Victor duduk di sofa di ruang keluarga, mengambil ponselnya dan membuka galeri foto. Dia tersenyum saat melihat foto-foto cantik Elise yang tersimpan di sana. Dia merasa terpana oleh pesonanya yang semakin bertumbuh setiap hari. Victor menggulir melalui berbagai foto, termasuk yang diambil saat mereka bersama di restoran, di kanal, dan ketika mereka berdua tersenyum bahagia.
"Elise, kamu kok bisa secantik itu sih," gumam Victor sambil memandangi foto putrinya dengan penuh kasih sayang. "Yang terjadi dua kali itu memang salah, tapi aku gak tahan.. Elise terlalu cantikk."
Victor mengingat momen indah bersama Elise dan rasa cinta yang tumbuh di antara mereka. Dia merasa bingung dan terjebak dalam perasaannya sendiri. Dia tahu bahwa apa yang terjadi antara mereka adalah salah, tapi dia tidak bisa menahan rasa kerinduannya pada Elise.
Victor melanjutkan menggulir galeri foto, melihat setiap detail wajah Elise dengan penuh cinta.
Victor merasa terkejut ketika menerima pesan chat dari Kim Siyeon, mantan istrinya. Hatinya berdebar-debar, karena dia tahu betapa rumit hubungan mereka berdua. Kim Siyeon telah kembali ke Korea Selatan setelah mereka bercerai, dan Victor tidak berharap untuk bertemu dengannya lagi.
Pesan chat dari Kim Siyeon: "Gua mau ke Belanda, pengen liat Elise anak gua. Jangan halangin gua ya awas lo."
Victor merasa cemas. Dia tahu betapa besar ketegangan antara mereka berdua setelah perceraian mereka. Victor membalas pesan Kim Siyeon dengan nada tegang, "Elise itu anak gua, dan gua ayah kandungnya. Lo gak usah sok kesini lagi deh. Elise gua aja yang rawat."
Kim Siyeon balas, "Enak aja! dia anak kandung gua. Terserah gua dong mau nengok Elise. pokoknya gua tetep mau dateng."
Victor merasa emosi campur aduk. Dia tahu bahwa Kim Siyeon adalah ibu kandung Elise, tetapi mereka berdua telah berpisah dan memiliki sejarah pahit di masa lalu. Victor merasa waspada dan khawatir tentang kedatangan Kim Siyeon dan bagaimana itu akan mempengaruhi hubungannya dengan Elise.
Victor membalas dengan suara tinggi, "Ganggu aja lo, gak usah dateng!"
Kim Siyeon merespons dengan dingin, "Bacot! terserah gua."
Victor merasa cemas dan penuh ketegangan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi ketika Kim Siyeon datang. Dia tidak ingin momen berdua dengan Elise terganggu, tetapi dia juga tahu bahwa Elise berhak bertemu dengan ibu kandungnya. Victor merasa terjebak dalam dilema yang sulit.
Victor duduk di ruang tamu, dia merasa cemas dan takut. Dia memikirkan apa yang akan terjadi jika Kim Siyeon datang, dan dia tidak bisa lagi menghabiskan waktu bersama Elise. Dia merasa tergoda dengan kecantikan dan keindahan tubuh Elise walau dia tahu itu tidak pantas sebagai seorang ayah.
Victor merasa terbagi antara kewajibannya sebagai ayah dan hasratnya sebagai pria. Dia tidak ingin membiarkan perasaan pribadinya mengganggu hubungan antara Elise dan Kim Siyeon, tetapi godaan itu begitu kuat.
Victor berjalan mondar-mandir di ruang tamu, mencoba meredakan pikirannya. Tapi saat dia melihat foto Elise di dinding, senyum cantiknya, dan matanya yang mempesona, dia merasa hatinya berdegup kencang. Dia merasa seperti dia kehilangan kontrol atas dirinya sendiri.
Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dan Elise masuk dengan riang setelah pulang sekolah, membawa senyum cerah di wajahnya.
