Awal Kembalinya Masa Lalu

Drama Completed 780

Sisil melemparkan tasnya ke lantai dan menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Matanya sudah memerah karena sejak tadi dia sudah menangis di jalan.

“ Kamu kenapa,dek? “ tanya Gwen di sofa sebelahnya.

Sisil mengacuhkan pertanyaan kakaknya itu. Dan memilih untuk menangis. Hatinya masih sakit soal kejadian tadi.

“ Kamu berantem sama Adi? “

Kali ini Sisil mendongak menatap kakaknya “ Iya..” jawabnya dengan suara bergetar.

“ Gara-gara apa,dek? “

Sisil duduk dan menatap kakaknya dengan wajah sembap “ Dia cuek sama aku,kak..”

“ Dia marah sama kamu kali,dek..”

“ Kalau dia marah,seharusnya bilang sama aku alasannya,ini aku nanya ga di jawab,aku mau pulang aja ga di jemput..”

“ Kamu suka sama Adi,kan? “

Sisil menatap kakaknya dengan wajah tersinggung “ Iya lah! Aku kan udah kenal sama dia udah lama. “

“ Nah itu,kalau udah lama seharusnya tahu boroknya pasangan kamu..”

“ Tapi kenal lama belum tahu semuanya..”

Gwen menutup bukunya “ Kalau begitu,kenapa kamu ga nanya alasan dia marah sama kamu,dek? “

“ Udah nanya. Tapi dia ga jawab.”

Gwen menatap adiknya itu. Dan terbesit bayangan Leon dan Sisil bersama. Apa karena itu Adi marah?

“ Padahal aku sayang sama dia..tapi dia sama sekali ga hargain perasaan aku..” keluh Sisil sambil melempar bantal ke lantai.

Gwen terdiam.

“ Aku mau dia hargain perasaan aku,kak,tapi dia bahkan ga peduli,dia selalu cuek sama aku..”

Gwen masih diam. Dia menunggu semua kekesalan adiknya untuk di keluarkan semua.

“ Aku awalnya ga percaya kalau aku pacaran sama orang dingin kaya gitu. Datar ekspresinya,datar tingkah lakunya juga,semua aku terima,tapi kenapa dia ga terima ketika aku bilang bahwa aku sayang sama dia..itu ga adil! “

Gwen merapatkan bibirnya dan menatap Sisil dengan lebih dalam. Ia masih menunggu unek-unek yang keluar dari bibir adiknya itu.

“ Jadi aku harus apa,kak? Aku ga bisa terus begini..”

“ Kamu suka Adi karena apa? “ sahut Gwen akhirnya.

Sisil melihat jarinya “ Karena dia perhatian,dia juga dewasa,dan dia pintar,dia sering ngajarin aku juga..”

“ Terus? “

“ Dia..emang bukan cowo yang romantis,tapi dia baik,aku sering di beliin makanan,dan perlakuannya manis..”

“ Kalau masih ada sisi baiknya,jangan terlalu emosi dulu..”

Sisil menatap tajam kearah kakaknya “ Justru itu. Aku udah cape hadepin sikap dia yang cuek itu. Aku mau putus aja.”

Gwen berdiri “ Kalau keputusan kamu begitu,ya sudah,lakukan,tapi jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari..”

Sisil memikirkan ucapan kakaknya itu. Namun hatinya seolah tidak terima dengan sikap Adi kepadanya. Sisil sudah tidak tahan dengan semua ini. dan lagi-lagi dirinya kembali teringat dengan Leon. Dulu dan sekarang jauh berbeda. Dan ada sedikit rasa menyesal dalam dirinya. Apakah masa lalu bisa berubah menjadi masa depan?

***

Leon mengamati cara permainan dari Gwen. Benar apa kata temannya itu. Gwen benar-benar tidak berbakat dalam olahraga. Sudah berulang kali Gwen menghindari bola kemanapun tapi entah kenapa bola itu selalu mengarah kearah Gwen. Bahkan teman sekelas Gwen sudah menyuruh Gwen untuk jauh-jauh dari mereka. Tapi bola itu selalu jatuh tidak jauh dari Gwen berada.

Leon menahan senyumnya melihat wajah jengkel dari pacarnya itu. Jika sedang bersamanya wajah itu selalu memasang wajah datar,jadi ketika melihat wajah jengkel Gwen,Leon merasa sangat terhibur. Jarang melihat Gwen tertawa memang namun melihat wajah jengkel plus kesal sudah cukup bagi Leon untuk membuatnya tersenyum.

Seketika tubuhnya menegang. Dia melihat Gea sengaja menendang bola kearah perut Gwen. Tangan Leon mengepal. Dia ingin langsung menghampiri namun dirinya tidak dapat alasan yang tepat kenapa dia peduli. Akhirnya Leon memilih untuk melihat saja. Dia meyakinkan dirinya bahwa Gwen akan baik-baik saja. Pasti.

***

Mery melihat perut Gwen di wc. Dan mulutnya terbuka lebar. Perut Gwen membiru dengan cepat. Cukup lebar birunya. Mery melihat temannya itu yang sedang menyerngit kesakitan.

“ Lu ga papa,kan? “

Gwen mengangguk “ Iya “

“ Lu pulang jangan lupa di obatin,Wen..” Mery mengingatkan temannya itu dan menutup seragam sekolah Gwen.

“ Iya.”

“ Gea gila juga ya..dia benar-benar benci banget sama lu..”

“ Iya.”

“ Karena kak Leon tuh pasti..”

Gwen mencuci tangannya “ Iya “

“ Oh,iya,tadi gua lihat kak Leon diatas balkon kelas.”

“ Oh,ya? “

“ Dia kayaknya lihat kejadian tadi. Tapi kenapa ga bantuin lu ya..”

Gwen menutup kran air lalu menatap Mery “ Kita ke kelas,yuk? “

“ Lu kok ga ngerasa bahwa kak Leon itu ga suka sama lu sih? “

Pertanyaan itu sontak membuat Gwen menatap Mery dengan tatapan yang sulit diartikan. Gwen memilih tidak menjawab namun dirinya memilih tersenyum. Itu membuat Mery terkejut.

“ Jangan-jangan lu udah tahu?! “

“ Apa gua harus bilang iya? “ tanya Gwen sambil melihat Mery.

“ Iya dong. Gila. Kalau lu udah tahu,kenapa lu nerima dia,Wen? Dan apa sih alasan dia nembak lu? Gila! Kesel gua jadinya! “ keluh Mery dengan wajah marah sambil meninju kedua tanganya.

“ Lu mau ngamuk disini? “

“ Lu kok mau aja sih? Lu kalau udah tahu dia ga suka,ya,lu jangan terima dong..”

Gwen terkekeh pelan “ Tenang aja. Gua bisa jaga diri.”

“ Yang lu korbanin itu perasaan lu. “

Gwen meringis pelan “ Gitu ya..?”

Mery menghembuskan nafasnya dan berjalan melewati Gwen “ Kita ke kelas. Udah bel.”

Sebelum Mery mencapai pintu,Gwen sudah menahan tangan temannya itu. Otomatis Mery membalikkan badannya.

“ Nanti gua akan putus,kok..tenang aja..”

“ Dan lu akan ceritakan semuanya,iya kan? “

Gwen menatap Mery dengan dalam dan mengangguk pelan “ Iya “

“ Gua tunggu penjelasan dari lu,Wen..”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience