Aku sekolah di SMA favorit di Kota ini, awalnya aku tak pernah berniat untuk sekolah di sini, namun papa yg menyuruh ku jadi aku hanya mengikuti kemauan papa. Aku ada di tingkat akhir SMA, beberapa bulan lagi aku lulus dari sekolah ini, papa meminta ku untuk melanjutkan study ku ke luar negeri, entah apa yang papa rencanakan.
Papa dan mama ku sering ke luar Kota, karena cabang perusahaan papa ada di luar kota, jadilah aku hanya sendiri di rumah sebesar ini, hanya ditemani mbok Nah PRT yang dipekerjakan orang tua ku mulai dari aku kecil, sebenarnya mbok Nah memiliki keluarga di kampung, tapi dia jarang pulang, katanya jika dia pulang terlalu sering maka dia juga akan sering meninggalkan ku sendirian, mbok Nah sudah seperti ibu ke 2 bagiku, karena seringnya mama pergi mengikuti papa jadi mbok Nah yang mengurus segala keperluan ku, terutama urusan makanan.
Aku bukan tipe anak manja, karena dari kecil aku selalu di didik menjadi anak yang mandiri dan tak boleh mengandalkan orang lain jika aku masih bisa mengerjakannya. Jadi aku selalu menyetrika baju - baju ku sendiri, untuk urusan mencuci mbok Nah yang mengambil alih, karena aku juga harus sekolah dan banyak kegiatan yang lainnya.
Hari ini seperti biasa aku pergi ke sekolah diantar oleh supir yang ditugaskan papa untuk mengantar dan menjemput ku ke sekolah, sebenarnya aku bisa saja membawa mobil sendiri, namun papa tak pernah mengijinkan ku, katanya takut aku kecelakaan.
Jam 06:00 sekolah masih lenggang, seperti biasa aku selalu datang awal ke sekolah,entah karena terbiasa atau takut telat, jam segini menurut ku sudah cukup siang untuk datang ke sekolah mengingat sekolah ku masuk jam 06:30.
Aku berjalan di koridor sambil memainkan handphone, membuka akun media sosial ku, kali aja ada yang meminta ku menjadi kekasihnya. Namun harapan ku pupus begitu saja, beranda media sosial ku hanya di penuhi dengan foto - foto 2 curut yg selalu menemani ku selama ini. Foto Keiza yang sok cool, yang menurut ku biasa saja, namun menjadi luar biasa ketika banyak like & Comment di sana. Mulai dari memuji dan meminta dia untuk menjadi kekasihnya. Sebenarnya yang memberinya gelar Ice Prince itu terlalu buta karena cinta, lihat saja dimana sisi dingin pria ini, aku sungguh tak menemukannya. Memang sih cara bicaranya sangat kaku, tapi di depan ku dia cowok yang supel dan asik.
Bruuk
"Aduh kalo jalan bisa lihat - lihat gak sih"
kata ku jengkel, bisa - bisanya dia menabrak ku sampai jatuh, perasaan tadi tidak ada satupun kehidupan di koridor ini
"Salah kamu sendiri, dasar generasi menunduk"
Katanya tanpa perasaan, tanpa membantu ku untuk berdiri, tunggu" sepertinya aku kenal dengan suara kaku ini. Damn, benar kan, si curut Keiza, dasar cowok tak punya perasaan.
"Kamu tak pernah merasa bersalah ya, lagian kesurupan apa kamu datang pagi - pagi begini"
jawabku yang sudah berdiri di hadapannya.
"Saya ada jadwal piket, memang salah saya apa, kan kamu yang nabrak saya"
dia menjawab dengan tatapan seperti biasa, tatapan serigala buasnya, terkadang aku merasa aneh jika bersamanya, walaupun aku sahabatnya tapi dia tak pernah berbicara santai kepada ku ataupun Reno.
"Oke, maafin aku, ada jatah coklat gak untuk hari ini? Aku lagi pengen coklat nih"
"Ada di kelas, ayo ikut ke kelas saya, banyak coklat yang tadinya akan saya buang"
Jawabnya sambil berjalan di depan ku. Pria ini memang pria kaku.