Elise: "Ayah, aku pulang!."
Victor tersadar dan berusaha mengendalikan perasaannya. Dia ingin menjaga hubungannya dengan Elise dan tidak membiarkan godaan itu menguasai dirinya.
Victor: "Hai, sayang. Gimana sekolahnya?."
Elise duduk di samping Victor dan mulai bercerita dengan antusias tentang pengalaman di sekolah. Dia begitu bersemangat dan penuh energi, membuat Victor terpesona dengan keceriaannya.
Namun, saat Elise berbicara, Victor tidak bisa menahan pandangannya dari wajah cantik Elise. Dia terpesona oleh senyumannya, matanya yang indah, dan kerentanan yang terpancar dari dirinya. Victor merasa perasaannya semakin kuat dan dia merasa tergoda untuk mencium Elise.
Elise: "Ayah denger?"
Victor tersadar dari lamunannya dan tersenyum lebar kepada Elise.
Victor: "Iya, sayang. Kamu selalu bikin ayah bangga. Ayah denger kok."
Elise melihat ekspresi wajah ayahnya yang sedikit terganggu. Dia bisa merasakan ada sesuatu yang mengganggu pikiran ayahnya, meskipun dia tidak tahu pasti apa itu. Elise merasa canggung dan ragu untuk membicarakan hal itu, karena dia tidak ingin mengganggu hubungannya dengan ayahnya.
Elise: "Ehm, Ayah mikirin apa?"
Victor terlihat terkejut, seperti dia terbangun dari lamunannya.
Victor: "Oh, enggak kok, sayang. Ayah capek aja."
Elise mengangguk, tetapi dia merasa ada yang disembunyikan oleh ayahnya. Dia bisa merasakan keheningan yang terjadi di antara mereka.
Elise: "Ayah, yang semalem..."
Victor menatap Elise dengan cemas, khawatir apa yang akan dikatakannya. Dia berusaha untuk tetap tenang dan mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Elise.
Elise: "Makasih udah bawa Elise jalan-jalan. Tapi pas di kamar itu...."
Victor: "Elise, itu karena ayah cinta sama kamu"
Elise mengangguk, tetapi dia masih merasa bingung.
Elise: "Tapi, Ayah, sampe kapan ayah mau gituin Elise terus?.. hmm.. btw ayah mikirin apa sih dari tadi?"
Victor menghela nafas dan akhirnya memutuskan untuk berbicara jujur kepada Elise.
Victor: "Ya, sayang. Ayah harus jujur ayah udah cinta banget sama Elise. Ayah cemas kalo mama mu, Kim Siyeon, balik lagi kesini. Nanti ayah gak bisa gituin kamu lagi dehh."
Elise menatap ayahnya dengan penuh pengertian, meskipun dia merasa sedikit terkejut.
Elise: "Ayah, aku paham ayah bernafsu sama Elise. Tapi, apa ayah gak bisa biarin aja Mama dateng? Dia mama ku loh Ayah."
Victor hanya terdiam dan mengalihkan topik pembicaraan dengan hal lain.
______
Satu minggu berlalu.
Di hari minggu sore, terdengar suara orang mengetuk pintu. Elise merasa jantungnya berdegup kencang saat dia membuka pintu dan melihat Mama nya, Kim Siyeon, berdiri di depannya.
Kim Siyeon terlihat anggun dan cantik seperti biasa, mengenakan pakaian tradisional Korea yang membuatnya terlihat lebih menonjol. Elise mencoba tersenyum meskipun dia merasa tegang.
Elise: "Mama... welcome."
Kim Siyeon tersenyum dingin dan masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Elise. Victor datang dari ruang tamu dan tatapan mereka bertemu. Tidak ada kata yang diucapkan antara mereka, hanya ada ketegangan yang terasa begitu kuat di udara.
Kim Siyeon: "Victor."
Victor: "Kim Siyeon."
