Pilihan Hati

Drama Completed 780

Gwen menjilati tangannya yang terkena ice cream yang mulai mencair. Di sampingnya terdapat Adi yang sedang mengamati tingkah laku Gwen. Gwen melirik dengan alisnya yang terangkat naik.

“ Kenapa? “

Adi mengangkat bahu “ Ga papa. Cuma gua ngerasa lu beda sama adik lu.”

Gwen cemberut “ Iya lah. Masa gua sama adik gua sama. Ada-ada aja lu.”

Adi terkekeh pelan “ Gua pikir lu ada samanya dengan adik lu. Ternyata beda.” sahut Adi dengan pendangan kosong.

“ Jelasin apa yang beda “

Adi tiba-tiba tertawa kecil mengingatnya “ Kalau adik lu cerewet,sedangkan lu lebih pendiam. Cerewetnya adik lu bikin kuping bisa panas.” renung Adi dengan tatapan kosong.

“ Lu masih suka sama adik gua,kan? “

Adi terkejut dan menoleh “ Apa? suka? Ga.”

Gwen menghela nafas panjang “ Jangan bohong sama diri lu sendiri,Di..”

“ Gua ga bohong “ ketus Adi.

“ Kalau begitu kenapa lu masih peduli sama adik gua? “

“ Peduli? Ga.”

“ Jangan bohong. Gua tahu lu yang nolongin adik gua saat jatuh di tangga,kan? “

“ Dari mana lu tahu? “ balas Adi dengan terkejut.

“ Gua bisa tahu dari mana aja.”

Adi terdiam. Ia memandangi tangannya sendiri. Dia merasa gugup.

“ Lu masih suka,kan? “ ulang Gwen.

“ Engga “

Gwen menggelengkan kepalanya “ Benar-benar. Cowo emang ribet.” Keluh Gwen dengan wajah kesal.

“ Cowo ga ribet kalau lu bisa ngertiin “

“ Dan cowo apa bisa ngertiin cewe? “

“ Kalau cewe ga bilang apa-apa,mana bisa cowo tahu apa yang dipikirkan oleh cewenya. Kami para cowo bukan cenayang. Semua harus tahu. Kita manusia biasa.”

“ Justru karena itu,cowo itu ribet..”

Adi tertawa kecil “ Jadi lu mau hidup tanpa cowo? “

“ Ga juga. Gua bisa pikirkan soal itu nanti.”

Adi memandangi tangannya dan mengeratkan kedua tangannya satu sama lain. Gwen menghembuskan nafas dan menatap langit.

“ Sampai kapan lu begini terus? “ tanya Gwen dengan pelan.

“ Begini apanya? ”

“ Lu mencoba mengamati adik gua dalam diam,kan? “

Adi terdiam.

Gwen tersenyum sambil menatap langit yang cerah “ Lu menunggu,kan? “

Adi tertawa pahit “ Gua emang menunggu. Gua menunggu cewe yang tepat buat gua. Kata lu cinta akan datang suatu hari nanti,jadi gua akan menunggu. “

Gwen terdiam.

“ Bagaimana dengan lu sendiri? “ tanya Adi sambil menoleh kearah Gwen.

“ Kenapa emangnya apa? “

“ Sampai kapan lu suka sama Leon? “

“ Siapa yang bilang gua masih suka sama dia? “

Adi mendengus keras “ Lu emang ga pandai berbohong “

Gwen terkekeh pelan “ Gitu? “

“ Sepertinya kita dalam kondisi yang sama. Sama-sama menunggu. Kalau kita tahu-tahu jodoh gimana? “

“ Maka biarlah waktu yang menjawab.”

***

Leon mengamati setiap murid dari IPA-2. Tidak ada yang menarik seperti kemarin-kemarin ini. Alis Leon terangkat tinggi melihat pemandangan di depannya. Dimana dia? Leon melihat sekeliling lapangan sekali lagi. Kenapa dia tidak ada disana? Bukankah hari ini ada pengambilan nilai? Jangan-jangan dia sakit?. Seketika Leon merasa khawatir. Apakah itu benar?. Dengan langkah goyah ia berjalan menuju kelas IPA-2. Rasa khawatirnya sangat besar sehingga dirinya tidak menyadari bahwa kakinya telah melangkah ke kelas Gwen. Ia membuka pintu secara perlahan dan menatap nanar Gwen. Disana gadis itu sedang menyenderkan punggungnya ke dinding sambil memejamkan mata.