Sampai di kelasnya aku melihat banyak sekali bunga dan coklat di atas mejanya. Perempuan di luar sana memang tak sayang uang ya, memberikan bunga dan coklat setiap hari, mereka tak tahu atau memang pura - pura tak tahu jika akhirnya uang mereka ini akan berakhir di perut ku dan di tempat sampah. Dasar perempuan, tak pernah lelah mengejar cinta, yang pada dasarnya membuat lara.
Walaupun aku sendiri perempuan sih, tapi aku tak pernah bertindak sampai se-bodoh itu.
"Ini coklatnya, kartu ucapannya silahkan kamu buang saja, dan tolong letakkan semua bunga ini di tempat sampah jika kamu keluar"
Dia memberi ku 5 buah coklat dengan ukuran sedang, dan 2 buah coklat dengan ukuran kecil.
"Huh, kenapa sih kamu gak pernah mau memakan semua coklat ini Za, kan ini buat kamu, lagian kamu gak pernah menghargai pemberian orang lain"
jawab ku sambil memasukkan semua coklat dalam tas ku.
"Saya tidak pernah meminta semua ini, buat apa saya menerima pemberian mereka, jika saya saja tidak pernah menyukai mereka, lagi pula coklat ini juga tidak akan berakhir di tempat sampah seperti semua bunga ini, berarti saya masih menghargai pemberian mereka dong, walaupun kamu yang makan"
dia menjawab pertanyaan ku dengan santainya.
Iya juga sih, tak apa lah lumayan dapat jatah coklat gratis setiap hari, untuk stok coklat di rumah.
"Yaudah Za, makasih coklatnya, nanti jam istirahat aku tunggu di kantin ya, jangan lupain ajak Reno juga"
aku keluar dari kelas Keiza dengan membawa bunga - bunga yang akan ku buang di tempat sampah. Sayang banget bunga - bunga cantik ini akan menjadi hiasan tempat sampah, pikir ku.
*-*-*
Bel istirahat sudah berbunyi, waktunya untuk ku bertemu dengan Keiza dan Reno di kantin. Aku berjalan sendiri di koridor menuju kantin, di sekolah ini teman ku hanya Reno dan Keiza saja, aku tak memiliki teman perempuan karena mereka berdua. Ya karena mereka berdua seluruh teman perempuan yang ada di sekolah ini jadi membenci ku, mereka semua iri kepada ku karena bisa seenaknya jalan dengan most wanted di sekolah ini, mau bagaimana lagi, mereka berdua yang mau berteman dengan ku, aku juga tak mungkin menolak ajakan seseorang untuk menjadi teman ku kan.
Sesampainya di kantin aku melihat Keiza duduk sendirian di bangku paling pojok, tempat favoritnya, akupun segera berlari kesana.
"Hei Za, mana Reno, kan tadi udah dibilangin suruh ajak Reno, kamu gimana sih Za"
Aku bertanya dengan nada sedikit marah, dan dia hanya melihat ku dengan wajah datar, salah, sangat datar malah.
"Reno masih pesan makanan, tuh"
Dia menunjuk seseorang yang sedang mengantri di salah satu kedai.
"Ohh, hehehe, ya maaf, kan aku gak tahu"
Aku menjawab dengan sedikit senyum malu.
"Hei Rain, udah lama di sini, mau pesan apa, biar gue yang pesan.in"
Setelah beberapa menit Reno datang membawa 2 mangkuk bakso, dan 2 es teh manis, ini pasti yang satu buat Keiza.
"Eh, hai Ren, aku lagi gak laper, makasih "
"Rain lo gak kesurupan kan? Gak biasanya lo gak makan kayak gini, kenapa? Ada yang ganggu lo ya tadi di kelas"
Tanyanya sambil memakan bakso tadi.
"Enggak kok Ren, aku udah kebal sama semua gangguan seperti itu, sejak berteman dengan kalian kan aku udah biasa setiap hari di ganggu, kalian kan juga salah satunya"
Kataku sambil tertawa
Brakk
Share this novel