Keduanya berbicara dengan suara rendah, tapi nada mereka penuh dengan ketegangan dan cemoohan. Elise merasa tidak nyaman di tengah-tengah mereka dan mencoba mengatur suasana.
Elise: "Ehm, mama mau minum?"
Kim Siyeon mengangguk dan duduk di sofa. Elise bergegas ke dapur, mencoba menghindari tatapan ibu dan ayahnya yang saling beradu.
Elise: "Ada teh atau kopi, Ma?"
Kim Siyeon: "Teh aja."
Elise menyajikan teh untuk ibunya dan duduk di seberangnya. Dia bisa merasakan ketegangan di antara mereka, dan mencoba untuk menghilangkannya dengan berbicara.
Elise: "Gimana perjalanan nya mama?"
Kim Siyeon: "Baik. Mama dateng kangen sama kamu Elise."
Victor memotong pembicaraan mereka dengan suara sinis.
Victor: "Halah, apaan."
Kim Siyeon: "Masih pahit kayak biasa, ya Victor?"
Victor: "Udah gua bilang jangan dateng malah tetep dateng, cuihh."
Kim Siyeon: "Ini rumah gua juga, Victor. Gua berhak datang ke sini."
Victor: "Tetep aja gua gak suka liat lo."
Elise mencoba mengatasi pertengkaran mereka.
Elise: "Ayah, Mama, tenang... Elise gak mau jadi beginii."
Kim Siyeon dan Victor saling menatap dengan dingin, tetapi mereka akhirnya setuju untuk tenang dan duduk kembali.
Elise: "Baiklah. Pertama, Mama, Elise pengen tau alasan utama mama balik lagi apa?"
Kim Siyeon mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara.
Kim Siyeon: "Mama mau bahas dengan ayahmu tentang masa lalu, dan tentang kamu Elise."
Victor menatap Kim Siyeon dengan curiga.
Victor: "Maksud lo apaan?"
Kim Siyeon mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan.
Kim Siyeon: "Gua pengen kita bisa selesain masalah kita. Elise itu anak kita, dan dia masih butuh kita orang tuanya."
Victor mengerutkan kening, masih tidak yakin tentang niat ibunya.
Victor: "Maksudnya? coba ngomong yang jelas."
Kim Siyeon: "Kita gak bisa berantem terus meski kita udah cerai. Kita harus tempatkan perasaan kita sebagai orang tua di depan dan fokus pada Elise. Dia butuh kita, baik lo maupun gua."
Elise merasa haru. Ini adalah pertama kalinya dalam waktu yang lama dia melihat ibu dan ayahnya berbicara dengan tenang. Dia berharap mereka bisa memperbaiki hubungan mereka untuk kebaikan bersama.
Victor masih ragu, tetapi dia juga merasa sedikit terharu oleh perkataan Kim Siyeon.
Victor: "Oke kalo gitu yang lo mau."
Kim Siyeon mengangguk, senyuman tipis terukir di wajahnya.
Kim Siyeon: "Oke. Bagus deh kalo lo setuju."
Mereka kemudian duduk bersama-sama, berbicara tentang masa lalu mereka, memahami dan mengungkapkan perasaan masing-masing. Ada banyak emosi yang terlibat, tetapi mereka berusaha untuk mendengarkan satu sama lain dengan bijaksana.
Beberapa jam kemudian, mereka akhirnya mencapai kesepakatan tentang bagaimana mereka akan menghadapi masa depan, sebagai orang tua yang bekerja sama untuk Elise. Victor dan Kim Siyeon memutuskan untuk berusaha meninggalkan masa lalu di belakang dan memberikan yang terbaik untuk putri mereka.
Victor: "Yaudah, kita bakal coba untuk kerja sama demi Elise."
Kim Siyeon: "Gitu dong."
Elise tersenyum bahagia, merasa lega bahwa ibu dan ayahnya akhirnya bersedia bekerja sama.
Elise: "Thanks, Ayah, Mama. Gini kan seneng liatnya."
To be Continued
Share this novel