Leon dengan hati-hati melangkah maju. Tangannya terulur dan mengelus pipi pucat Gwen. Badannya terasa panas. Seketika Leon panik. Leon berusaha membangunkan Gwen. Dan Gwen hanya bergumam pelan sambil menepis tangan Leon. Leon memghembuskan nafas dan duduk di depan Gwen. Leon kembali mengelus pipi gadis itu. Tiba-tiba dirinya merasa ada aliran listrik yang mengalir di tubuhnya. Awalnya dirinya tidak percaya,namun Leon memastikan kembali dan kali ini mengelus tangan gadis itu yang berada di paha. Lagi-lagi dia merasakan hal yang sama. Hatinya berdesir hangat.

Leon tersenyum senang. Dengan memberanikan diri Leon berdiri dan menundukkan kepalanya. Ia mendekatkan wajahnya dan mencium gadis itu dengan lembut. Cukup lama Leon mencium gadis itu. Hingga suara kaget mengagetkannya. Leon meluruskan badannya dan menoleh.

Carla dan Windy baru saja selesai mengambil nilai.  Sehingga mereka barus selesai dari kantin dan bermaksud membelikan Gwen roti dan susu. Namun ketika masuk mereka terkejut. Kak Leon sedang mencium teman mereka. Carla berdehem keras dan menyenggol lengan Windy. Windy yang tadi berteriak kaget sedangka Carla hanya melongo kaget sambil memakan kripik kentangnya.

Leon menaikkan alisnya dan berjalan melewati mereka. Carla dan Windy hanya bisa berdiam di tempat. Begitu Leon sudah pergi barulah mereka menghampiri Gwen. Mereka membangunkan Gwen dengan terburu-buru. Gwen dengan egan membuka matanya. Ia kaget melihat kedua temannya sedang berwajah panik.

“ Kenapa? “ tanya Gwen dengan suara serak.

“ Lu ga papa? “ tanya Carla dengan panik.

“ Tadi kak Leon kesini “ Windy memegang kedua bahu Gwen dengan erat.

“ Hah? A-a-pa? “

“ Kak Leon cium lu! “ balas Windy dengan suara lantang.

“ Hah? ” Gwen tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

“ Kita lihat sendiri tadi. Kak Leon cium lu tadi “ timpal Carla dengan wajah serius.

Gwen meneguk air ludahnya agar mudah bicara. Saat ini suaranya tidak bisa keluar. Berulang kali Gwen berusaha mengeluarkan suaranya namun percuma saja. badannya juga terasa panas sekarang. Sepertinya dirinya mulai sakit. Jam terakhir akan ada ulangan,sehingga Gwen harus kuat sampai pelajaran terakhir. Sebenarnya bisa saja dia ijin,namun minggu depan gurunya akan cuti untuk hamil,jadi tidak memungkin dirinya untuk absen.

“ Kalian..mungkin..salah lihat..” jawab Gwen dengan suara serak.

“ Engga mungin! “ sahut Windy dengan keras.

Gwen meneguk air ludahnya kembali dan memegang lehernya. Badannya memang panas,pikir Gwen dalam hati.

“ Lu ga papa? “ tanya Carla sambil melihat wajah Gwen.

Gwen menggeleng lemah.

“ Yakin? Muka lu pucah banget “ Carla menyentuh dahi Gwen dan langsung menarik tangannya kembali,” Ya ampun,panas banget..”

Windy terkejut “ Lu ga papa? Serius? Muka lu pucat tahu.”

Gwen tersenyum lemah “ Ga..papa..”

“ Suara lu makin serak aja. Oh,iya,gua bawain roti sama susu nih..” Windy menyerahkan roti dan susu kepada Gwen.

Gwen menerimanya “ Makasih..”

