“ Oh, ya. Seminggu ini aku mau menginap dirumah orang tuaku. Ada yang harus aku ceritakan pada ayah.” desis Haneem .
“ Apa?”
“ Masalah pribadi sih. Tapi nanti kalau ada waktu aku bakal cerita juga ke kamu.”
“ Ngomong-ngomong, rumahmu masih jauh nih?”
“ Nggak. Didepan jalan poros itu, belok kiri. Rumahku di sebelah pondok pesantren Al-Furqan.”
Malam tiba. keluarga Syaikh Anwar menjamu Arfan layaknya pangeran tampan dari negeri khayangan. Dia di suguhi segala macam menu yang mewah. Maklum, Haneem keturunan orang berada. Arfan terlihat sungkan pada Syaikh Anwar yang berwibawa dan berkharisma tinggi. Dia tidak bisa berkutik untuk sekedar menjadi lawan ngobrol yang asyik di depan calon mertua. Apa? calon mertua? Bercanda. Arfan dan Haneem belum berpacaran. Meski khalayan Haneem dia ingin menjadi Istri shalihah buat Arfan nantinya.
Share this novel