Jealousy and Happiness

Young Adult Completed 5975

Victor dan Elise berjalan berdampingan menuju taman di kota Harleem setelah Elise pulang sekolah. Tangan mereka saling terjalin erat, dan mereka berbicara dengan penuh tawa dan canda.

Victor: "Sayang, hari ini cuacanya bagus ya. Aku seneng bisa sama kamu disini."

Elise: "Aku juga, Ayah. Pemandangan nya juga indah."

Mereka saling memuji satu sama lain, tersenyum dan tertawa dalam setiap gerakan mereka. Victor dan Elise seperti pasangan yang sangat mesra, mereka bermain dan bergerak dengan keceriaan yang menular.

Di rumah, Kim Siyeon menunggu dengan gelisah. Dia merasa curiga dengan keberadaan Victor dan Elise yang pergi bersama-sama, dan dia tidak bisa menghilangkan perasaan curiga di dalam hatinya. Dia menggigit bibirnya, menghela nafas, dan mencoba mengendalikan perasaannya.

Kim Siyeon: "Kok bisa sih mereka seakrab itu? Padahal dulu Elise lebih deket sama gua, mama nya. Ada apa memang?"

Dia berjalan ke jendela dan melihat ke luar, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi dengan Victor dan Elise di taman. Dia merasa frustasi dan bingung.

Tidak lama kemudian, Victor dan Elise kembali pulang. Mereka tiba di depan pintu rumah dengan senyuman di wajah mereka.

Victor: "Kami pulang"

Elise: "Mama... Elise sama Ayah tadi jalan-jalan di taman, seru lho!"

Kim Siyeon menatap mereka dengan pandangan yang bercampur antara curiga dan kebingungan.

Kim Siyeon: "Sebenarnya kalian tuh ada apa sih?"

Victor dan Elise saling bertatapan sejenak sebelum Victor berbicara.

Victor: "Gua cuma ajak jalan Elise, biasa aja itu mah Ayah ke anak."

Elise: "Iya, itu aja Ma."

Kim Siyeon tidak bisa meyakinkan dirinya sendiri, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dia merasa frustasi dan curiga, tapi tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Hari-hari terus berlalu, Kim Siyeon merasa geram dan kesal melihat Elise dan Victor yang semakin dekat setiap harinya, bahkan Victor menyebut dirinya kepada Elise dengan sebutan "Aku" bukan "Ayah" seperti dulu. Siyeon masih membenci Victor atas masa lalunya yang penuh cobaan bersama mantan suaminya itu.

Kim Siyeon berjalan di ruang tamu, melihat Elise dan Victor yang duduk berdampingan di sofa, tersenyum dan berbicara akrab.

Victor: "Sayang, kamu itu cantik, seksi, berbakat. Aku bangga punya anak kayak kamu."

Elise tersenyum manis, merasa bangga dengan pujian ayahnya.

Elise: "Thanks Ayah. Aku belajar banyak dari ayah."

Kim Siyeon merasa iri dan marah melihat kedekatan mereka. Dia merasa Victor tidak pantas mendapatkan kasih sayang Elise setelah apa yang terjadi di masa lalu.

Kim Siyeon: (dalam hati) "Dia ngapain sih?."

Dia mencoba mengendalikan emosinya, tetapi amarah dan rasa benci yang dia rasakan semakin membara.

Beberapa hari kemudian, Kim Siyeon melihat Victor dan Elise bermain piano bersama di kamar. Mereka tertawa dan mengobrol dengan riangnya.

Victor: "Kamu hebat sayang."

Elise tersenyum, senang mendapat pujian dari ayahnya.

Elise: "Thanks, Ayah. Aku seneng belajar piano sama ayah."

Kim Siyeon tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia merasa marah dan cemburu yang begitu kuat.

Kim Siyeon: (masuk dengan langkah cepat ke kamar Elise) "Kalian lagi ngapain"

Victor dan Elise terkejut melihat Kim Siyeon datang dengan ekspresi marah.