Carla duduk di depan Gwen “ Lu beneran..udah..” Carla terlihat ragu untuk melanjutkannya kembali,” Putus sama kak Leon,kan? “

Gwen mengangguk lemah “ U..dahh..”

Windy menarik nafas lega “ Syukurlah. Gua seneng dengernya.”

Carla terlihat sedang berpikir “ Lalu kenapa dia cium lu? “

Gwen masih bingung dengan ucapan Carla maupun Windy “ Maksudd kalian..a-apa? “

Carla menghembuskan nafasnya dan Windy menggeleng-geleng kepalanya. Gwen melihat mereka berdua dengan wajah tidak percaya.

“ Ya,udahlah,ga usah bahas itu lagi “ Carla mengibaskan tangannya “ Bahas..soal ulangan gimana? Lu udah belajar? “

“ U..udahh..”

“ Kalau lu,Win? “ tanya Carla sambil menoleh kearah Windy.

Windy nyengir “ Gua mah ada Gwen ini.”

“ Lu mau bantuin dia,Wen? “

“ Engga “

Muka Windy menjadi pucat “ Kok gitu? Biasanya lu bantui gua.”

“ Jangan bantuin dia,Wen..”

“ Jangan dengerin dia,Wen..” Windy melotot kepada Carla sambil berkacak pinggang.

Gwen nyengir “ Mm,gimana yyaa..”

“ Wen,lu kan baik,ayolah,bantuin gua..” Windy duduk di samping Gwen dan melipat kedua tangannya seperti sedang memohon.

Gwen tertawa melihat wajah lucu temannya itu. Windy cemberut dan menoleh kearah Carla sambil memasang wajah marah.

“ Gara-gara lu! “   

Carla ikut tertawa “ Kok gara-gara gua? Kan salah sendiri,kenapa coba lug a belajar? Ayo..”

Windy cemberut “ Udah,gua ga mau bertemen sama kalian lagi.”

“ Iya,iya,lu boleh nyontek deh sama gua..” Gwen menahan senyumnya.

“ Serius?! “ pekik Windy sambil menatap Gwen dengan wajah senangnya.

Gwen mengangguk.

“ Yah,lu mah cepet nyerahnya. Sekali Windy masang wajah memelasnya baru lu nyerah. Kasih dia nyontek.”

“ Hei,gua di kasih contekan juga ga banyak tahu. Gua juga sadar diri. Setidaknya kertas gua ga kosong-kosong amat lah.”

Carla menggeleng “ Lu ya..”

Windy nyengir lebar.

“ Mm,kayanya kak Leon beneran suka sama lu deh..”

Gwen menoleh “ Apa? “

Carla mengangkat bahunya pelan “ Gua merasa dia nyium lu beda deh.”

“ Beda dari mana? “ tanya Windy dengan penasaran.

“ Dia gimana gitu nyium Gwen. Gua rasa ada yang aneh sama kak Leon.”

Windy mengkerutkan keningnya dengan begitu dalam “ Hm,kak Leon kan udah pengalaman soal cewe,jadi menurut gua dia pasti biasa aja tuh nyium-nyium cewe.”

“ Bukan gitu. Gua merasa dia aneh saat nyium Gwen. Kaya gimana gitu.”

“ Masa sih? “

Gwen terdiam. Ia mendengarkan perkataan kedua temannya ini. tanpa diketahui oleh mereka,Gwen juga merasa penasaran. Jika itu benar bahwa kak Leon menciumnya,alasannya apa sehingga kak Leon mau menciumnya. Apa karena adiknya lagi. Atau karena kak Leon hanya ingin merasakan bibirnya saja,sama seperti cewe-cewe sebelumnya. Gwen memikirkan alasan mana yang lebih tepat. Tetap saja alasan yang kedua yang lebih masuk akal. Kak Leon sudah jelas-jelas tidak menyukainya,jadi tidak ada alasan jika kak Leon menciumnya karena suka padanya. Semua cewe pasti sudah di cium olehnya.

Gwen meringis pahit. Dirinya memang tidak secantik adiknya,jadi wajar saja tidak ada yang menyukai dirinya,bukan?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience