melakukan apapun. Makanya ketika Gwen mencium bibirnya itu adalah ciuman pertama baginya. Ia sampai tidak bisa tidur mengingat kejadian itu.

Leon menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Pikirannya sudah gila lagi. Dia harus menghentikan pikirannya untuk tidak mengingat soal Gwen lagi. Jika berkaitan dengan Gwen entah kenapa dirinya bisa kacau. Leon sungguh bingung dengan dirinya sendiri.
Gwen terkejut ketika bu Anna datang dan berdiri di sampingnya. Ia sedang berada di toilet dan sedang melihat dirinya di cermin besar. Bu Anna tersenyum kepadanya.

“ Leon anak yang baik “

Gwen tersenyum kaku.

“ Kamu harus merubah dia. Dia jadi anak bandel ketika ayahnya meninggal. Dan ibunya memutuskan untuk menikah lagi. Pemikiran Leon soal cinta agak berbeda dari orang banyak.”

Gwen mengibaskan tangannya untuk menghilangkan air di tanganya.

“ Ibu sangat lega ketika melihat kamu. Kamu anak yang baik. Dan ibu merasa bahwa kamu bisa merubah anak itu ke jalan yang benar lagi. Dulu dia tidak begitu. Dia anak yang lucu,perhatian,baik,dan peduli kepada kelilingnya. Setahu ibu,dulu Leon pernah suka sama cewe. Tapi ibu rasa kamu yang terbaik. Ibu bisa lihat di mata kamu.”

Gwen memandangi tangannya yang masih basah. Ia bingung mau jawab apa.

“ Anak ibu dulu berteman dengan Leon.”

Gwen terkejut “ Anak ibu? “

“ Ya,nama anak ibu adalah Irfan. Mereka berteman dari kecil. Tapi anak ibu meninggal.”

Gwen merasa bersalah “ Maaf,bu,saya ga bermaksud menyinggung..maaf,bu..”

“ Ga papa. Lagian kamu juga perlu tahu. “

Gwen mendesah “ Saya udah putus sama kak Leon,bu.”

Bu Anna nampak terkejut “ Kenapa? ”

“ Karena ada yang terbaik buat kak Leon..”

“ Siapa cewe itu? jangan bilang dia adalah cinta pertama Leon? “

Gwen meringis “ Iya. ibu tahu juga? “

“ Tentu. Dulu dia pernah cerita sama Irfan dan Irfan cerita sama ibu. Ga disangka..”

Gwen tersenyum “ Ya udah,saya mau pulang dulu ya,bu..udah sore..”

Bu Anna nampak kecewa “ Kapan kamu main kesini? Ga sama Leon juga ga papa. Ibu sangat ingin punya anak perempuan,melihat kamu jadi mau punya anak perempuan..”

Gwen meraih tangan bu Anna “ Kapan-kapan aku kesini. Terimakasih ya,bu..”

Bu Anna mengangguk “ Biar saya nanti bilang sama suami ibu kalau kalian sudah pulang. Suami ibu sedang memasak. Dia orangnya ga mau di ganggu ketika sedang memasak.”

“ Iya. Titip salam buat pak Heri,bu..”

Gwen berjalan dan terkejut ketika menyadari bahwa Leon sudah berada di depan pintu. Leon memasang wajah polosnya.

“ Kakak nguping,ya? “

“ Engga “

Mata Gwen menyipit. Leon memasang wajah polosnya seolah tidak mau mengakui kesalahannya.

“ Kita pulang ya,kak? Udah sore. Mama mau pulang sore ini.”

Leon mengangkat salah satu tangannya seolah sedang hormat “ Oke,bos.”

Gwen menggelengkan kepalanya dan mengambil tasnya. Leon ikut mengambil tasnya dan menarik tangan Gwen. Gwen terpekik terkejut.

“ Biar kamu ga ilang “ Leon menjawa tatapan Gwen yang mengarah kepadanya.

Gwen mendengus dan dengan terpaksa mengikuti langkah panjang Leon. Tangannya digenggam dengan erat oleh Leon. Gwen tidak bisa menarik tangannya.

“ Hati-hati nanti kamu jatuh lagi “ Leon melirik Gwen sambil tersenyum. Leon mengingat kejadian saat Gwen terjatuh dan ia gendong. Hatinya kembali berdesir.

“ Makanya jangan cepat-cepat jalannya.”

“ Jalan kamu lama sih..”

“ Enak aja.”

“ Kecil “

“ Tinggi “

“ Keras kepala “

“ Otak udang “

Leon melirik Gwen “ Aku ini pinter loh..”

“ Buktiin aja.”

“ Kalau aku dapat rangking satu,kamu mau kasih apa? “

Gwen menghentikan langkahnya “ Kakak kenapa sih? “

“ Aku emang kenapa? “ Leon menyerngit bingung.

Gwen mengatupkan rahangnya dan berjalan buru-buru. Leon jadi tertarik ke depan karena langkah Gwen. Leon terkekeh pelan.

“ Gua pikir lu itu asam. Tapi ternyata gua salah. “ gumam Leon dengan pelan.