Victor: "Siyeon? kirain lagi tidur."

Kim Siyeon: "Lo kenapa sih Victor deket banget sama Elise? Elise juga, dulu kamu kan deket nya sama mama!"

Elise mencoba meredakan suasana.

Elise: "Mama, Ayah sama Elise cuma main piano, jangan marah-marah lah Ma."

Kim Siyeon tetap tidak terima, emosinya semakin meledak.

Kim Siyeon: "Kamu itu gak tau masalah ayah sama mama mu sampe kami cerai gini! makanya gak usah terlalu deket sama ayah mu."

Victor mencoba menjelaskan.

Victor: "Siyeon, itu masa lalu!. Elise itu anak kita, gua cuma temenin anak sendiri aja lo malah marah, apa coba."

Kim Siyeon tidak bisa mengendalikan emosinya lagi. Dia meledak dalam kemarahannya.

Kim Siyeon: "Gua gak terima! Elise anak kesayangan gua. Dan Lo, gak berhak deket-deket sama anak gua Victor!"

Victor mencoba menjaga ketenangan.

Victor: "Siyeon, tenang!. kemaren lo bilang dateng ke sini karena pengen damai, pengen merawat Elise bareng kayak dulu lagi?, tapi kenapa pas gua kayak gini lo malah marah-marah. Gua orang tua kandung nya juga woy!."

Elise mencoba mencari jalan tengah.

Elise: "Mama, Ayah, plisss tenang. Elise cinta kalian berdua dan gak mau liat kalian berantem lagi."

Kim Siyeon terdiam sejenak, menghela nafas dalam-dalam, mencoba meredakan emosinya.

Kim Siyeon: "Huhhh okey gua bakal tenang. Tapi, jangan harap gua bakal izinin kalian semakin dekat. Elise itu anak kesayangan gua dan harusnya dia lebih deket sama gua daripada lo Victor ."

Victor mengangguk, mengerti bahwa Kim Siyeon masih penuh dendam terhadapnya.

Victor: "Oke gua paham. Tapi inget, gua tetep ayah kandung Elise dan masih punya hak."

Kim Siyeon hanya mengangguk singkat, tidak sepenuh hati menerima permintaan Victor.

Elise merasa sedih melihat ketegangan antara ibunya dan ayahnya.

Elise: "Elise pengen sama-sama kalian berdua. Elise gak mau milih salah satu."

Mereka saling diam sejenak, suasana menjadi canggung. Tapi setidaknya mereka berhasil mengendalikan emosi mereka untuk sementara.

Kim Siyeon: "Yaudah."

Dia berjalan meninggalkan ruangan dengan wajah yang masih terlihat kesal. Victor dan Elise saling bertatapan, mereka tahu bahwa masalah antara Kim Siyeon dan Victor belum selesai.

Victor: "Ayah bakal usahain yang terbaik, Sayang. Semoga aja mama mu tenang."

Elise tersenyum, merasa terharu dengan perhatian ayahnya.

Elise: "Thanks Ayah."

Mereka berdua saling tersenyum, merasa lega meskipun masalah antara Kim Siyeon dan Victor masih belum terselesaikan. Mereka berharap suatu hari nanti, mereka bisa bersatu sebagai keluarga yang bahagia.

______

Kim Siyeon terbangun dari tidurnya di tengah malam karena mendengar suara-suara dari kamar Elise. Dia merasa cemas dan penasaran takut terjadi hal tak pantas, lalu ia mengintip dari pintu kamar Elise yang setengah terbuka.

Victor dan Elise duduk di ranjang Elise, berbicara dengan penuh canda tawa.

Elise: "Ayah, Elise seneng bisa habiskan waktu sama ayah. Thanks ya."

Victor tersenyum, mengelus punggung Elise dengan lembut.

Victor: "Iya, Sayang. Aku juga pengen kasih yang terbaik buat kamu. Aku bahagia tiap deket kamu."

Elise tersipu malu, merasa sangat beruntung memiliki ayah seperti Victor.

