Tak lama setelah Elise menikmati waktunya sendiri di rumah, tiba-tiba terdengar suara pintu depan dibuka. Elise merasa sedikit terkejut dan bingung karena ia tidak menunggu kedatangan siapapun. Namun, rasa bingung itu segera sirna ketika ia melihat ayahnya, Victor, masuk ke dalam rumah.
"Ayah? kok tiba-tiba pulang?" tanya Elise sambil menatap ayahnya.
"Ya, ayah datang untuk ambil barang. Ayah mau pindah ke luar kota aja," jawab Victor.
Elise merasa sedikit kebingungan dengan keputusan ayahnya untuk pindah. Namun, ia tidak mengatakan apapun dan hanya menatap ayahnya dengan tatapan kosong. Victor memandang Elise dengan cermat dan terlihat agak terkejut dengan penampilannya.
"Elise, kenapa kamu gak pake pakaian?," ujar Victor dengan sedikit ketidaknyamanan.
Elise merasa sedikit canggung karena ayahnya melihatnya dalam keadaan tanpa pakaian. Namun, ia berusaha untuk tetap tenang dan menjawab dengan santai.
"Ah, gapapa Ayah. Kan lagi gak ada siapa siapa dirumah," jawab Elise.
Setelah Elise menjawab, Victor terus menatapnya dengan pandangan cermat. Ia merasa agak berdebar melihat Elise dalam keadaan tidak berpakaian, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak memandanginya.
Wajah Elise yang cantik dengan kulit putih dan rambut hitamnya yang panjang terlihat sangat menawan. Victor merasa bangga dan sedikit sedih karena Elise adalah anaknya. Dia berharap bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama putrinya, tetapi situasi rumah tangganya yang rumit menghalanginya.
"Elise, kamu benar-benar menjadi gadis yang cantik," ujar Victor dengan suara pelan.
Elise merasa sedikit tersipu malu dengan pujian ayahnya, namun ia berusaha untuk tetap tenang
Elise merasa agak tidak nyaman ketika Victor semakin mendekatinya, tetapi ia tidak bisa bergerak karena terjebak di tempat. Ia bisa merasakan nafas ayahnya yang hangat di wajahnya. Elise merasakan detak jantungnya semakin cepat, karena ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Victor masih memandangi Elise dengan tatapan intens, dan tiba-tiba ia meraih tangan putrinya dan mencium bibirnya dengan lembut. Elise merasa kaget dan kebingungan dengan tindakan ayahnya, tetapi ia tidak bisa menolak atau melarikan diri.
"Ayah sayang kamu, Elise," ujar Victor dengan suara lembut.
Elise tidak tahu harus merespons apa, jadi ia hanya diam dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Victor masih memandangi Elise dengan penuh kasih sayang, seakan tidak ingin melepaskan putrinya dari pelukannya.
Victor merasa bahwa ia tidak bisa menahan perasaannya lagi. Ia merasa tergila-gila dengan putrinya yang begitu cantik dan seksi. Ia meraih tangan Elise lagi dan menciumnya dengan penuh gairah.
Elise merasa sangat kaget dan terkejut dengan tindakan ayahnya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia merasa sangat jijik dan tidak nyaman dengan tindakan ayahnya.
"Ayah, tolong jangan!," ujar Elise dengan nada bergetar.
Victor terus mencium Elise dan mengabaikan permintaannya untuk berhenti. Ia terus menggerayangi tubuh Elise dengan tangan dan bibirnya. Elise merasa sangat terjepit dan tidak bisa bergerak.
"Ayah, pliss stop!," ujar Elise dengan lebih keras.
Tetapi Victor tidak mendengarkan permintaan putrinya. Ia terus mencium bibir Elise sambil meremas pantatnya dengan penuh nafsu.
Setelah melepaskan ciuman dari Elise, Victor masih terus tergila-gila pada putrinya. Ia memerintahkan Elise untuk menungging di hadapannya.
"Elise, jangan melawan. Lakukan yang ayah bilang," ujar Victor dengan suara serak.
Elise merasa sangat takut dan terkejut dengan permintaan ayahnya. Meskipun ia merasa tidak nyaman dan tidak enak, ia memutuskan untuk menuruti perintah ayahnya.
Dengan perasaan takut, Elise pun menuruti perintah ayahnya dan menungging di hadapannya. Ia merasa malu dan tidak enak, namun ia tidak berani untuk melawan.
Victor semakin tergila-gila pada Elise dan mulai melakukan hal-hal yang tidak semestinya.
Victor mengeluarkan penisnya dan mulai memasukkan nya ke vagina Elise dengan perlahan.
"Aaaaakhhh.. aayyahh... stopp!" teriak Elise saat ayah mulai memasukan batangnya.
Elise merasa semakin takut dan tidak nyaman ketika ayahnya mulai memasukinya. Ia mencoba untuk berontak dan menolak, namun Victor semakin keras dan kejam.
"Ayah, tolong stopp! Ini gak benar!" teriak Elise dengan suara gemetar.
"Tenang, sayang. Ini rahasia kita. Kita bakal selalu bersama-sama," balas Victor dengan suara lembut.
Elise merasa sangat terpojok dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia merasa sangat terpuruk dan hancur dengan perlakuan ayahnya. Ia merasa sangat kesepian dan tak berdaya.