“ Kakak ngomong apa? “

Leon tersenyum dan kembali berjalan di depan Gwen “ Ga papa. Kamu manis.”

“ Loh,emang aku kenapa? kok manis? “

Leon menahan tawanya “ Kamu itu benar-benar beda rasa sama adik kamu…”

Gwen tersadar “ Adik aku tahu engga kalau kakak pergi sama aku? “

“ Engga “

“ Kok engga di kasih tahu? “

Leon mendapati suasana hatinya memburuk. Semalam ia berantem dengan Sisil hanya karena masalah kecil saja. Hanya karena ia membalas pesannya sangat lama. Dulu ketika Leon mendekati Sisil ia merasa gadis itu menarik. Bahkan ketika ia masih berpacaran dengan Gwen..Leon melirik kearah Gwen. Dulu rasanya sangat manis. Tapi kenapa sekarang rasanya berbeda.

“ Kakak kenapa? “ tatap Gwen bingung.

Leon mengacak-ngacak rambut Gwen dengan gemes “ Kamu manis banget!!! “ teriak Leon dengan gemes.

Gwen menepis tangan itu “ Kak! Jangan ah,rambut aku acak-acakkan tahu.”

Leon tertawa keras “ Kamu imut rupanya..” Leon mencubit pipi Gwen dengan pelan.

Gwen meringis kesakitan dan langsung menepis tangan itu lagi. Dia cemberut menatap Leon. Leon menahan tawanya untuk keluar lagi. Ia hanya terkekeh pelan melihat ekspresi Gwen. Seketika Leon ingin melihat ekspresi lain dari Gwen lagi. Ia ingin mengenal gadis itu lebih dekat. Apakah sudah terlambat jika dirinya ingin berkenalan dengan Gwen?

***

Sisil memakan roti dengan melamun. Sejak Gwen pulang,adiknya itu terus melamun. Memang adiknya itu tahu bahwa Leon mengantarnya pulang,tetapi adiknya tidak mengatakan apapun kepadanya. Gwen mengaku salah. Kenapa ia harus membiarkan kak Leon mengantarnya sampai rumah bahkan bertemu dengan adiknya,seolah sengaja untuk memperlihatkan kedekatan mereka berdua. Apakah mereka sedang berantem? tanya Gwen dalam hati.

“ Sil..” panggil Gwen sambil menepuk paha adiknya itu.

Sisil menoleh “ Apa? “

“ Kamu kenapa? marah sama aku,ya? “

Sisil menatap kakaknya itu lurus-lurus dan dia memejamkan matanya “ Kakak..tolong jaga perasaan aku..aku pacar Leon sekarang,bisakah kakak untuk tidak mengganggu hubungan aku? “ tanya Sisil sambil membuka matanya.

Gwen bisa melihat kekecewaan adiknya itu. Perasaan Gwen menjadi tidak enak. Pantas jika adiknya itu marah kepadanya.

“ Iya. Tadi kakak ga sengaja ketemu. Itu aja kok..”

Sisil akhirnya menghembuskan nafasnya “ Baiklah. Aku pikir kakak tahu keadaanku sama Leon. Aku akan memaafkan kakak sekarang..”

Gwen tersenyum kecil “ Kamu belum makan? “ tanya Gwen untuk mencairkan suasana yang dari tadi sudah kaku.

“ Belum “ jawab Sisil sambil menggelengkan kepalanya.

“ Emang mama kemana,dek? “

“ Pergi “

Gwen menghela nafas. Mamanya adalah orang yang sibuk. Papanya bekerja,tetapi mamanya juga ikut bekerja. Sejak dirinya berusia 10 tahun,mamanya sudah bekerja lagi. Dan papanya berada di Surabaya. Istilahnya sekarang hubungan keluarga mereka berada dalam jarak jauh. LDR. Awal memang berat tetapi karena sudah dari kecil terbiasa,jadi sudah biasa saja sekarang.

“ Mama kapan pulang lagi,ya? “ tanya Sisil kepada dirinya sendiri.

“ Kamu engga telpon mama? “

“ Engga “ nada Sisil terdengar sedih.

Gwen merasakan kesedihan adiknya itu dan dia langsung merangkul pundak adiknya lalu tersenyum “ Kakak masak deh..kakak bisa masak telur,nasi goreng,mie goreng,mie kuah,apa lagi masak air..” canda Gwen.

Sisil tertawa kecil “ Kalau masak air aku juga bisa..”

“ Nah,kamu mau makan apa nih? “

Sisil mengkerutkan kening seolah berpikir dan idenya terlintas dipikirannya “ Aku mau makan..”

***

Gwen sedang menyuapkan siomay ke mulutnya dan sedikit terfokus kepada handphonenya. Ia jadi tidak menyadari bahwa Zico sudah duduk di sebelahnya sambil menatapnya. Ketika ingin menyuapkan siomaynya kembali,mata Gwen melotot. Ia melihat Zico dnegan wajah kaget.

“ Hai,salam kenal..” sapa Zico dengan senyumnya yang menawan.

