Brakk
Tiba - tiba ada seorang cewek yang memukul meja di depan ku, aku yang terkejut langsung bergeser duduk lebih mendekat ke arah Reno, karena diaduk di sebelah ku.
"Lo Raina kan? Yang punya tas warna Pink duduk di bangku paling depan, dan duduk sendirian"
Tanya cewek itu dengan kilatan amarah terlihat dari matanya. Seisi kantin mendadak hening dan memperhatikan ku, seakan - akan aku adalah tontonan gratis.
"I-iya, ada apa ya? Kamu siapa?"
Tanya ku sedikit takut
"Tas lo tadi jatuh, dan isinya berantakan, kenapa ada ini di tas lo?"
Dia melempar coklat ke wajah ku dengan pita warna Pink, lengkap dengan kartu ucapannya.
"I-ini co-coklat ku, ada apa?"
"Ada apa lo bilang, ini coklat yang gue kasih ke Keiza, kenapa ada di lo, lo pasti maling kan? Dasar perempuan gak tau diri"
Dia marah dan menarik rambut ku kebelakang
"Aww! Lepaskan rambut ku"
"Lepasin Ser!" Reno mencoba melepaskan rambut ku dari tangannya, sepertinya Reno kenal dengan perempuan ini.
"Jawab! Pantesan selama ini Keiza gak pernah ngelirik ke arah gue, ternyata semua coklat yang gue kasih ke dia lo ambil, dasar ja***g"
Teriaknya di hadapan ku. Seketika air mata ku menetes, aku tak pernah mendapatkan hinaan sampai seperti ini, tak apa dia menyakiti fisik ku, tapi dia sudah berhasil membuat luka di hatiku
"Saya yang memberikan semua coklat itu pada Raina"
Akhirnya Keiza berbicara, sepertinya dia mulai tak tahan dengan keributan ini
"hah?" Tanya perempuan itu pada Keiza
"Saya tidak pernah meminta apapun dari kamu, saya juga tidak pernah mengenal kamu, masih baik saya memberikan semua coklat itu pada Raina dari pada semua coklat itu juga berakhir di tempat sampah seperti semua bunga itu. Kamu sudah memberikan coklat itu kepada saya, jadi terserah mau saya apakan coklat itu, lebih baik kamu tidak pernah memberikan saya apapun lagi jika kamu tidak mau barang itu saya berikan pada orang lain"
Itu kalimat terpanjang yang pernah Keiza ucapkan, harusnya aku mengabadikan moment ini, tapi sepertinya keadaan tidak mengijinkan.
Keiza lalu berjalan pergi meninggalkan ku dan Reno. Aku melihat tangan Reno yang dari tadi bertengger di pundak ku, Reno memang yang terbaik, selalu tahu keadaan ku. Dia lalu mengajak ku pergi dari kantin, berusaha menguatkan ku karena semua tatapan tajam yg seakan mampu membunuh ku.
"Lo gak papa kan Rain?"
Setelah sampai taman belakang kelas Reno mengajak ku duduk di bawah pohon, tempat kita biasa berkumpul berbagi kebahagiaan, namun saat ini tak ada kebahagiaan, karena keadaan tak memungkinkan untuk kita tertawa seperti biasa.
"Aku gak papa kok Ren, makasih ya kamu udah nolongin aku lagi"
"Gak usah makasih Rain, lo kan sahabat gue, udah jangan nangis, itu namanya Serena, temen sekelas gue, dia udah lama suka sama Keiza, tapi ya gitu Keiza sama sekali gak tertarik, lo tau sendiri kan Keiza orangnya kaya' gimana"
"Iya Ren aku tahu, lagian aku udah biasa kok kaya' gini, salah aku juga sih"
Kataku sambil menundukkan kepala.
"Lain kali kalo dapat sesuatu dari Keiza mending lo buang suratnya, lagian gak biasanya lo seceroboh itu Rain"
"Hehe, iya Ren, tadi tuh aku cuma penasaran apa sih isi surat - surat cinta itu, makanya aku simpan, maunya sih aku baca nanti di rumah, ehh malah ke gap duluan sama yang punya"
"Ada - ada aja sih lo, yaudah gue ke kelas dulu ya, mau nenangin Keiza, kali aja butuh sandaran"
Katanya sambil tertawa. Dia pergi meninggalkan ku, tapi sebelum itu dia mengusap kepala ku sampai rambut ku berantakan.
"Renoooo"
Dan dia hanya tertawa menanggapi teriakan sebalku.
*-*-*
Share this novel