"Ahhh.. aghhh...ahhhhh.. aay..ayhh.. ahhhh. stopp... ughhhmm.. " Desah Elise saat victor menggerakan pinggul nya sehingga batangnya keluar masuk di dalam milik Elisa.
Elise merasakan tubuhnya digoyang-goyangkan oleh Victor. Ia merasa sangat takut dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa menangis dan berdoa agar semua ini segera berakhir.
"ahhh.. aghyyh.. Ayah, tolong ...stop...ahhhhhg. Ini gak benar...ahgghh Tolong berhenti!" ucap Elise dengan suara yang penuh dengan ketakutan.
"Jangan khawatir, sayang. Kita bakal tetap bersama-sama kayak gini. Kamu gak akan sendiri lagi," jawab Victor dengan suara lembut.
Elise merasa semakin takut dan tidak bisa berkata-kata lagi. Ia hanya bisa meronta-ronta dan berharap agar semua ini segera berakhir. Namun, Victor terus menggoyangkan tubuhnya lebih cepat dan keras.
"mmmhhh...ahhhhhh..yeahhhhh..hmmh"
Elise mulai terbawa kenikmatan saat ayahnya mempercepat genjotan
"ahhhhgggg ... lbih cepet.. ahhhh...yeahhhh... umhhhh," Desah Elise
"aghh... enak sayang?" tanya ayahnya sambil menggenjot pantat putrinya dengan semakin brutal.
"uhhhhgg ... iy...iyaah... ahhhh," Elise berusaha merespon sambil merasakan kenikmatan
"ahhhhh..ayah mau keluarrr... aghhh,"
Tak lama kemudian Victor mencabut penisnya dan menyemprotkan sperma nya di bokong Elise.
"Ahhhhh... anak ayah memang mantap," ujar Victor dengan senyuman puas.
Merasa kurang, Victor membalikan tubuh Elise. dan memasukan penis nya ke mulut Elise.
"umhhhh ... uhhhhmm," gumam Elise saat ayahnya memasukan penis ke mulutnya.
"Aghhhh ayo sayangg, hisappp!," unar ayahnya sambil menggoyangkan penis nya di dalam mulut Elise.
Elise merasakan mulutnya disodok-sodok oleh ayahnya sampai menyentuh kerongkongan. "Ughh..mm...aghhhh"
Makin lama gerakan makin cepat, Victor menjepit kepala Elise dengan kedua paha nya lalu mencapai klimaks dan menyemprotkan sperma nya di dalam mulut Elise.
"Akhhh.. iewww " Elise merasa jijik dengan mulutnya yang dipenuhi lendir putih dari ayahnya sendiri.
Setelah selesai, Victor segera beranjak pergi dan mengambil koper yang sudah disiapkan. Elise masih terbaring di tempat tidur dengan berlumuran cairan sperma dari ayahnya sendiri.
Elise merasa campur aduk setelah insiden tadi. Dia merasa kesal, nikmat, dan takut pada saat yang sama. Dia tak tahu bagaimana menangani perasaannya. Dia berdiri di depan jendela dan memandangi pemandangan luar yang indah, mencoba merenungkan apa yang harus dia lakukan selanjutnya.
"Gimana ini bisa terjadi?" gumamnya dalam hati. "Sekarang apa?"
Elise merasa kehilangan dan terasing. Dia tak bisa membagikan apa yang terjadi pada orang lain, karena ini adalah rahasia keluarga yang besar. Dia merasa malu dan sedih, karena dia merasa dirinya tidak bisa melakukan apa-apa untuk mencegah kejadian ini terjadi.
"Gua harus gimana?" pikirnya dalam hati. "Apa gua ceritain ke Mama aja ya? Hemm, tapi kalo mama tau kayaknya malah jadi lebih buruk? Gua harus apaa?"
Elise merasa kesepian dan takut. Dia tak tahu harus berbicara dengan siapa atau mencari dukungan dari mana. Dia merasa terjebak dalam kegelapan dan tak bisa melihat jalan keluar. Dia memejamkan mata dan berharap dia bisa menemukan jawaban untuk semua pertanyaannya.
______
Besok harinya, Elise kembali ke sekolah. Elise duduk di kelas dengan tatapan kosong. Teman-temannya mencoba memperhatikannya tapi Elise terlihat jauh dari dunia nyata.
"Elise, ada apa?" tanya Mia, salah satu temannya.
Elise menggelengkan kepala, "Enggak, gua cuma merasa susah fokus aja."
"Tapi lo keliatan kayak lagi banyak pikiran gitu," sela Sarah, teman sebangkunya.
Elise menghela nafas, "Iya, gua lagi banyak pikiran."
Mia dan Sarah saling pandang, mereka tahu ada yang tidak beres dengan Elise tapi mereka tidak bisa memaksa untuk membagikan perasaannya.
"Gua ga maksa tapi kalo lo mau cerita, dateng aja ke kita. Kita bakal dengerin lo kok," kata Mia.
Elise tersenyum kecil, "Thanks ya."
Mereka pun kembali belajar, sementara Elise masih terdiam dalam lamunannya. Dia hanya ingin menghindari pembicaraan tentang hal tersebut karena dia malu dan merasa terjebak. Dia terus memikirkan tentang apa yang terjadi semalam dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi hubungannya dengan ayahnya.
To be Continued...
Share this novel