Gwen melongo dan mengerjapkan matanya. Gwen takut dirinya salah lihat. Apa tidak salah ada yang menyapanya. Apalagi cowo. Boro-boro kenal,mukanya aja belum pernah dilihat oleh Gwen. Gwen menyerngit bingung.

Zico menahan tawanya keluar “ Lu Gwen,kan? “

Gwen otomatis mengangguk pelan.

“ Lu mantan Leon,kan? ”

Gwen mengangguk lagi.

Zico menopang dagunya “ Gua penasaran sama lu. Ternyata lu cantik juga ya..”

Gwen menyipitkan matanya. Ia memilih untuk tidak membalas perkataan cowo di depannya ini.

“ Mm,lu tahu engga kalau Leon sering merhatiin lu saat olahraga? “

Gwen menatap Zico dengan tatapan tidak suka. Zico tidak memperdulikan tatapan itu dan dia memilih untuk memegang handphonenya. Entah apa yang diketiknya itu karena Zico langsung tertawa kecil ketika melihat handphonenya.

“ Mm,Leon sering merhatiin lu,loh..” Zico memasukkan handphonenya dan menatap Gwen.

“ Kenapa? “ tanya Gwen dengan malas.

“ Mungkin karena lu berarti buat dia..” Zico tersenyum lebar dan menopang dagunya kembali.

Gwen menaikkan alisnya dan menatap Zico dengan lekat. Zico nyengir lebar untuk membalas tatapan itu. Gwen mendengus pelan.

“ Lu mau gua buktiin,engga? “

“ Bukti apa sih? “ pekik Gwen. Kali ini dirinya benar-benar menunjukkan rasa tidak sukanya kepada Zico.

Zico berdiri dan duduk di sebelah Gwen. Gwen terkejut melihatnya. Zico duduk santai dan dia menoleh.
“ Sebelumnya gua minta maaf dulu “

“ Hah? “

Zico tanpa permisi langsung menarik tangan Gwen dan memeluk gadis itu dengan erat. Zico tersenyum licik kepada orang di depannya. Yah,ada Leon di depannya. Tadi dia sudah mengabari soal Gwen yang akan dia tembak untuk menjadi pacarnya. Umpan yang dia lempar ternyata berhasil. Zico tersenyum penuh kemenangan.

“ APA YANG KALIAN LAKUKAN? ZICO!!! LEPASIN GWEN!!! “

Zico menahan tawanya dan segera melepas pelukannya. Ia berdiri. Leon menghampiri temannya itu dengan wajah marah. Zico santai melihat tatapan Leon yang seperti ingin membunuhnya itu.

“ Aku pergi dulu,ya..” Zico membungkukkan badannya dan sedikit mencodongkan wajahnya.

Gwen sedikit terkejut. Matanya melotot lebar.

“ Pergi jauh-jauh dari dia,Zico…” desis Leon dengan pelan sambil menarik kerah seragam Zico.

Zico tersenyum tipis “ Emang kenapa? lu cemburu? “ sahut Zico sambil menatap Leon.

Leon mengatupkan rahangnya. Tangannya sudah terkepal sejak tadi. Ia ingin sekali memukul temannya ini. Berani sekali dia memeluk Gwen. Tapi landasan apa yang membuatnya dirinya tidak ikhlas jika Gwen di peluk oleh cowo lain. Tanpa sadar Leon menyentuh dadanya.

“ Lu kan bukan pacarnya lagi..” Zico memperhatikan Leon. Dia juga tahu saat Leon memegang dadanya dan bisa melihat raut kebingungan di wajah temannya ini.

“ Kalau lu bukan pacarnya,jangan marah-marah,Le..”

Leon menyipitkan matanya dan matanya mengarah ke Gwen. Ia menghampiri Gwen dan langsung menarik tangan Gwen untuk berdiri dan berjalan mengikuti langkahnya.

“ Lepas! “ Gwen menarik tangannya dan menatap Leon dengan tajam,” Kakak mending mikirin adik saya aja. Aku kan udah putus dari kakak. Kakak jangan ikut campur urusan saya lagi. “ geram Gwen dengan kesal sambil menghentakkan kakinya dan berjalan membalikkan badan.

Leon terkejut.

“ Lu suka sama dia,kan? “ tanya Zico sambil menepuk bahu Leon.

Leon menoleh dan seketika mencengkram kerah Zico “ Jauhin dia. Jangan dekat-dekat sama dia. “

“ Emang kenapa? “ tantang Zico.

Leon mengatupkan rahang.

“ Lu udah putus sama dia. Lu harus sadar,Le,kalau dia juga bisa dapet cowo lain yang lebih baik dari lu.”

Leon melotot tajam.

“ Lu udah benar-benar jatuh hati,kan? “

Leon terdiam.

“ Gua tahu dari mata lu. Kadang cinta datang terlambat. Lu pikir lu akan bahagia dengan cinta pertama lu,tetapi kenyataannya beda jauh dari ekspetasi lu. Jadi gimana? Lu jauh atau dekat? Lu putusin sebelum terlambat,Le..”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience