Sore itu Haneem pulang ke apartementnya. Badannya lelah. Matanya menatap angan-angan yang selama ini menjatuhi pikiran tenangnya. Ia teringat akan pesan seorang ketua Fraksi sebuah Parpol. Parti Indonesia Maju.
“ Anda memiliki pengaruh besar, banyak orang yang mengelu-elukan anda sebagai panutan setiap insan bumi pertiwi. Jika anda bersedia, kami siap mencalonkan anda tahun ini.”
“ Tapi, pak. Saya merasa tidak mampu. Itu bukan tugas yang ringan.”
“ Benar. Tapi, bukankah anda telah meraih banyak prestasi akhir-akhir ini. Anda seorang Duta Pariwisata. Pemenang Puteri Indonesia 2030. Dan anda menjadi Miss Universe 2031. Anda sempat menjabat sebagai Menteri Keuangan. Dan tahun lalu anda di pilih menjadi sekretaris KPK. Apa lagi? Cuma, yang saya tidak mengerti dengan jalan fikir anda adalah, anda memilih menjadi seorang wartawan. Apa yang anda cari dan anda dapat dengan menjadi wartawan?”
Malam itu Haneem tidak bisa tidur. Dia meraih mahkota Miss Universe, kerana mampu menjadi teladan perempuan di seluruh pelosok dunia. Bahwa perempuan tetap bisa menjadi suri tauladan yang baik. Tidak ada perebedaan status, semua sama. Laki-laki dan perempuan derajatnya sama. Cita-citanya selama ini adalah. Menjadi yang berguna.
Air matanya meleleh. Jika dia mengambil keputusan itu, dia akan bertentangan dengan ayahnya yang notabene seorang Syaikh tersohor di Jawa Tengah. Haneem pasti akan menemui kesulitan. Namun, apakah dia akan mengubur mimpinya yang tinggi selama ini demi kepatuhan pada seorang ayah? lalu, kapan Haneem akan bisa mencapai mimpi terbesarnya? Hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Share this novel