Elise: "Elise juga sama, Ayah."

Mereka saling tersenyum, suasana di kamar Elise terasa hangat dan penuh kasih sayang.

Kim Siyeon merasa campur aduk melihat kedekatan antara Victor dan Elise. Meskipun masih ada dendam dalam hatinya, dia tidak bisa membantah bahwa Victor adalah ayah yang baik bagi Elise. Dia merasa terharu melihat betapa bahagianya Elise bersama Victor.

Kim Siyeon: (dalam hati) "Mungkin Victor berubah setelah semua yang terjadi. Dia masih jadi ayah yang baik untuk Elise."

Dia menghela nafas dan memutuskan untuk tidak mengganggu mereka. Dia ingin Elise bahagia dan akan mencoba untuk menerima perubahan ini.

Kim Siyeon kembali ke kamarnya, merasa campur aduk. Meskipun masih ada rasa cemburu dan keinginan untuk melihat Elise bahagia, dia mengambil keputusan untuk tidak mengganggu mereka dan berusaha menerima perubahan ini.

Kim Siyeon merasa Elise sekarang lebih bahagia bersama ayahnya daripada dirinya, tidak seperti dulu. Kim Siyeon merindukan kasih sayang antara ibu dan anak, sekarang semua berubah setelah dia dan Victor bercerai.

Dia memutuskan untuk kembali pergi ke negara asalnya, Korea Selatan pada besok sore.

Kim Siyeon merasa hatinya berat saat dia memutuskan untuk kembali ke Korea Selatan. Setelah beberapa hari mengamati hubungan Elise dan Victor dari kejauhan, dia merasa bahwa dia tidak bisa lagi bertahan di belanda demi kebahagiaan Elise. Dia tahu dia harus pergi.

Dia mengatur tiket pesawat dan mempersiapkan dirinya untuk perjalanan kembali ke Korea Selatan. Dia memutuskan untuk memberitahu Elise tentang keputusannya, meskipun dia tahu itu tidak akan mudah.

Kim Siyeon menemui Elise di kamarnya, dan mereka duduk berdua di samping jendela.

Kim Siyeon: "Elise, ada sesuatu yang pengen Mama katakan padamu."

Elise: "Apa itu, Mama? Mama mau pulang ke Korea Selatan?"

Kim Siyeon mengangguk dengan lembut.

Kim Siyeon: "Ya, Sayang. Mama mau pulang ke Korea Selatan. Mama merasa bahwa ini waktu yang tepat, kamu lebih bahagia dengan Ayah daripada Mama, jadi Mama gak mau merusak kebahagiaan mu"

Elise menatap ibunya dengan wajah campur aduk.

Elise: "Tapi Mama, Elise gak mau Mama pergi. Elise mau mama tetep disini juga."

Kim Siyeon tersenyum dan mengusap punggung Elise.

Kim Siyeon: "Mama tau, Sayang. Mama juga sebenernya gak mau pergi. Tapi Mama demi kebahagiaan mu Mama harus pergi."

Elise mengangguk dengan berat hati, meskipun dia masih terlihat sedih.

Elise: "Elise paham, Mama. Elise bakal kangen sama Mama."

Kim Siyeon memeluk Elise dengan erat, mencoba menenangkannya.

Kim Siyeon: "Mama juga bakal kangen sama Elise. Kita harus jaga komunikasi ya sayang."

Elise mengangguk, mencoba menguatkan hatinya.

Elise: "Iya, Mama. Elise paham. Semoga Mama juga bahagia di Korea Selatan."

Kim Siyeon tersenyum penuh harap.

Kim Siyeon: "Thanks Sayang. Mama harap begitu."

Mereka berdua duduk di samping jendela, merasa cemas tapi juga berharap untuk masa depan. Kim Siyeon merasa campur aduk, meninggalkan Elise dan Victor, namun dia juga tahu bahwa ini adalah langkah yang harus diambil untuk menghadapi masa lalunya.

To be Continued

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience