Dua hari berlalu. Selepas shalat isya. Ibu Haneem menemui sang ayah.
“ Abi, putri kita mau bicara, apa Abi ada waktu?” lirih ibu tersenyum.
“ Yah ada. Abi lagi nggak ada kerjaan.”
Terlihat Haneem mendekati kedua orang tuanya yang duduk saling berhadapan di kursi ruang keluarga.
“ Apa?! kamu sudah gila?!” bentak Syaikh Anwar pada Haneem . Gadis itu menciut dan menahan tangisnya yang sebentar lagi pecah.
“ Abi, sabar.” Lirih ibu.
“ Mana bisa Abi sabar, bikin malu Abi itu namanya. Bisa-bisanya punya niat nyalon jadi President. Ngawur kowe nduk. Ora nyono awakmu nekat.” Dengus Syaikh terpukul.
“ Apa salah Abi, jika Haneem mau mencalonkan diri menjadi President?”
“ Jelas. Jelas salah. Kalau kamu tinggal di Negeri yang semua penduduknya wanita, silahkan. Silahkan jadi Imam mereka. Tapi, ini Indonesia. Indonesia nduk. Dari sabang sampai Merauke itu masih banyak laki-laki nduk. Jadi Abi nggak merestui kalau kamu berniat mencalonkan diri menjadi pemimpin negeri ini. Abi nggak setuju. Titik.” Ketus Syaikh berapi-api.
“ Tapi, Abi. Haneem sudah siap. Itu mimpi Haneem dari kecil. Mau menjadi President wanita di Indonesia.”
“ Halahh. Kamu fikir gampang apa menjadi pemimpin. Untuk diri sendiri aja Abi belum yakin kamu bisa. Ingat nduk. Semua yang kamu lakukan, kelak akan di mintai pertanggung jawabannya oleh Allah. Apa kamu sudah siap? Jika ada rakyat miskin yang mengumpat kerana kamu tidak becus memimpin? Apa kamu siap menjamin mereka hidup bahagia? Susah lho nduk jadi pemimpin itu. Apa lagi mau jadi president. Ngimpi!”
“ Tapi Abi, di Inggris Abi lihat ‘kan. Mereka masih memiliki seorang Ratu yang bijak dan adil untuk memimpin rakyatnya? Buktinya ada ‘kan? Meski Inggris saat ini masih ada di bawah perekonomian Negara kita, tetapi mereka tetap optimis dengan Ratu yang dimiliki.”
“ Hualah, kamu itu yo. Londo itu nggak perlu di contoh. Mereka nggak ada sosok panutan. Kita negara Islam.”
“ Abi fikir Inggris bukan negara Islam? Abi tahu sendiri ‘kan? 70% sekarang penduduk Negara itu adalah Muslim?”
“ Tapi tetap beda nduk. Islam masih belum begitu memprioritaskan perempuan untuk menjadi pemimpin. Masalah itu sudah ada sejak dulu. Selagi ada laki-laki, kenapa harus wanita?”
“ Meskipun wanita itu sanggup?”
“ Ya.”
“ Apa Haneem harus mengubur impian Haneem selama ini Abi? Padahal Abi sendiri yang mengajarkan Haneem untuk menuntut Ilmu sampai ke Negeri China. Meskipun Indonesia saat ini menjadi Negara dengan predikat gudang ilmu. Benar begitu Abi?”
“ Abi tidak melarangmu untuk menjadi apa saja. Tapi Abi tidak setuju kalau kamu mencalonkan diri untuk mejadi President. Abi tidak meridhoimu nduk. Ingat. Restu dan ridho Ilahi, ada pada restu kedua orang tuamu, nduk. Camkan itu.”
Share this novel